Penapisan fitokimia
Penapisan fitokimia dilakukan sebagai pemeriksaan kimia
pendahuluan dari simplisia sebelum dilakukan tahap isolasi lebih lanjut.
Pemeriksaan terhadap kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan tergantung
kepada sensitivitas dari prosuder analisis dan banyaknya kandungan kimia
senyawa yang diidentifikasi.
Tahap-tahap kerja pada
analisa fitokimia dari simplisia tumbuhan dapat dilalui dengan tahapan berikut
ini,
1.
Penyiapan simplisia
1.
Panen, pengumpulan organ tumbuhan
- teknik
pengumpulan
- jenis
organ tumbuhan
2.
Pencucian dan sortasi basah
3.
Perajangan, untuk memperkecil ukuran
simplisia terutama organ seperti: rhizoma, umbi/tuber, bulbus, dll.
4.
Pengeringan dengan cara:
- pengeringan
alamiah
- pengeringan
buatan
5.
Sortasi kering
6.
Pewadahan dan penyimpanan
2.
Ekstraksi
3.
Metode pemisahan/Isolasi
4.
Uji kemurnian isolat (kristal)
5.
Identifikasi dan penentuan struktur
Penggolongan komponen kimia dalam tumbuhan, ada beberapa
macam antara lain:
A. Berdasarkan biosintesis
- Metabolit primer
- Metabolit sekunder
B. Berdasarkan Kepolaran
- Senyawa non polar: steroid, lemak, minyak atsiri
- Senyawa semi polar: kumarin, kuinon, alkaloid
- Senyawa polar: glikosida, saponin, dll.
C. Berdasarkan sifat
asam-basa
- Senyawa basa: alkaloid, amina, dll.
- Senyawa asam: fenol, flavonoid
- Senyawa netral: kumarin, kuinon, dll.
1.2.1 Kumarin
Senyawa golongan kumarin mempunyai aktivitas biologi yang
sangat beragam diantaranya sebagai antikoagulan, estrogenik, fotosensitifitas
pada kulit, antimikroba, vasodilator, moluskasidal, antelmintik, antimalaria,
antitumor, anti- HIV, antivirus, Ca antagonis, sitostatik, inhibitor
5-lipooksigenase, inhibitor monoamin yang sangat potensial digunakan sebagai
obat.
Simplisia yang mengandung kumarin antara lain adalah,
Kemuning
Tanaman
asal : Murraya
paniculata(L) Jack
Familia :
Rutaceae
Bagian tanaman yang
digunakan : Anak daun dari daun
majemuk
Isi
tanaman :
minyak atsiri, damar, tanin, glikosida muayin, meransinhidrat murangatin,
muralongin.
Penggunaan :
Anti tiroid, kelebihan lemak
Data
penelitian :
kemuning mengandung alkaloid murayina yang berupa derivat karbazol, mungkin
berasal dari asam antranilat, dalam buahnya mengandung senyawa kumarin:
kumarayin, dan daunnya mengandung febalosin.
Pulasari
Tanaman
Asal : Alyxia
reinwardtii
Familia :
Apocynaceae
Bagian tanaman yang
digunakan : kulit batang dan
kulit cabang
Isi
tanaman :
kumarin, minyak atsiri, asam organik
Penggunaan :
demam, sariawan mulut, disentri, pewangi, karminativ, dan spasmolitik.
1.2.2 Triterpenoid Dan Steroid
ü Triterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya
berasal dari 6 satuan isopren dan secara biosintesis diturunkan dari
hidrokarbon C30 asilik, yaitu skualen. Senyawa ini berstruktur siklik yang
nisbi rumit, kebanyakan berupa alkohol, aldehida, atau asam karboksilat. Mereka
berupa senyawa tanwarna, berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi
dan aktif optik , yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kerektifan
kimianya. Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida
asetat + H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan
triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru. Tersebar luas
dalam damar, gabus dan kutin tumbuhan.
Struktur: - Asiklik : misal : skualen.
