Monday, 6 March 2017

Kontrol Kualitas dan Pengemasan Tablet

Kontrol Kualitas dan Pengemasan Tablet

1.      Sebutkan parameter evaluasi tablet, beserta cara dan persyaratannya!
2.      Sebutkan perbedaan ketentuan tiap parameter evaluasi tablet antara FI III,FI IV, dan USP 32 !
3.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan “faktor koreksi”dalam uji disolusi!
4.      Jelaskan prosedur sampling yang dilakukan dalam tiap parameter evaluasi tablet!
5.      Apa yang perlu dilakukan formulator agar tablet yang dirancang memenuhi seluruh parameter evaluasi tablet?
6.      Parameter apa saja yang diuji saat melakukan IPC dalam proses pembuatan tablet?
7.      Bahan apa saja yang dapat digunakan dalam proses blistering atau stipping?
8.      Sebutkan pengujian yang perlu dilakukan oleh QC terhadap bahan blister maupun strip yang datang dari supplier!
9.      Bagaimana cara pengujian kemasan primer sediaan tablet?
10.  Sebagai seorang spv./manajer produksi, kriteria apa saja yang perlu Anda pertimbangkan dalam pembelian alat granulator dan blister?
11.  Apakah yang dimaksud dengan cross contamination, mix up, line clearance, serta lean manufacturing, kalibrasi, validasi proses validasi pembersihan, kapasitas mesin, serta kualifikasi alat?

JAWABAN:
1.      A. Pengamatan Organoleptik meliputi homogenitas atau kesamaan rupa, bau dan rasa.                    Tablet diamati secara visual,yaitu apakah terjadi ketidakhomogenan zat warna atau                     tidak, bentuk tablet, permukaan cacat atau tidak dan harus bebas dari noda atau bintik-                       bintik.
B. Pengukuran keseragaman ukuran. Keseragaman ukuran dihitung dengan mengukur   tebal tablet dan diameter dari 20 tablet sampel acak. Tablet dikatakan baik bila memiliki diameter tidak lebih dari 3x dan tidak kurang dari 1,3x tebal tablet (FI III) Keseragaman bobot, dihitung dengan menimbang masing2 tablet dari 20 tablet sampel untuk kemudian dihitung penyimpangan rata2. Menurut FI III, persyaratan uji keseragaman bobot dapat dilihat pada table di bawah ini :
Bobot Rata2
Penyimpangan bobot rata2 (%)
A
B
25mg atau kurang
15%
30%
26mg sampai 150mg
10%
20%
151mg sampai 300mg
7,5%
15%
Lebih dari 300mg
5%
10%

C.    Kekerasan Tablet
Cara : Tablet diletakkan pada posisi yang ada pada alat (hardness tester) dan alat dihidupkan lalu baca angka yang ditunjukkan pada alat. Dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil secara acak
Syarat : tablet besar : 7-10 kg/cm2 ; tablet kecil : 4 kg/cm2, tapi harus konsisten pada salah satu angka misalnya 6.
D.    Keragaman Bobot
Cara: Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak satu taplet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B.


E.     Uji Kerapuhan (Friabilitas) Tablet
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25 putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan.Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1%
F.     Waktu Hancur
Cara : Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube, ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air dengan suhu 37° C. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid). Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur.
           Atau dengan memasukkan 5 tablet kedalam keranjang, turun naikan keranjang secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet yang dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa, kecuali fragmen yang berasal dari zat penyalut.
            Persyarat : Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari  15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut selaput jika tablet tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan tablet satu persatu, kemudian ulangi lagi menggunakan 5 tablet dengan cakram penuntun.


G.  Uji Disolusi
Tablet yang akan di ujisebanyak 1 tablet. Sebelumnya alat uji disolusi di isi media disolusi dari tablet yang akan diuji sebanyak 900 ml. selanjutnya kecepatan rpm nya di atur. Tablet dimasukan kedalam alat uji disolusi (dalam media disolusi 900 ml). setiap 5,10,15,20,30,45 menit diambil 5ml, diencerin dan dibaca absorbansinya untuk menentukan persen disolusi. Setiap pengambilan 5 ml diganti media disolusi sebanyak 5ml sebagai faktor koreksi.
Persyaratan : dalam FI IV dinyatakan bahwa dalam waktu 30 menit tablet harus dapat larut tidak kurang dari 80 % dari jumlah yang tertera pada etiket.
F.     Kerapuhan
Cara : terlebih dahulu timbang tablet, kemudian masukkan dalam friability tester dan alat di putar. Setelah diputar timbang kembali tablet dan lihat berapa pengurangan bobotnyadan kemudian hitung persen kerapuhannya.
Persyaratan : kerapuhan yang baik menurut buku launcher yaitu 0,8%-1%

