Alfa Mangostin
dari Kulit Buah Manggis
PENDAHULUAN
Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai
obat adalah buah manggis (Garcinia mangostana L) dengan mengambil
konstituen senyawa aktifnya yaitu alfa mangostin yang berasal dari kulit buah
manggis. Menurut hasil penelitian, kulit buah manggis memiliki aktivitas HIV
tipe I (Chen, 1966), antibakteri, antioksidan dan anti metastasis pada kanker
usus (Tambunan, 1998). Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa mangostin
(1,3,6-trihidroksi-7-metoksi-2,8-bis (3metil-2-butenil)-9H-xanten-9-on) hasil
isolasi dari kulit buah mempunyai aktivitas antiinflamasi dan antioksidan
(Sudarsono dkk., 2002), antibakteri dan antifungi (Sundaram et al.,
1983). Kandungan kimia kulit manggis adalah xanton, mangostin, garsinon,
flavonoid dan tanin (Heyne, 1997; Soedibyo, 1998). Kulit buah mengandung
senyawa yang meliputi mangostin, mangostenol, mangostinon A, mangostenon B,
trapezifolixanton, tovofillin B, alfa mangostin, beta mangostin, garsinon B,
mangostanol, flavonoid, epikatekin (Suksamsarn et al., 2002).
Gartanin, gamma mangostin, garsinon E, epikatekin (Chairungsrilerd et
al., 1996). Xanton terdistribusi luas pada tumbuhan tinggi, tumbuhan paku,
jamur, dan tumbuhan lumut. Sebagian besar xanton ditemukan pada tumbuhan tinggi
yang dapat diisolasi dari empat suku, yaitu Guttiferae, Moraceae,
Polygalaceae dan Gentianaceae (Sluis, 1985). Alfa
mangostin merupakan derivat dari xanton yang memiliki nama IUPAC
(1,3,6-trihidroksi-7-metoksi-2,8-bis (3metil-2-butenil)- 9H-xanten-9-on)
(Sudarsono dkk., 2002).
Manggis (Garcinia mangostana L.)
adalah sejenis pohon hijau abadi dari
daerah tropika yang diyakini berasal dari Kepulauan Nusantara.
Tumbuh hingga mencapai 7 sampai 25 meter. Buahnya juga
disebut manggis, berwarna merah keunguan ketika matang, meskipun ada pula
varian yang kulitnya berwarna merah. Buah manggis dalam perdagangan dikenal
sebagai “ratu buah”, sebagai pasangan durian, si “raja buah”. Buah ini mengandung xanthone,Xanthone
mempunyai aktivitas antiinflamasi dan antioksidan. Sehingga di luar negeri buah
manggis dikenal sebagai buah yang memiliki kadar antioksidan tertinggi di
dunia.
Manggis berkerabat dengan kokam, asam kandis dan asam gelugur, rempah bumbu dapur dari tradisi
boga India dan Sumatera.
Gambar 1. Buah Manggis
Bahan aktif XANTHONE
dalam buah manggis memiliki khasiat yang sangat menakjubkan. Terutama bagian
dalam kulit dan biji manggis. Banyak ilmuwan telah mengkaji khasiat buah
manggis sejak tahun 1970an. Xanthone merupakan bahan aktif yang bersifat
antikanker, antioksidan. Xanthone mampu menghambat proses penuaan. Berikut
fungsi manggis: Seluruh Bagian Berkhasiat Sebagai negara yang memiliki
keanekaragaman hayati melimpah, Indonesia memiliki sumber tanaman herbal yang
tiada habisnya. Salah satu tanaman yang berkhasiat obat, yaitu manggis. Tak
hanya nikmat disantap sebagai buah segar, manggis juga memiliki sejumlah
kemampuan.
Bahkan hampir semua
bagian tanaman buah ini menyimpan khasiat. Secara tradisional manggis digunakan
sebagai obat sariawan, wasir, dan luka karena kemampuan antiinflamasi atau
antiperadangan.
Salah satu paparan
tentang khasiat buah manggis diungkapkan oleh Prof. Dr.H.R. Sidik, guru besar
Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran, Bandung. Dijelaskan bahwa tumbuhan
bernama Latin Garcinia mangostana ini memiliki batang kayu keras. Cabangnya
teratur, berkulit cokelat, dan bergetah. Kulit kayunya dapat mengobati penyakit
disentri, diare, dan sariawan mulut (kompas.com).