-
Siklik : - mono
-
bi
-
tri
-
tetra
-
penta
Triterpenoid yang paling penting dan tersebar luas ialah
triterpenoid penta siklik.
Bentuk bebas : kepolarannya menengah.
glikosida :
kepolarannya polar.
ü Steroid
Steroid adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem
cincin siklopentana perhidrofenantren dan merupakan
senyawa organik yang berasal dari hewan dan tumbuhan
dengan struktur
inti molekulnya
C-17, tetrasiklis dengan susunan 3 cincin segienam dan 1 cincin segi lima.
Serupa dengan triterpen tetrasiklis, tetapi tidak
mempunyai gugus metil pada C-4 dan C-14.
Ciri umum steroid nabati adalah:
1) Adanya gangguan OH
pada C-3
2) Adanya ikatan
rangkap antara C5 dan C6
Klasifikasi:
Didasarkan atas jumlah atom C atau sumber alamnya.
1) Berdasarkan struktur inti
C-17 dengan jumlah atom C substitusi maka steroid
dibagi dalam 5
kelompok sebagai berikut:
a.
Kelompok estrogen (18 atom C) inti estron.
b.
Kelompok androgen (19 atom C) inti androstan.
c.
Kelompok gestogen dan Kortikosteroid (21atom C) inti pregnan.
d.
Kelompok as. Empedu (24 atom C) inti kholan.
e.
Kelompok sterol (27 atom C) inti kholestan.
2) Berdasarkan
sumber alamnya dibagi dalam 4 kelompok:
a.
Zoosterol: berasal dari hewan, terutama yang bertulang belakang.
b.
Fitosterol : berasal dari tumbuhan berklorofil.
c. Mikosterol : berasal dari cendawan.
d. Sterol : berasal dari makhluk hidup
laut yang tidak bertulang belakang, misal: spons.
Biosintesis Steroid:
Titik tolak biosintesis steroid adalah
Ianosterol (pada hewan) dan siklo artenol (pada tumbuhan), keduanya adalah
senyawa triterpen. Ianosterol dan sikloartenol dibiosintesis dari asam asetat
melalui pembentukan asam mevalonat dan skualen. Jadi biosintesis adalah melalui
jalur asetat-mevalonat.
Identifikasi Steroid:
ü Reaksi Lieberman buchardat
ü KLT
fase
diam : silika gel 60 F254
fase
gerak : CHCl3 : Etil asetat
(2:1)
deteksi :
UV
254 nm : fluorescensi lemah
UV
366 nm : tidak berfluorescensi
penampak
bercak: anisaldehid sulfat
(panaskan
1050C 2-5 menit)
à ungu s/d biru ungu
Simplisia yang mengandung golongan steroid dan
triterpenoid :
Brotowali
Tanaman
asal : Tinospora
crispa (L.)
Famili :
Menispermaceae
Bagian tanaman yang
digunakan : Batang
Isi tanaman : Pati,
glikosida pikroretosid, alkaloid, berberin dan palmatin, zat pahit pikroretin,
harsa, damar lunak. Akarnya mengandung berberin, dan kolumbin.
Penggunaan : Antipiretik,
sakit perut, sakit kulit, tonikum, sakit kuning, pegal-pegal.
Jati Belanda
Tanaman
asal : Guazuma
ulmifolia Lamk
Famili :
Sterculiaceae
Isi
tanaman :
Tanin, lendir, damar
Penggunaan :
Astringen, obat pelangsing, diare, obat batuk
1.2.3 Minyak Atsiri
Minyak
atsiri adalah
zat berbau atau biasa disebut dengan minyak esential, minyak eteris karena pada
suhu kamar mudah menguap di udara terbuka tanpa mengalami penguraian. Istilah
esential atau minyak yang berbau wangi dipakai karena minyak atsiri mewakili
bau dari tanaman penghasilnya. Dalam keadaan murni dan segar biasanya minyak
atsiri umumnya tidak berwarna atau kekuning-kuningan dengan rasa dan bau yang
khas. Namun dalam penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi dan
membentuk resi serta warnanya berubah menjadi lebih gelap.