2.         A. Uji Keseragaman Bobot
        Menurut FI III : yaitu tidak boleh lebih dari 2 tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot  rata  lebih besar dari  5%  dan tidak ada satu  tablet  pun  yang  bobotnya menyimpang dari bobot  rata-rata  lebih dari 10%.
Menurut FI IV : Persyaratan  keseragaman bobot atau keseragaman kandungan terletakantara 85,0 hingga 115,0 % dari yang tertera pada etiket, dan simpangan  baku relative kurang dari atau sama dengan 6,0%.
Menurut USP 32 :Ambil 20 tablet dan ditimbang satu-satu. Hitung rata-rata beratnya dan bandingkan dengan bobot rata-rata tablet. Tablet lulus U.S.P. uji jika tidak lebih 2 tablet berada di luar batas persentase dan jika tidak ada tablet berbeda lebih dari 2 kali batas persentase.
B.     Uji Keseragaman Ukuran
Menurut FI III : diameter tablet tidak boleh> 3x dan tidak< 1/3 tebal tablet. Uji diameter dan ketebalan tablet ini dilakukan terhadap 20 tablet.
      Menurut USP 32 : tablet adalah bentuk sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan tambahan yang sesuai dan dapat berbeda dalam bentuk, ukuran, bobot dan aspek lainnya tergantung pada jumlah bahan obat dan cara pemakaian tablet.
C.    Uji Kekerasan Tablet
Menurut FI III : Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui kekerasannya, agar tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras. Kekerasan tablet ini berat hubungannya dengan ketebalan tablet, bobot tablet dan waktu hancur tablet
Menurut FI IV : Masing-masing 10 tablet dari tiap batch diukur kekerasannya dengan alat pengukur kekerasan tablet.
Menurut USP 32 : Kekerasan untuk tablet kompresi adalah 5 sampai 8 kg.
D.     Uji Waktu Hancur/Disintegration
Menurut FI III : kecuali dinyatakan lain, semua tablet harus hancur tidak lebih dari 15 menituntuk tablet tidak bersalut.
Menurut FI IV : tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
Menurut USP 32 : Uncoated tablet: 5-30 minutes.

3.            Apa yang dimaksud dengan faktor koreksi dalam uji disolusi
Faktor Koreksi adalah faktor penyesuaian dari kondisi ideal kekondisi sebenarnya untuk suatu variable tertentu. Faktor koreksi dalam uji disolusi adalah penyesuaian kondisi ideal dalam percobaan kedalam kondisi sebenarnya sesuai dengan laju disolusi obat  yang  diuji dalam  GI.

