Sunday 5 March 2017

SIMPLISIA

SIMPLISIA
Nama ilmiah lengkap terdiri dari nama tanaman dan nama ahli botani, contohnya
Oryza sativa L. Nama latin tanaman tidak boleh lebih dari 2 kata, jika lebih dari 2 kata maka
harus digabungkan dengan tanda (-), contohnya Hibiscus rosa-sinensis.
Bagian tanaman: radix (akar), rhizoma (akar tinggal), tuber, bulbus (umbi Iapis), lignum (kayu), cortex (kulit kayu) folium (daun), flos (bunga), fructus (buah), pericarpium (kulit buah), semen (biji), herba, aetheroleum (minyak atsiri), oleum (minyak lemak), pyroleum (tar), resina (resin), dan balsamum (balsam).
Tata nama simplisia yaitu menyebutkan nama genus atau spesies nama tanaman, diikuti nama bagian tanaman yang digunakan. Ketentuan ini tidak berlaku untuk simplisia nabati yang diperoleh dari beberapa macam tanaman dan untuk eksudat nabati. Ada 3 cara, yaitu
1) Genus + nama bagian tanaman, contohnya Digitalis folium dari Digitalis purpurea;
2) petunjuk spesies + nama bagian tanaman, contohnya Belladonnae folium dari Atropa belladonnae;
3) Genus + petunjuk species + nama bagian tanaman, contohnya Curcuma aeruginosae rhizoma dari Curcuma aeruginosae.
Simplisia merupakan bahan yang belum mengalami perubahan apapun kecuali bahan
alam yang dikeringkan berupa simplisia nabati (simplisia dari tanaman utuh, bagian tanaman,
atau eksudat tanaman); simplisia hewani (simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan, atau
zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni); dan
simplisia mineral (simplisia yang berupa bahan ineral yang belum diolah dan belum berupa
zat kimia murni). Faktor yang mempengaruhi kualitas simplisia antara lain bahan simplisia
dan cara penanganan/penyimpanan, proses pembuatan/pengolahan simplisia, dan cara
pengemasan dan penyimpanan simplisia.

Pengadaan bahan baku
Tumbuhan liar umumnya kurang baik dijadikan simplisia dibandingkan tanaman
budidaya karena usia atau bagian tumbuhan yang diproses tidak tepat, jenis/spesies
tumbuhan yang dipanen sering kurang, & tempat tumbuh yang berbeda sehingga
mempengaruhi kandungan senyawa aktif. Tanaman budidaya diharapkan akan
meningkatkan mutu simplisia dengan cara pemilihan bibit unggul, pengolahan tanah,
pemilihan, pemupukan, dan perlindungan tanaman yang dilakukan secara seksama
sehingga simplisia yang dihasilkan memiliki kandungan senyawa aktif yang tinggi.

Tahapan pembuatan simplisia
1. Pengambilan/pengumpulan bahan baku. Kadar bahan aktif dalam simplisia tergantung
pada, bagian tanaman yang digunakan, usia tanaman/bagian tanaman saat di panen,
waktu panen, dan lingkungan tumbuh. Biji dipanen saat setelah masak fisiologis & tidak
bisa dilakukan .secara serentak. Buah dipanen setelah masak fisiologis dengan cara
dipetik & pemanenan yang terlambat dapat menyebabkan penurunan kualitas. Daun
dipanen saat tanaman telah tumbuh maksimal dengan cara dipangkas tanaman. Rimpang
ditanam pada saat awal musim hujan dan dipanen pada pertengahan musim kemarau,
umumnya dipanen tanaman berumur 8-10 bulan. Bunga dipanen saat
kuncup/pertumbuhan maksimal (untuk bunga segar) dan saat bunga mekar (untuk bunga
kering). Kayu dipanen setelah pada kayu terbentuk senyawa metabolit sekunder
maksimal. Herba dipanen saat sebelum tanaman berbunga. Pada waktu panen, peralatan
dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan
kering, pilih alat yang tepat unuk mengurangi kontaminan, penempatan dalam wadah
tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan tidak menumpuk dan tidak rusak, tidak boleh
terkena pana berlebihan saat pengangkutan agar tidak membusuk, dan harus dijaga dari
gangguan hama. Perhatikan cara dan tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman
yang ideal, kebersihan dari alat-alat dan bahan yang digunakan, serta perlengkapan
seperti masker dan sarung tangan.