Tanaman Manggis (Garcinia
mangostana L )
1.
Klasifikasi tanaman Garcinia
mangostana L
Kingdom
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub-divisi
: Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas
: Dicotyledoneae (biji berkeping dua)
Ordo
: Guttiferanales
Famili
: Guttiferae
Genus
: Garcinia
Spesies
: Garcinia mangostana L
(Rukmana, 1995)
b. Ekologi dan Penyebaran
Manggis merupakan
tanaman asli daerah tropis kawasan Asia Tenggara. Sebagian literatur memastikan
daerah asal tanaman manggis adalan Kepulauan Sunda Besar dan Semenanjung
Malaya. Selain itu juga disebutkan terdapat di hutan-hutan belantara di Kalimamtan
Timur dan Kalimantan Tengah (Rukmana, 1995). Tumbuhan ini dapat tumbuh di Jawa
pada ketinggian 1-1000 dari permukaan laut, pada berbagai tipe tanah (pada
tanah liat dan lempung yang kaya bahan organik) (Sudarsono, dkk., 2002).
c. Penggunaan
Secara empirik buah
manggis digunakan untuk mengobati diare, radang amandel, keputihan,
disentri, wasir, borok, disamping itu digunakan sebagai peluruh dahak, dan juga
untuk sakit gigi. Kulit buah digunakan untuk mengobati sariawan, disentri,
nyeri urat, sembelit. Kulit batang digunakan untuk mengatasi nyeri perut. Akar
untuk mengatasi haid yang tidak teratur. Dari segi flavor, buah manggis cukup
potensial untuk dibuat sari buah (Sudarsono, dkk., 2002).
d. Kandungan kimia
Lima puluh xanton telah diisolasi dari kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L). Yang pertama diberi nama mangostin
setelah itu diberi nama a-mangostin pada tahun 1885 (Schmid, 1855). Turunan
xanton lain yang telah diisolasi dari kulit buah manggis adalah γ-mangostin
(Jefferson et al., 1970), gartanin dan 8-dioksigartanin
(Govindachari dan Muthukumaraswamy, 1971). Kulit kayu, kulit buah, dan lateks
kering Garcinia mangostana L mengandung sejumlah zat warna
kuning yang berasal dari dua metabolit yaitu a-mangostin dan ß-mangostin yang
berhasil diisolasi. a-mangostin merupakan komponen utama dalam kulit buah
manggis sedangkan ß-mangostin merupakan konstituen minor (Sudarsono,
dkk., 2002).
e. Senyawa a-mangostin
Bioaktif utama yang merupakan metabolit sekunder dari
manggis (Garcinia mangostana L) adalah turunan xanton
(Jung et al., 2006 dan Peres et al., 2000). Konstituen
utama dari xanton manggis adalah a-mangostin dan γ-mangostin. Senyawa
a-mangostin menunjukkan aktivitas antibakteri yang tinggi terhadap
bakteri S. aureus, P aeruginosa, Salmonella
typhimurium dan Bacillus subtilis dan aktivitas
antibakteri yang sedang terhadap Proteus sp, Kleibsella sp
dan Escherhia coli dengan nilai MIC antara 12,5 dan 50 µg/mL.
Senyawa a-mangostin juga menunjukkan aktivitas antijamur yang tinggi terhadap
jamur Epidermophyton floccosum,Alternaria solani, Mucor sp, Rhizopus sp,
Cunninghamella echinulata dan aktivitas antijamur yang sedang
terhadap Trichophyton mentagrophytes, Microsporum canis, Aspergillus
niger, Aspergillus flavus, Penicilliumsp, Fusarium
roseum, dan Curvularia lunata dengan nilai MIC 1 dan 5
µg/mL (Sundaram et al., 1983 cit Chaverriet al., 2008).
MIC (Minimum Inhibitory Concentration) adalah konsentrasi terendah
antimikrobial yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme (mikroba).
Banyak penelitian yang lain juga menunjukkan aktivitas a-mangostin sebagai
antioksidan, antitumor, antiviral dan antiinflamasi (Chaverri et al., 2008).