Sumber minyak atsiri dapat diperoleh dari setiap bagian
tanaman seperti daun, bunga, buah, biji, batang, akar, ataupun rimpang. Selain
itu dapat larut baik dalam etanol dan pelarut organik, namun sukar larut dalam
air dan kurang larut dalam etanol yang kadarnya kurang dari 70 %. Umumnya zat
organik pada minyak atsiri tersusun dari unsur C, H, dan O, berupa senyawa
alifatis atau aromatis meliputi kelompok hidrokarbon, ester, eter, aldehid,
keton, alkohol dan asam.
Secara kimia minyak atsiri bukan merupakan senyawa
tunggal, tetapi tersusun dari berbagai macam komponen yang secara garis besar
terdiri dari kelompok terpenoid dan fenil propan. Pengelompokkan tersebut
berdasarkan pada awal terjadinya minyak atsiri di dalam tanaman.
Terpenoid berasal dari suatu unit sederhana yang disebut
sebagai isoprena. Sehingga dapat dikatakan komponen minyak atsiri termasuk senyawa
isoprenoid, karena molekul- molekulnya tersusun dari unit-unit isopren. Sementara
fenil propan terdiri dari gabungan inti benzen dan propana. Penyusun minyak
atsiri dari kelompok terpenoid dapat berupa monoterpen dan seskuiterpen yang
merupakan komponen utama minyak atsiri. Minyak atsiri dapat
digunakan sebagai:
1. Menarik serangga
(penyerbukan)
2. Untuk kosmetik /
parfum
3. Penolak serangga
4. Sebagai bumbu
masak
5. Antiseptik
(obat)
Sifat-
Sifat Minyak Atsiri
Adapun sifat-sifat
minyak atsiri adalah sebagai berikut:
1. Tersusun
oleh bermacam-macam komponen senyawa
2. Bau
khas
3. Rasa
getir, tajam, menggigit, memberi kesan hangat sampai panas atau justru dingin
bila terasa di kulit
4. Dalam
keadaan murni mudah menguap pada suhu kamar
5. Tidak
bisa disabunkan dengan alkali dan tidak menjadi tengik
6. Tidak
stabil terhadap pengaruh lingkungan, baik oleh oksigen, matahari atau panas
7. Indeks
bias umumnya tinggi dan bersifat optis aktif (memiliki atom C asimetrik)
8. Kelarutannya
sangat kecil di dalam air
9. Mudah
larut dalam pelarut organik
Keberadaan
Minyak Atsiri dalam Tanaman
Minyak atsiri terkandung dalam bernagai organ, seperti di
dalam rambut kelenjar, dalam sel-sel parenkim, di dalam saluran minyak, di
dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen ataupun terkandung dalam semua
jaringan.