4.             Jelaskan prosedur sampling yang dilakukan dalam tiap paremeter evaluasi tablet
A. Uji waktu hancur dilakukan pada 6 tablet dan menggunakan disintegratin tester (disentegrator) semua tablet harus tidak lebihdari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet salut gula/salut selaput. Apabila, tablet/2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujiandengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 yang diuji harus hancur sempurna.
B.   Uji keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang 20 tablet satu persatu dan dihitung bobot rata-ratanya. Hasilnya, tidak lebih dari dua tablet yang mempunyai penyiampangan lebih besar dari kolom A dan tidak boleh ada satu tablet pun yang mempunyai penyimpangan bobot lebih besar dari kolom B.
C.  Uji keseragaman ukuran tablet: Prosedur kerja uji keseragaman ukuran adalah sebagai berikut Diambil 10 tablet. Tablet yang baik mempunyai diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 11/3 tebal tablet.
D. Uji kekerasan tablet: kekuatan minimum untuk tablet adalah tablet besar : 7-10 kg/cm2 ; tablet kecil : 4 kg/cm2. Alat yang digunakan pada uji kekerasan adalah hardness tester. Prosedur kerja uji kekerasan : Dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil secara acak. Tablet diletakkan diantara pegas penekan, kemudian alat dihidupkan. Jarum petunjuk tekan anakan bergerak sesuai tekanan yang diberikan pada tablet. Saat tablet retak atau pecah, jarum akan berhenti pada suatu angka sebagai penunjuk kekerasan tablet yang dinyatakan dalam satuan kilogram.
E.  Uji kerapuhan tablet penetapan present asebobot tablet yang hilang dari 20 atau 40 tablet selama diputar dalam waktu tertentu. Alat yang digunakan pada uji kerapuhan adalah friablator test. Prosedur kerja uji kerapuhan : Tablet dibersihkan dari debu dengan cara memakai kuas kecil2. Ditimbang bobot 20 tablet (tablet besar) atau 40 tablet (tablet kecil) = Wo. Tablet dimasukkan kedalam alat, kemudian alat dijalankan selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm. Tablet dikeluarkan lalu dibersihkan dari debu dengan memakai kuas kecil. Ditimbang bobot tablet = Wf . Indeks kerapuhan dihitung dengan memakai rumus :
F.     Uji kadar tablet: Diambil 20 tablet secara acak, kemudian digerus dan ditimbang seberat 1 tablet. Kadar memenuhi persyaratan bila kadar yang ditetapkan memberikan hasil dalam batas 95 % sampai 105 %
5.   Apa yang perlu dilakukan formulator agar tablet yang dirancang agar tablet yang dirancang dapat memenuhi seluruh parameter evaluasi tablet ?
Diperlukan data preformulasi yang meliputi stabilitas, organoleptis, sifat fisikokimia, mengetahui sifat-sifat bahan aktif yang kita gunakan, misalnya pemerian, kelarutan, inkompatibilitas dengan beberapa zat (missal asam-basa), sifat alir, kompresibilitas dan kompaktibilitas dan mengetahui  sifat-sifat bahan tambahan (pengisi, penghancur,pengikat, dan pelican ) yang di gunakan atau yang tersedia mulai dari pemerian, kelarutan dan data data lain yang menunjang sehingga diperkiraan bahan baku yang cocok untuk terbentuknya suatu sediaan yang baik dan tercapainya seluruh parameter yang menjadi acuan apa tablet tersebut layak diproduksi atau tidak serta tercapai pula tujuan  penggunaannya.

6.   Parameter apa saja yang di uji saat melakukan IPC dalam proses pembuatan tablet
Pada Unit Solid, In process control yang dilakukan diantaranya adalah pemeriksaan terhadap kadar air dan keseragamankan dungan zat aktif. Pada Unit Tabletting dan Capsullating, tahap selanjutnya adalah proses pencetakkan di ruang cetak tablet/kaplet. Sebelum pencetakkan dimulai, mesin tablet harus dalam keadaan siap pakai dan ruang tempat pencetakkan harus dalam keadaan bersih. Selama proses pencetakkan dilakukan in process control (IPC) meliputi pengukuran keseragaman bobot tablet, kekerasan tablet, dimensi (ketebalan, diameter), pemeriksaan fisik, friablitas, waktu hancur, dan disolusi (jikadiperlukan). Setelah tablet lulus uji, dimasukkan pada pengemasan primer yang meliputi proses stripping. Dilakukan pemeriksaan kebocoran strip oleh bagian IPC. Selanjutnya dikemas sekunder dan diperiksa penampilan, kelengkapan, dan penandaan oleh QC. Jika lulus uji, dimasukkan kedalam gudang produk jadi.
Description: Screen Shot 2013-11-28 at 6.26.15 PM.pngDescription: Screen Shot 2013-11-28 at 6.24.04 PM.png
















a)      IPC granul kering berupa perhitungan loss on drying (LOD) , bulk density atau tapped density.
b)      Proses pencetakan tablet dimulai dengan melakukan start control terlebih dahulu,jenis IPC yang dilakukan adalah ; bentuk,warna, diameter dari 3 tablet, rata-rata berat dari 3 kelompok tablet yang berjumlah 20, berat individu dari 20 tablet, ketebalan dari 10 tablet, waktu hancur dari 6 tablet pada air 37’C, uji kekerasan dari 10 tablet dan friability test dari 20 tablet. Pemeriksaan diatas juga dilakukan setelah mesin dimatikan dan akan memulai pencetakan tablet lagi
c)      Selama proses pencetakan berlangsung, dilakukan IPC tablet meliputi : rata-rata berat 20 tablet setiap 15 menit, berat individu dari 20 tablet, ketebalan dari 10 tablet yang dilakukan setiap jam, waktu hancur dari 6 tablet pada air 37’C, friability dari 20 tablet dan LOD yang dilakukan pada start control pagi hari.