2. Sortasi basah. Untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang
tua dengan yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil.

3. Pencucian. Simplisia yang mengandung zat mudah larut dalam air mengalir, dicuci dalam
waktu sesingkat mungkin. Ada beberapa metode pencucian, yaitu
1) perendaman bertingkat (biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak mengandung kotoran seperti daun, bunga, buah, dan lain-lain, menghemat penggunaan air, namun sangat
mudah melarutkan zat-zat yang terkandung dalam bahan);
2) penyemprotan (biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya banyak melekat pada bahan seperti rimpang, akar, umbi, dan lain-lain, menggunakan air yang cukup banyak, namun dapat mengurangi resiko hilang/larutnya kandungan dalam bahan);
3) penyikatan (dapat dilakukan terhadap jenis bahan yang keras/tidak lunak dan kotorannya melekat sangat kuat, dilakukan terhadap bahan secara perlahan dan teratur agar tidak merusak bahannya, beresiko merusak bahan, dan merangsang tumbuhnya bakteri atau mikroorganisme).

4. Perajangan. Untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan, dan penggilingan.

5. Pengeringan. Untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak sehingga dapat
disimpan untuk jangka waktu yang lama. Pengeringan dapat dilakukan pada suhu 30o
90oC. Simplisia yang bahan aktif tidak tahan panas dikeringkan pada suhu serendah
mungkin, misalnya 30o–45oC atau dengan cara pengeringan vakum.

6. Sortasi kering. Untuk memisahkan benda asing, seperti bagian tanaman yang tidak
diinginkan dan pengotor lain yang masih ada atau tertinggal pada simplisia kering.

7. Pengepakan dan penyimpanan. Simplisia dapat rusak atau berubah mutunya karena
cahaya, oksigen (udara), penguapan air, pengotoran, reaksi kimia internal, dehidrasi,
serangga, dan kapang. Simplisia disimpan di tempat yang memiliki suhu kamar (15o
30oC), dapat pula ditempat sejuk (5o–15oC), atau ditempat dingin (0o–5oC), bergantung
pada sifat dan ketahanan simplisia. Tempat penyimpanan harus dapat menjamin mutu
produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan, dapat melindungi
isi pada waktu pengangkutan, tidak beracun, dan tidak bereaksi dengan isi. Berikan label
yang jelas pada tiap kemasan yang isinya: nama bahan, bagian tanaman bahan yang
digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat
bersih, metode penyimpanan.

8. Pemeriksaan mutu. Dilakukan waktu pemanenan/pembelian dari pengepul/pedagang
dengan cara membandingkannya dengan simplisia pembanding. Pengujian simplisia
secara kuantitatif dapat mengacu pada farmakope dan disesuaikan dengan ketentuan
WHO tentang metode kontrol kualitas tanaman obat.
Permasalahan yang sering dialami industri adalah pengadaan bahan baku.
Inkonsistensi kualitas disebabkan oleh kompleksitas kandungan tumbuhan (metabolit)
disebabkan faktor luar dan dalam. Peranan farmakognosi dalam kontrol kualitas adalah
sebagai salah satu alternatif pendekatan yang terkait dengan penentuan kebenaran suatu
tumbuhan obat dan tambahan penopang kebenaran hasil penentuan tradisional.


No comments:

Post a Comment

PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT            Berbagai peralatan yang diperlukan di Rumah Sakit seperti alat untuk menginfus da...