Minyak atsiri dapat terbentuk langsung oleh protoplasma
akibat adanya peruraian lapisan resin dari dinding sel atau hidrolisis dari
glikosida tertentu. Peranan utama minyak atsiri pada tumbuhan itu sendiri
adalah sebagai pengusir serangga (mencegah bunga dan daun rusak), serta sebagai
pengusir hewan pemakan daun lainnya. Namun sebaliknya minyak atsiri juga
berfungsi sebagai penarik serangga guna membantu penyerbukan silang dari bunga
Klasifikasi
Minyak Atsiri:
A. Monoterpen
1. Monoterpen asiklik :
a. Hidrokarbon: mirsen, osimen
b. Aldehid : geranial, neral
c. Alkohol : geraniol,
nerol, linalool
2. Monoterpen monosiklik :
a. Hidrokarbon
: -
d.limonen - γ-terpinen
- α-terpinen - α-felandren
- β-terpinen - β-felandren
b. Aldehid
: felandral, peril aldehid
c. Keton
: menton, pulegon, piperiton, karvon
d. Alkohol
: mentol, piperitol, karveol, α-terpineol
e. Oksida
: 1,8-sineol (eugenol), askaridol
3. Monoterpen
Bisiklik
a. Grup
tuyan : α-tuyen,
sabinen, tuyon, sabinol
b. Grup
karan :
kar-3-en, kar-4-en, karon
c. Grup
pinan : α-pinen,β-pinen,
mirtenal, mirtenol
d. Grup
kamfan :
kamfer, borneol, kamfen
e. Grup
fenkhan :
fenkhon,α-fenkhen
f. Monoterpen
tidak beraturan : γ-tuyaplisin,
nepetalakton
B. Seskuiterpen
1. Seskuiterpen
asiklis :
farnesol, nerolidol
2. Seskuiterpen
monosiklis : α-bisabolen, γ-bisabolen,
zingiberen,
asam absisat
3. Seskuiterpen
bisiklis : α-kadinen, β-selinen,
azulen
4. Seskuiterpen
trisiklis :
santonin, aromadendren
Kerangka dasar komponen minyak atsiri adalah terpen yang
terdiri dari satuan isoprena. Satuan isoprena yang berperan aktif secara
biosintetik adalah isopentenil pirofosfat, dimetil alil pirofosfat serta
senyawa yang terbentuk dari asam asetat lewat jalur biosintesis asam mevalonat.
Geranil piropsfat adlah prekursor C10 dari terpen dan berperan
penting dalam pembentukan monoterpen siklik serta dibentuk melalui kondensasi
dari masing-masing satuan isopentenil.
Prekursor pertama untuk komponen fenil propanoid dalam
minyak atsiri adalah asam siamat dan asam p-hidroksi sinamatyang juga dikenal
sebagai asam p-kumarat. Dalam tanaman, senyawa ini dibentuk dari asam amino
aromatik fenilalanin dan tirosin yang akhirnya disintesis lewat jalur asam
sikimat yang dapat dibantu oleh Escherichia coli yang
membutuhkan asam amino aromatik untuk pertumbuhannnya. Asam sikimat selanjutnya
akan menghasilkan asam korismat yang bisa menghasilkan triptofan lewat jalur
asam antranilat dan asam prefenat . asam prefanat mengalami dehidrasi dan
dekarboksilasi sehingga menghasilkan asam fenilpiruvat (prekursor fenilalanin),
atau justru mengalami dehidrogenasi dab dekarboksilasi menghasilkan asam
p-hidroksifenil piruvat (prekursor tirosin).
Metode isolasi minyak atsiri dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu:
1. Penyulingan (destilasi)
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen berdasarkan
perbedaan titik didihnya. Prinsip dasar penyulingan adalah cairan dirubah
menjadi uap pada titik didihnya, kemudian uap tersebut dikondensasikan lagi ke
dalam bentuk cairan dengan proses pendinginan
Penyulingan dapat dilakukan dengan bebagai cara, yaitu :
a. Penyulingan dengan air
b. Penyulingan dengan air dan uap
c. Penyulingan dengan uap
2. Ekstraksi/ penyarian
dengan pelarut organik (mudah menguap) yang sesuai
Prinsipnya adalah melarutkan minyak atsiri yang terdapat
dalam simplisia dengan pelarut organik yang mudah menguap yang sesuai. Metode
penyarian digunakan untuk minyak-minyak atsiri yang tidak tahan dengan
pemanasan. Metode ini banyak digunakan karena rendahnya kadar minyak dalam
tanaman, selain itu cara ini dianggap paling efektif karena sifat minyak atsiri
yang larut sempurna di dalam bahan pelarut organik nonpolar.
3. Enflurage
Prinsipnya adalah metode perlekatan bau dengan
menggunakan media lilin dan memanfaatkan aktivitas enzim yang diyakini masih
aktif selama sekitar 15 hari sejak bahan minyak atsiri dipanen. Metode ini
digunakan karena ada beberapa jenis bunga yang setelah dipetik enzimnya masih
menunjukkan kegiatan dalam menghasilkan minyak atsiri sampai beberapa minggu,
misalnya bunga melati. Diperlukan perlakuan khusus secara langsung agar tidak
mengubah aktivitas enzim.