7.   Bahan yang dapat digunakan dalam proses blistering maupun stripping
Blister merupakan kemasan yang terdiri dari dua lapisan kemasan yang berbeda, yaitu PTP dan Plastik. PTP merupakan singkatan dari Press Trough Packaging. Komposisi PTP ini adalah alumunium dan PE. Sedangkan plastik yang digunakan bisa PVC atau PVDC, tergantung dari bahan yang akan diblister (Anandita, 2012). Sifat umum PVDC antara lain adalah transparan, luwes, jernih, dan beragam. Tahan terhadap bahan kimia, asam, basa, dan minyak. Sekat lintasan yang baik untuk sinar UV, permeabilitas gas dan uap air sangat rendah, tahan terhadap pemanasan kering atau basah, serta tidak baik untuk kemas beku. Jika bahan sensitif dengan kelembaban maka akan lebih disarankan PVDC karena lebih protect.
     Strip merupakan kemasan yang terdiri atas dua lembar alumunium. Strip terdiri dari berbagai macam tergantung bahan penyusun dari strip, seperti  Polycellonium,  Polycello, dan Polynium.  Polycellonium merupakan bahan strip yang paling umum, dimana kandungannya adalah polycello/selofan dan alumunium. Selofan adalah sejenis bahan dari serat selulosa yang berbentu tipis transparan, fungsinya dalam kemasan adalah untuk menempelkan pewarna sehingga strip bisa berwarna-warni. Alumunium sendiri berfungsi untuk menjaga obat dari pengaruh kelembaban.Antara selofan dan alumunium ini terdapat satu lapisan yakni Polyetilen yang fungsinya untuk melekatkan selofan dan alumunium.Lapisan setelah alumunium sendiri adalah Polyetilen lagi, fungsinya adalah untuk membuat dua Polycellonium dapat saling melekat saat distripping.Jadi secara garis besar, ada 4 lapisan dalam Polycellonium, yakni selofan (terluar), Polyetilen, Alumunium, Polyetilen (terdalam). Pembuatan Polycellonium secara garis besar, selofan dicetak dan diberiwarna lalu Polyetilen dicairkan. Kemudian Alumunium dan selofan dipasang dalam masing-masing silindernya, saatakan ditemukan maka dibericairan Polyetilen, sehingga keduanya melekat. Lalu dilapis dengan Polyetilen kembali pada bagian dalam. Untuk Polycello dan Polynium hamper sama dengan Polycellonium. Hanya saja Polycello komposisinya adalah selofan dan Polyetilen sehingga sifatnya elastic dan tembuspandang (contoh: antimo tablet), sedangkanPolyniumkandungannya adalah Alumunium dan Polyetilen

8.   Sebutkan pengujian yang perlu dilakukan oleh QC terhadap bahan blister maupun yang datang dari supplier
A.    Kemasan Strip/Blister
B.     Jumlah tablet yg dikemas vs jumlah tablet yang dihasilkan
C.     Penandaan (No. Batch, Mfg. Date, Exp. Date) pada blister/strip,
D.    dus, karton
E.     Test Kebocoran strip/blister
F.      Jumlah tablet dalam strip/blister
G.    Jumlah strip/blister dalam dus
H.    Jumlah dus dalam karton
I.       Kelengkapan (etiket, brosur, penandaan)
J.       Kerapian
K.    Rekonsiliasi Bahan pengemas
L.     Blister integrity
M.   Integrity Missing tablets
N.    Batch details
O.    Foreign materials
P.      Product / container appearance
Q.    Cemaran mikroba

9.      Bagaimana cara menguji kemasan primer sediaan tablet ?
Kemasan primer adalah kemasan yang langsung bersentuhan dengan makanan, sehingga bisa saja terjadi migrasi komponen bahan kemasan ke makanan yang berpengaruh terhadap rasa, bau dan warna. Contohnya : kemasan Strip/blister, kemasan Gelas, Kemasan plastic.
Pengujian dapat dilakukan sesuai dengan jenis kemasan yang digunakan. Misalnya saja pada kemasan strip : di uji ketebalan blister agar sesuai dengan blister yang akan digunakan pada tablet tersebut, uji ketahanan blister terhadap panas dan tekanan serta uji logam berat.
     Bila suatu kemasan tidak bereaksi/menimbulkan reaksi  dengan suatu tablet yang dibuat maka kemasan dikategorikan baik.
     Bila kemasan tersebut mampu menjaga isi yang terkandung dalam suatu tablet tersebut.
     Bila kemasan tersebut mampu menjaga kontaminasi dari produk itu sehingga mencegah  mikroorganisme masuk maka kemasan dikategorikan baik.
     Kemasan tersebut baik apabila mampu melindungi isi wadah(tab) dari cahaya.
     Kemasan harus menunjukan tampilan sediaan farmasi yang baik.
Secara lengkap berikut, Pengujian yang biasa digunakan :
1)      Uji fisika : uji ini meliputi uji resin, uji wadah, pemeriksaan visual pada kejernihan dan lapisan tambahan, keretakan wadah atau paneling, kebocoran wadah, kebocoran tutup dan integritas, pemeriksaan ukuran, pelabelan.
2)      Uji kimia : IR Spectra, uji logam berat, pengisi tambahan
3)      Uji biologi plastic dan polimer lain : uji reaktivitas secara biologi in vitro dan in vivo.