Struktur a-mangostin dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 2. Struktur Kimia
Senyawa a-Mangostin
Nama IUPAC (1,3,6-trihidroksi-7-metoksi-2,8-bis (3metil-2-butenil)-9H
xanten-9 on), rumus molekul : C24H22O6, berat molekul : 410,46 dan
kemurnian
: >95%, 98%, 99% menggunakan HPLC (Petersson, 2009).
f. Ekstraksi
Ekstraksi adalah sediaan kering, kental atau cair
dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di
luar pengaruh cahaya matahari langsung (Departemen kesehatan, 1979). Metode
ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat bahan mentah obat
atau simplisia dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan
kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati sempurna dari
obat atau simplisia (Ansel, 1989). Selain itu metode ekstraksi dipilih
berdasarkan sumber bahan alami dan senyawa yang akan diisolasi (Sarker et
al., 2006). Senyawa khas (zat aktif) akan didapatkan dengan menggunakan
metode maserasi yang cepat dan teliti (Harborne, 1987). Metode ekstraksi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi. Maserasi merupakan cara
penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari tersebut akan menembus dinding
sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam dan di luar sel, maka larutan
terpekat akan didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel (Ansel, 1989).
Waktu maserasi pada umumnya 5 hari. Selama waktu tersebut, keseimbangan antara
bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan yang masuk dalam cairan
telah tercapai, sehingga penarikan zat yang disari oleh cairan penyari telah
optimal. Dengan pengadukan, keseimbangan konsentrasi bahan lebih cepat dalam
cairan. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak memungkinkan terjadinya
ekstraksi absolute (Voight, 1994).
g. Isolasi
Metode isolasi adalah proses pengambilan suatu
komponen tertentu dalam keadaan murni dari suatu ekstrak. Kelarutan
(hidrofobisitas atau hidrofilisitas), sifat asam basa, stabilitas, dan ukuran molekul
merupakan gambaran umum molekul yang sangat membantu dalam menentukan proses
isolasi. Jika mengisolasi suatu senyawa yang sudah diketahui atau dari sumber
yang baru, dapat dicari informasi dari literature mengenai sifat kromatografi
senyawa target tersebut, sehingga mudah untuk menentukan metode isolasi yang
sesuai. Tetapi akan lebih sulit untuk menentukan prosedur isolasi untuk ekstrak
dengan kandungan senyawa yang sama sekali belum diketahui tipe senyawanya
(Sarker et al., 2006).
h. Sifat dan Golongan
Beberapa senyawa utama
kandungan kulit buah manggis yang dilaporkan bertanggungjawab atas beberapa
aktivitas farmakologi adalah golongan xanton. Senyawa xanton yang telah
teridentifikasi, diantaranya adalah
1,3,6-trihidroksi-7-metoksi-2,8-bis(3metil-2-butenil)- 9H-xanten-9-on and
1,3,6,7tetrahidroksi-2,8-bis(3-metil-2-butenil)- 9Hxanten-9-on. Keduanya lebih
dikenal dengan nama alfa mangostin dan gamma-mangostin. Alfa mangostin
merupakan jenis xanton yang dapat ditemukan pada tanaman manggis, terutama di
kulit buahnya. Xanton ialah pigmen fenol kuning yang reaksi warnanya dan
gerakan distribusinya serupa dengan flavanoid, akan tetapi secara kimia xanton
berbeda dengan flavanoid dan mudah dibedakan dari flavanoid berdasar sifat
spektrumnya yang khas . Xanton mempunyai strukur kimia yang khusus, yang
dinamakan sistem cincin aromatic trisiklik yang biasanya disubtitusi dengan
isoprene, fenol, dan metoksi sehingga memberikan banyak kemungkinan struktur .
Senyawa xanton tidak dapat larut dalam air, tapi dapat larut pada beberapa
pelarut yang lain yang jarak kepolarannya dari metanol sampai heksana .