4. Penyarian dengan lemak
padat
Biasanya untuk memperoleh minyak atsiri dari
bunga-bungaan
a. tanpa pemanasan (enfleurage)
b. dengan lemak panas
(maserasi)
5. Pemerasan
Umumnya dilakukan
terhadap bahan berupa buah atau kulit buah dari tanaman yang termasuk keluarga
Citrus karena minyak atsirinya rusak oleh penyulingan (tidak stabil dan idak
tahan pemanasan). Karena tekanan pada pemerasan, sel-sel yang mengandung minyak
lemak pecah dan minyak atsiri keluar dan mengalir ke permukaan. Metode ini
hanya cocok untuk minyak atsiri yang rendamannya relatif besar.
6. Penyarian dengan gas CO2
Metode berdasarkan pada kelarutan minyak atsiri yangbaik dalam CO2.
Cara
Pengujian
Kimia :
a. 2 mg serbuk simplisia
ditambah 5 tetes asam sulfat pekat → coklat hitam
b. 2 mg serbuk simplisia
ditambah 5 tetes asam encer → kuning
c. 2 mg serbuk simplisia
ditambah 5 tetes larutan NaOH 5 % → coklat tua
d. 2 mg serbuk simplisia ditambah
5 tetes kalium iodida 6 % → kuning
Pengujian
Mutu
Setiap minyak atsiri mempunyai sifat khas dari senyawa
kimia yang menyusunnya. Sifat ini dapat berubah karena proses pengolahan dan
penyimpanan → perlu dilakukan.
Pengujian mutu yang dilakukan adalah :
1. Uji organoleptik
2. Uji sifat fisika dan
kimia
-
warna, kejernihan dan
bau -
persentase alkohol
-
bobot
jenis -
kadar aldehid dan keton
-
putaran
optik -
kadar fenol
-
indek
bias -
kadar sineol
-
bil.
Asam -
logam berat
-
bil. Ester dan bil. Penyabunan
Penentuan Minyak Atsiri
a. KLT
b. KGC
c. SM
Pereaksi
Warna / Penampak bercak :
- Anisaldehid
– H2SO4
- Vanilin
– H2SO4
- H2SO4 pekat
- SbCl3
dalam CHCl3
- Larutan
KMnO4 0,2 % dalam air
Tanaman
Penghasil Minyak Atsiri
a. Minyak kapulaga
b. Minyak kenanga
c. Minyak kayu manis
d. Minyak ketumbar
e. Minyak sereh
f. Minyak melati
g. Minyak lavender
h. Minyak pala
i. Minyak lada
j. Minyak mawar
k. Minyak nilam
l. Minyak
cendana
m. Minyak akar wangi
n. Minyak jahe
Contoh simplisia yang mengandung minyak atsiri:
Minyak Jahe/ Ginger Oil
Tanaman
asal : Zingiber
officinale
Famili :
Zingiberaceae
Rendeman :
3,5 %
Sumber :
rimpang
Komponen Penyusun :
oleoresin, zingiberena, zingiberol, zingerol,
zingerona, kamfena, felandren, sineol,
geraniol, borneol, linalool
Kegunaan :
bahan pewangi permen, parfum, korigen odoris, karminativum
Lengkuas
Tanaman asal : Languas
Galanga (L.)
Famili :
Zingiberaceae
Bagian tanaman yang
digunakan : Rimpang
Kandungan
tanaman :
minyak atsiri lebih kurang 1% mengandung kamfer, sineol, dan asam metilsinamat.
Penggunaan :
Karminatif, antifungi, sakit perut, malaria.