10.  Sebagai seorang spv / manajer produksi, kriteria apa saja yang perlu Anda pertimbangkan dalam pembelian alat granulator dan blistering
     Kriteria yang perlu menjadi bahan pertimbangan dalam pembelian alat granulator dan blistering :
-       mudah digunakan
-       tidak membutuhkan perawatan khusus
-       efisiensi waktu dan tenaga
-       efektif menghasilkan produk yang berkualitas
-          Criteria khusus pembelian alat granulator ; mampu bekerja secara kontinyu, memiliki kapasitas produksi granul yang besar, mampu mengolah sebuk menjadi granul yang sesuai dan nilai efisiensi granul yang tinggi, mampu menghasilkan granul yang baik, ekonomis dan ergonomis bagi pemakainya.
-          Criteria khusus alat blistering : ekonomis, memiliki nilai efisien yang tinggi, memiliki pengaturan suhu dan tekanan dan dapat digunakan untuk berbagai jenis ketebalan blister.

11.  Apakah yang dimaksud dengan Cross contamination, Mix up, Line Clearance, Line Manufacturing, Lean Manufacturing,Kalibrasi, Validasi Proses, Validasi Pembersihan, Kapasitas mesin, Kualifikasi Alat.
Cross contamination : kontaminasi silang timbul pada saat mikroorganisme berpindah dari satu permukaan ke permukaan lainnya. Atau suatu cemaran yang disebabkan kemasukan unsur dari luar, hal ini dapat terjadi karena satu alat bisa digunakan untuk produksi beberapa macam obat/jenis obat yang berbeda.( sisa bahan yang menempel pada alat sehingga menjadi tercontaminasi)
Mix up : merupakan kesalahan yang terjadi terutama pada saat kita ingin mempackaging material. Misal kita ingin memproduksi tablet PCT namun pada saat packaging kemasan yang kita siapkan malah untuk ibuprofen.( bahan yg tak seharusnya ada tetapi ternyata ada. Ex : harusnya ampisilin strip 11 tp ada ampisilin strip 12. Tidak boleh. Termasuk salah ambil,beda kekuatan sediaan dsb.)
Line Clearance adalah metode pengendalian operasi manufaktur untuk mencegah pencampuran komponen yang tidak disengaja atau tidak diinginkan  dan kesalahan pada bagian produksi. Kegiatan yang telah ditetapkan dalam prosedur ini membutuhkan persyaratan untuk semua produk manufaktur medis dan operasi kemasan.Line Clearance merupakan metode untuk penjaminan komponen, label, dan dokumen dari perintah kerja sebelumnya yang telah dihapus dan telah dicatat sebelum memulai perintah kerja baru dan untuk memastikan suatu bagian tertentu benar-benar siap untuk perintah kerja berikutnya.
Line Manufacturing adalah praktik produksi yang mempertimbangkan segala pengeluaran sumber daya yang ada untuk mendapatkan nilai ekonomis terhadap pelanggan tanpa adanya pemborosan, dan pemborosan inilah yang menjadi target untuk dikurangi. Lean selalu melihat nilai produk dari sudut pandang pelanggan, dimana nilai sebuah produk didefinisikan sebagai sesuatu yang mau dibayar oleh pelanggan.( semua line produksi harus bersih sebelum pergantian produksi. Memastikan tak ada lagi yang tersisa.)
Lean Manufacturing merupakan suatu sistem manajemen ataupun metodologi yang berupaya untuk menghilangkan pemborosan (waste) dalam produksi, meningkatkan nilai tambah pada suatu produk serta memberikan nilai kepada kepada pelanggan yang dilakukan secara terus menerus (continuously Improvement) oleh suatu Industri manufaktur (pabrik).
Kalibrasi. Kalibrasi, menurut ISO/IEC guide17025;2005 dan vocabulary of international metrology (VIM) adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrument ukur atau system pengukuran, atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu. Dengan kata lain, kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukur yang mampu ditelusuri ke standar nasional maupun internasional untuk satuan ukuran dan bahan-bahan acuan tersertifikasi