Alfa mangostin merupakan
serbuk amorfus berwarna kuning yang mempunyai titik leleh 180-182ºC dan dapat
dilihat pada spektrofotometer UV dengan panjang gelombang maksimum 215, 243,
317 . Mangostin dapat diperoleh dari kulit buah manggis yang direbus, tannin
dipisahkan dengan alkohol dan kemudian dievaporasi, sehingga akan menghasilkan
produk berupa mangostin dan resin .Teknik isolasi alfa mangostin yang dilakukan
oleh Walker yaitu dengan merendam kulit buah manggis dengan pelarut heksana,
kemudian dievaporasi dengan rotatory evaporator. Ekstrak dilarutkan dalam
metanol hangat dan direkristalisasi dengan menambahkan aquades dengan
perbandingan 20:1 dari metanol dan dilanjutkan dengan pendinginan.
1.
Kajian Farmakologi Kulit Buah Manggis
Pemanfaatan kulit buah manggis sebenarnya sudah
dilakukan sejak dahulu. Kulit buah manggis secara tradisional digunakan pada
berbagai pengobatan di Negara India, Myanmar Sri langka, dan Thailand
(Mahabusarakam et al., 1987). Secara luas, masyarakat Thailand
memanfaatkan kulit buah manggis untuk pengobatan penyakit sariawan, disentri,
cystitis, diare, gonorea, dan eksim (ICUC, 2003). Di era modern, pemanfaatan
kuliat buah manggis secara luas di Negara tersebut memicu minat para ilmuwan
untuk menyelidi dan mengembangkan lembih lanjut aspek ilmiah keberkhasiatan
kulit buah manggis tersebut. Banyak penelitian telah membuktikan khasiat kulit
buah manggis, dan diantaranya bahkan menemukan senyawasenyawa yang
bertanggungjawab terhadap efek-efek tersebut. Berikut ini akan disajikan
pembahasan mengenai efek farmakologi dari kulit buah manggis.
1) Aktivitas
antihistamin
Dalam reaksi alergi,
komponen utama yang mengambil beran penting adalah sel mast, beserta
mediator-mediator yang dilepaskannya yaitu histamin dan serotonin. Allergi
disebabkan oleh respon imunitas terhadap suatu antigen ataupun alergen
yang berinteraksi dengan limfosit B yang dapat memproduksi imunoglobulin E
(IgE). Imunoglubulin E yang diproduksi kemudian menempel pada
reseptor FceRI pada permukaan membran sel mast. Setelah adanya interaksi
kembali antara antigen-antibodi, akan merangsang sel mast untuk melepaskan
histamin (Kresno, 2001; Subowo, 1993). Berhubungan dengan reaksi alergi
atau pelepasan histamin tersebut, Chairungsrilerd et al. (1996a,
1996b, 1998) melakukan pengujian ekstrak metanol kulit buah manggis terhadap
kontraksi aorta dada kelinci terisolasi yang diinduksi oleh histamine maupun
serotonin. Dari analisa komponenkomponen aktif dari fraksi lanjutan hasil dari
kromatografi gel silika, mengindikasikan bahwa senyawa aktifnya adalah alfa dan
gamma mangostin. Alfa mangostin sendiri mampu menunjukkan aktivitas
penghambatan kontraksi trakea marmut terisolasi dan aorta torak kelinci
terisolas, yang diinduksi simetidin, antagonis reseptor histamin H. Namun,
senyawa tersebut tidak menunjukkan aktivitas pada kontraksi yang
diinduksikarbakol, penilefrin dan KCl. Alfa mangostin juga mampu menghambat
ikatan [3H]mepiramin terhadap sel otot polos arta tikus. Senyawa terakhir
tersebut merupakan antagonis spesifik bagi reseptor histamin H. Dari analisa
kinetika ikatan [3H]mepiramin megnindikasikan bahwa alfa mangostin menghambat
secara kompetitif. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa alfa mangostin
tersebut dikategorikan sebagai pengeblok reseptor histaminergik khususnya H,
sedangkan gamma mangostin sebagai pengeblok reseptor serotonergik khususnya
5-hidroksitriptamin 2A atau 5HT. Lebih lanjut, Nakatani et al.