1.2.4 Tanin
Tanin merupakan
suatu senyawa golongan yang terbesar dari senyawa kompleks yang tersebar luas
pada dunia tumbuhan. Tanin dianggap senyawa kompleks yang dibentuk dari
campuran polifenol yang sangat sukar dipisahkan karena tidak dapat
dikristalkan. Tanin umumnya terdapat dalam organ: daun, buah, kulit batang, dan
kayu. Didalam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma,
tetapi bila jaringan rusak, misalnya bila hewan memakannya maka reaksi
penyamakan dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai
oleh cairan pencernaan hewan.
Fungsi tanin dalam tumbuhan adalah untuk menghalau hewan
pemakan tumbuhan karena berasa sepat.
Secara kimia tanin dapat dibedakan dalam 2 jenis:
ü Tanin terkondensasi, hampir terdapat
didalam paku-pakuan dan Gymnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae,
terutama pada jenis tumbuhan berkayu. Merupakan senyawa inti fenol dengan
karbohidrat atau protein. Contohnya: proantosianidin (flavolan).
Tanin terkondensasi secara biosintetis dapat dianggap
terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal yang membentuk senyawa dimer
dan kemudian oligodimer yang lebih tinggi. Nama lain untuk tanin terkondensasi
ialah proantosianidin karena bila direaksikan dengan asam panas, beberapa
ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus dan dibebaskanlah monomer
antosianidin. Kebanyakan proantosianidin adalah prosianidin, ini berarti bila
direaksikan dengan asam akan menghasilkan sianidin.
Proantosianidin dapat dideteksi langsung dalam jaringan
tumbuhan hijau dengan mencelupkan kedalam HCl 2M mendidih selama setengah jam.
Bila terbentuk warna merah yang dapat diekstraksi dengan amil atau butil
alkohol, maka ini merupakan bukti adanya senyawa tersebut.
ü Tanin terhidrolisis/dapat dihidrolisis,
penyebarannya terbatas pada tumbuhan Dicotyledonae. Contohnya: Galotanin dan
Elagitanin. Yang merupakan senyawa ester dari asam galat (polihidrat) dengan
glukosa.
Simplisia yang mengandung Tanin
Catechu (gambir, Pale catechu)
Adalah sari air kering yang diperoleh dari daun yang diperoleh
dari daun dan ranting muda.
Tanaman
asal : Uncaria
gambier (Hunter) Roxb
Familia :
Rubiaceae
Pemerian :
tidak berbau, rasa mula-mula pahit dan sangat sepat, kemudian agak manis.
Tempat tumbuh :
Indonesia dan Malaysia
Pemakaian :
Astringen kuat
Kandungan :
d-katekhin 7-33% dan Asam Katekutanat 22-50%
Jambu Biji
Tanaman
Asal : Psidium
Guajava L
Familia :
Myrtaceae
Bagian yang
digunakan : Daun
Isi
tanaman :
Tanin 9-12%, minyak atsiri, minyak, lemak, asam malat.
Penggunaan :
Antidiare, astringens, sariawan, menghentikan perdarahan.
Delima
Tanaman
asal : Punica
granatum L.
Familia :
Punicaceae
Bagian yang
digunakan : kulit
buah
Isi
tanaman :
tanin 22-25%, alkaloid cair terutama peleterina dan isopeleterina, kalsium
oksalat, pati
Penggunaan :
buah; obat cacing, disentri, astringen
Bunga;
radang selaput lendir gusi
1.2.5 Saponin
Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi
tumbuhan atau waktu memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan bukti akan
adanya saponin.
Bila didalam tumbuhan terdapat banyak saponin, sukar untuk memekatkan ekstrak
alkohol-air dengan baik, walaupun dengan menggunakan penguap putar. Yang paling
sederhana untuk membuktikan adanya unsur saponin dalam simplisia adalah dengan
cara mengocok nya, dan perhatikan apakah akan terbentuk busa tahan lama pada permukaan
cairan. Saponin dapat juga diperiksa dalam ekstrak kasar berdasarkan
kemampuannya menghemolisis sel darah.