Validasi Proses adalah cara pemastian dan memberi pembuktian terdokumentasi bahwa proses (berlangsung dalam parameter desain yang telah ditentukan) mampu dan dapat dipercaya menghasilkan produk yang sesuai dengan kualitas yang diinginkan dan memiliki tingkat keberulangan yang tinggi. Validasi proses dilakukan jika terdapat adanya proses baru, perubahan tahan/alat yang digunakan, perubahan besar batch, produk yang telah diproduksi tetapi belum pernah divalidasi dan program revalidasi. Validasi Proses dilakukan dengan cara pengujian dan pengumpulan dokumen-dokumen pembuktian . Validasi Prose ada 3 yakni : Prospektif, Concyrent, dan Retrospektif.
Validasi Pembersihan adalah tindakan pembuktian yang didokumentasikan bahwa prosedur pembersihan yang disetujui akan senantiasa menghasilkan peralatan bersih yang sesuai untuk pengolahan obat.Tujuan dari validasi pembersihan adalah untuk menghindari terjadinya pencemaran silang antara produk sebelumnya terhadap produk selanjutnya yang pada umumnya dibuat menggunakan peralatan yang sama dan juga digunkan untuk memproduksi berbagai macam produk lain.
Kapasitas mesin adalah jumlah bahan yang dapat ditampung serta jumlah/ kapasitas mesin dapat menproduksi suatu produk. Atau volume dari semua piston di dalam silindermesin pembakaran dalam, yang diukur dari satu pergerakan maksimum dari atas ke bawah.Biasanya dinyatakan dengan menggunakan satuan sentimeter kubik (cc), liter (l), atau inchi kubik (CID) di pasar Amerika Utara. Kapasitas mesin tidak termasuk dengan total volume dari ruang pembakaran.
Kualifikasi Alat adalah proses pembuktian secara tertulis berdasarkan data yang menunjukan kelayakan suatu peralatan , fasilitas, system penunjang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Sehingga secara konsisten dapat menghasilkan produk dengan standar mutu yang telah ditetapkan.
Atau Validasi untuk mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang disebut kualifikasi. Kualifikasi tersebut adalah langkah pertama dalam melaksanakan validasi di industry farmasi ( Manajemen Industri Farmasi, 2007).
Kualifikasi terdiri dari empat tingkatan, yaitu:
a.      Kualifikasi Desain/ Design Qualification (DQ)
Kualifikasi desain adalah unsur pertama dalam melakukan validasi terhadapfasilitas, sistem atau peralatan baru.
b.      Kualifikasi Instalasi/  Instalation Qualification (IQ)
Kualifikasi dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan peralatan baru atau yang dimodifikasi, mencakup:
-          Instalasi peralatan, pipa dan sarana penunjang hendaklah sesuai dengan spesifikasi dan gambar teknik yang didesain.
-          Pengumpulan dan penyusunan dokumen pengoperasian dan perawatan peralatan dari pemasok.
-          Ketentuan dan persyaratan kalibrasi.
-          Verifikasi bahan konstruksi.
c.       Kualifikasi Operasional/ Operational Qualification (OQ)
Kualifikasi operasional dilakukan setelah kualifikasi instalasi selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui. Kualifikasi operasional hendaklah mencakup:
-          Kalibrasi
-          Prosedur pengoperasian dan pembersihan
-          Pelatihan operator dan ketentuan perawatan preventif.
d.      Kualifikasi Kinerja/ Performance Qualification (PQ)
Performance Qualification (PQ) dilakukan untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang telah diinstalasi beroperasi sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Meskipun PQ diuraikan sebagai kegiatan terpisah, dalam bberapa kasus pelaksanaannya dapat dilakukan dengan kualifikasi operasional. PQ hendaknya mencakup :
-          Pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan pengganti yang memenuhi spesifikasi atau produk simulasi yang dilakukan berdasadrkan pengetahuan tentang proses, fasilitas, sistem dan peralatan
-          Uji yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas operasional atas dan bawah.(CPOB, 2006)





1 comment:

  1. Terima kasih ibu, tulisannya sangat membantu dlm tugas kuliah saya. Kalau boleh bertanya, apakah ibu punya referensi terkait dengan stripping, baik material maupun proses?

    ReplyDelete

PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT            Berbagai peralatan yang diperlukan di Rumah Sakit seperti alat untuk menginfus da...