(2002a) melakukan penelitian ke arah mekanisme ekstrak kulit buah manggis
tersebut. Pada penelitian tersebut ekstrak kulit manggis yaitu : etanol 100%,
70 %, 40% dan air, diuji terhadap sintesa prostaglandin E dan pelepasan
histamin. Ekstrak etanol 40% menunjukkan efek paling poten dalam menghambat
pelepasan histamin dari sel 2H3RBL yang diperantarai IgE. Semua ekstrak kulit
buah manggis mampu menghambat sintesa PGE2 dari sel glioma tikus yang
diinduksi ionophore A23187. Pada reaksi anafilaksis kutaneus pasif, semua
ekstrak kulit manggis juga menunjukkan aktivitas penghambatan reaksi tersebut.
Dari penelitian ini, ekstrak etanol 40 % buah manggis adalah paling poten dalam
menghambat sintesa PGE dan pelepasan histamin.
2). Antiinflamasi
Penelitian mengenai aktivitas antiinflamasi dari kulit
buah manggis sampai saat ini baru dilakukan pada tahapanin vitro an
untuk tahap in vivo baru pada penelitian dengan metode tikus
terinduksi karagenen. Dari hasil penelitian diduga bahwa senyawa yang mempunyai
aktivitas anti-inflamasi adalah gamma-mangostin. Gamma-mangostin merupakan
xanton bentuk diprenilasi tetraoksigenasi, struktur kimia bisa dilihat pada
Gambar 2. Nakatni et al. (2002b) melakukan penelitian aktivitas
anti-inflamasi in vitro dari gamma mangostin terhadap sintesa
PGE2 dan siklooksigenase (COX) dalam sel glioma tikus C6. Kedua senyawa
dan enzim tersebut merupakan mediator terpenting dalam terjadinya reaksi
inflamasi. Gamma-mangostin menghambat secara poten pelepasan PGE2 pada
sel glioma tikus C6 yang diinduksi ionophore A23187. Gammamangostin
menghambat perubahan asam arakidonat menjadi PGE2 dalam mikrosomal, ini ada
kemungkinan penghambatan pada jalur siklooksigenase. Pada percobaan
enzimatik in vitro, senyawa ini mampu menghambat aktivitas enzim
COX-1 dan COX-2. Namun, senyawa tersebut tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap : (1) fosforilasi sinyal ekstraseuler p42/p44 yang
diinduksi A23187, yang mengatur protein kinase teraktivasi kinase/mitogen, dan
(2) pelepasan [14C]-asam arakidonat dari sel yang terlabel [14C]-AA tersebut.
Dari penelitian ini, gamma mangostin mempunyai aktivitas anti-inflamasi dengan
menghambat aktivitas siklooksigenase (COX). Lebih lanjut, Nakatani et al.
(2004) mengkaji pengaruh gamma-mangostin terhadap ekspresi gen COX-2 pada sel
glioma tikus C6. Gamma mangostin menghambat ekspresi protein dan mRNA
COX-2 yang diinduksi lipopolisakarida, namun tidak berefek terhadap ekspresi
rotein COX-1. Lipopolisakarida berfungsi untuk stimulasi fosforilasi inhibitor
kappaB (IkappaB) yang diperantarai IkappaB kinase, yang kemudian terjadi
degradasi dan lebih lanjut menginduksi translokasi nukleus NF-kappaB sehingga
mengaktivasi transkripsi gen COX-2.
Berkaitan dengan itu, gamma mangostin tersebut juga
menghambat aktivitas IkappaB kinase dan menurunkan degradasi IkappaB dan
fosforilasi yang diinduksi LPS. Pada luciferase reporter assay,
senyawa tersebut menurunkan aktivasi NF-kappaB diinduksi LPS dan proses
transkripsi gen COX-2 yang tergantung daerah promoter gen COX-2 manusia. Temuan
tersebut didukung hasil penelitian in vivo, gamma mangostin mampu
menghambat inflamasi udema yang diinduksi karagenen pada tikus. Dari penelitian
ini dapat dibuat resume : gamma mangostin secara langsung menghambat aktivitas
enzim Ikappa B kinase, untuk kemudian mencegah proses transkripsi gen COX-2
(gen target NFkappaB), menurunkan produksi PGE2 dalam proses inflamasi.
3) Anti-oksidan
Dalam Moongkarndi et al. (2004) melaporkan
bahwa ekstrak kulit buah manggis berpotensi sebagai antioksidan. Selanjutnya,
Weecharangsan et al. (2006) menindak-lanjuti hasil penelitian
tersebut dengan melakukan penelitian aktivitas antioksidan beberapa ekstrak
kulit buah manggis yaitu ekstrak air, etanol 50 dan 95%, serta etil asetat.
Metode yang digunakan adalah penangkatapan radikal bebas 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua ekstrak mempunyai potensi sebagai
penangkal radikal bebas, dan ekstrak air dan etanol mempunyai potensi lebih
besar. Berkaitan dengan aktivitas antioksidan tersebut, kedua ekstrak tersebut juga
mampu menunjukkan aktivitas neuroprotektif pada sel NG108-15. Seiring
dengan hasil tersebut, Jung et al. (2006) melakukan penelitian
aktivitas antioksidan dari semua senyawa kandungan kulit buah manggis yang
disajikan pada Gambar 1-2, minus mangostingon. Dari hasil skrining aktivitas
antioksidan dari senyawasenyawa tersebut, yang menunjukkan aktivitas poten
adalah 8-hidroksikudraxanton, gartanin, alpha-mangostin, gamma-mangostin dan
smeathxanton A.
4) Antikanker
Hingga saat ini, pengobatan kanker masih tidak
memuaskan. Oleh karena itu, penelitian penemuan obat kanker masih gencar
dilakukan. Salah satu tanaman obat yang menjadi objek kajian adalah kulit buah
manggis. Ho et al. (2002) berhasil mengisolasi beberapa senyawa
xanton dan menguji efek sitotoksisitas pada sel line kanker hati. Berdasarkan
penelitian tersebut, senyawa garsinon E menunjukkan aktivitas sitotoksisitas
paling poten. Sementra itu, Moongkarndi et al. (2004) melaporkan bahwa ekstrak
metanol kulit buah manggis menunjukka aktivitas sangat poten dalam menghambat
proliferasi sel kanker payudara SKBR3, dan menunjukkan aktivitas apoptosis.
Di lain pihak, Matsumoto et al. (2003) melakukan uji serupa
yaitu aktivitas antiproliferatif dan apoptosis pada pertumbuhan sel leukemia
manusia HL60. Berbeda dengan hasl penelitian sebelumnya, alfa-mangostin
menunjukkan aktivitas anti-proliferasi dan apoptosis terpoten diantara senyawa
xanton lainnya. Pada tahun 2004, Matsumoto et al melanjutkan
penelitian tersebut untuk mempelajari mekanisme apoptosis dari alfamangostin.
Senyawa tersebut mampu mengaktivasi enzim apoptosis caspase-3 dan 9, namun
tidak pada caspase-8. Alfa mangostin diduga kuat mem-perantarai apoptosis jalur
mitokondria, ini didasari oleh perubahan mitokondria setelah perlakuan senyawa
tersebut selama 1-2 jam. Perubahan mitokondria tersebut meliputi : pembengkakan
sel, berkurangnya potensial membran, penurunan ATP intraseluler, akumulasi
senyawa oksigen reaktif (ROS), dan pelepasan c/AIF sitokrom sel. Namun,
alfa-mangostin tidak mempengaruhi ekspresi protein family bcl-2 dan aktivasi
MAP kinase. Hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa target aksi
alfa-mangostin adalah mitokondria pada fase awal sehingga menghasilkan
apoptosis pada sel line leukimia manusia. Dari studi hubungan struktur aktivitas,
gugus hidroksi mempunyai kontribusi besar terhadap aktivitas apoptosis
tersebut. Melanjutkan temuan di atas, Nabandith et al. (2004)
melakukan penelitian in vivo aktivitas kemopreventif
alfa-mangostin pada lesi preneoplastik putatif yang terlibat pada
karsinogenesis kolon tikus, yang diinduksi 1,2-dimetilhidrazin (DMH). Pemberian
senyawa tersebut selama 4-5 minggu, menghambat induksi dan perkembangan aberrant
crypt foci (ACF), menurunkan dysplastic foci (DF)
dan betacatenin accumulated crypts(BCAC). Pada pelabelan antigen
nukleus sel yang mengalami proliferasi, senyawa tersebut menurunkan terjadinya
lesi focal dan epithelium kolon tikus.
5) Antimikroorganisme
Selain memiliki beberapa aktivitas farmakologi seperti
di atas, kulit buah manggis juga menunjukkan aktivitas antimikroorganisme.
Suksamrarn et al. (2003) bersama kelompoknya asal Thailand,
melakukan penelitian potensi antituberkulosa dari senyawa xanton terprenilasi
yang diisolasi dari kulit buah manggis. Seperti pada hasil penelitian sebelumnya,
alfa mangostin, gamma-mangostin dan garsinon B juga menunjukkan aktivitas
paling poten pada percobaan ini. Ketiga senyawa tersebut menghambat kuat
terhadap bakteri Mycobacterium tuberculosis. Hasil temuan
tersebut ditindaklanjuti peneliti asal Osaka Jepang, Sakagami et al.
(2005). Fokus pada alfa-mangostin, kali ini senyawa tersebut diisolasi dari
kulit batang pohon untuk memperoleh jumlah yang besar. Alfa mangostin
aktif terhadap bakteri Enterococci dan Staphylococcus aureus yang
masingmasing resisten terhadap vancomisin dan metisilin. Ini diperkuat dengan
aktivitas sinergisme dengan beberapa antibiotika (gentamisin dan vancomisin)
terhadap kedua bakteri tersebut. Sementara itu, Mahabusarakam et al.
(2006) melakukan pengujian golongan xanton termasuk mangostin, pada Plasmodium
falciparum. Hasil menunjukkan bahwa mangostin mempunyai efek antiplasmodial
level menengah, sedangkan xanton terprenilasi yang mempunyai gugus alkilamino
menghambat sangat poten.
6) Aktivitas lainnya
Telah disebutkan
sebelumnya bahwa alfa-mangostin memiliki aktivitas antioksidan dan penangkal
radikal bebas. Berkaitan dengan fakta tersebut, alfa-mangostin mampu menghambat
proses oksidasi lipoprotein densitas rendah (LDL) yang sangat berperan dalam aterosklerosis (William et al., 1995).
Sedangkan Mahabusarakam et al. (2000) melaporkan bahwa xanton
terprenilasi juga dapat menghambat proses oksidasi dari LDL tersebut.
Penelitian lainnnya, mangostin dilaporkan menghambat poten terhadap HIV-1
protease (Chen et al., 1996). Sementara itu, Gopalakrishnan et
al. (1997) melaporkan bahwa senyawa xanton mangostin dari kuliat buah
manggis mampu penghambat pertumbuhan jamur patogenik : Fusarium
oxysporum vasinfectum, Alternaria tenuis, dan Dreschlera
oryzae.
j. Kajian Toksisitas
Kulit Buah Manggis
Telah disebutkan bahwa kulit buah manggis mampu
menunjukkan berbagai aktivitas farmakologi, dan diantaranya adalah sangat
poten. Senyawa-senyawa utama yang dominan menunjukkan aktivitas farmakologi
adalah alfa-mangostin, gamma-mangostin dan garsinon-E. Di lain pihak, perlu
juga dilakukan penelitian mengenai kemungkinan efek toksik dari penggunaan
kulit buah manggis tersebut. Jujun et al. (2006) melakukan uji
toksisitas aku maupun sub-kronis terhadap ekstrak etanol kulit buah manggis
yang mengandung senyawa-senyawa aktif pentingnya. Pada percobaan toksistas
akut, ekstrak (10-25 %) tersebut tidak menunjukkan efek toksis (kematian dan
perubahan fisik ataupun aktivitas) pada tikus. Secara histopatologi, juga tidak
ditemukan perubahan yang berarti pada organ-organ vital tikus (hati, jantung,
paru-paru, adrenal, ovarium, ginjal, testis). Pada percobaan toksisitas
sub-kronis, pemakaian ekstrak etanol kulit buah manggis (dosis 50-1000 mg/kg
BB) selama 28 hari juga tidak menunjukkan efek toksik yang berarti, yang
meiputi pengamatan gejala efek toksis, perubahan pertumbuhan, bobot organ-organ
vital, analisa hematologi, kimia darah maupun gross histopatologinya.
No comments:
Post a Comment