Saponin jauh lebih polar daripada sapogenin karena ikatan
glikosidanya, dan lebih mudah dipisahkan dengan KLT pada selulosa.
Saponin memiliki berat molekul tinggi sehingga menjadikan
upaya isolasi ntuk mendapatkan saponin yang murni menemui banyak kesulitan.
Berdasarkan struktur aglikonnya (sapogeninnya), saponin dapat dibedakan menjadi
2 macam, yaitu tipe steroid dan tipe triterpenoid. Kedua senyawa ini memiliki
hubungan glikosidik pada atom C-3 dan memiliki asal usul biogenetika yang sama
lewat asam mevalonat dan satuan-satuan isoprenoid.
Kegunaan
Semua saponin mengakibatkan hemolisis. Oleh karena itu,
relatif berbahaya bagi semua organisme binatang bila saponin diberikan secara
parenteral. Saponin memiliki kegunaan dalam pengobatan, terutama karena
sifatnya yang mempengaruhi absorpsi zat aktif secara farmakologi.
Kumis kucing
Daun ungu
Tanaman
asal : Graptophyllum
pictum
Familia :
Acanthaceae
Bagian yang
digunakan : Daun
Isi
tanaman :
alkaloid, saponin, tanin, lendir
Penggunaan :
Daun; wasir, diuretik, obat bisul
1.2.6 Kuinon
Kuinon adalah
senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor pada
benzokuinon, yang terdiri atas 2 gugus karbonil yang
berkonyugasi dengan 2 ikatan rangkap karbon – karbon. Untuk tujuan
identifikasi, kuinon dapat dipilah menjadi 4 kelompok: benzokuinon,
naftokuinon, antrakuinon, dan kuinon isoprenoid. Tiga kelompok pertama biasanya
terhidroksilasi dan bersifat senyawa fenol serta mungkin terdapat in vivo dalam
bentuk gabungan dengan gula sebagai glkosida atau kuinol tanwarna,
kadang-kadang juga bentuk dimer. Dalam hal demikian, diperlukan hidrolisis asam
untuk melepaskan kuinon bebas nya. Kuinon isoprenoid terlibat dalam
respirasi sel dan fotosintesis dan dengan demikian kuinon tersebar secara
merata dalam tumbuhan.
Warna pigmen kuinon alam beragam, mulai dari kuning pucat
sampai ke hampir hitam. Walaupun kuinon tersebar secara luas, namun perannya
terhadap warna tumbuhan sangat kecil. Jadi, pigmen ini sering
terdapat dalam kulit, akar, atau jaringan lain, namun warna pigmen kuinon ini
tidak mendominasi.
Deteksi pendahuluan kuinon,
Untuk memastikan suatu pigmen termasuk kuinon atau bukan,
dapat dilakukan dengan reaksi warna. Reaksi yang khas adalah reduksi
bolak-balik yang mengubah kuinon menjadi semyawa tanwarna, kemudian warna
kembali lagi bila terjadi oksidasi oleh udara. Reaksi dapat digunakan dengan
menggunakan natrium borohidrida dan oksidasi ulang dapat dilakukan dengan
mengocok larutan itu diudara. Untuk kebanyakan kuinon, hasil uji reduksi dalam
larutan yang agak basa lebih mencolok dan oksidasi ulang di udara lebih cepat.
Kuinon menuknjukan geseran batokrom yang kuat dalam basa, tetapi ini bukan ciri
khasnya.
1.2.7 Flavonoid
Semua flavonoid, menurut strukturnya,
merupakan senyawa induk flavon yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhanPrimula,
dan semuanya mempunyai sejumlah sifat yang sama. Saat ini dikenal sekitar 20
jenis flavonoid.
Flavonoid terutama
berupa senyawa yang larut dalam air. Mereka dapat diekstraksi dengan alkohol
70% dan tetap ada pada lapisan air setelah ekstrak dikocok dengan eter minyak
bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila di
tambah basa atau amoniak, jadi flavonoid mudah dideteksi pada kromatogram atau
dalam larutan.
Flavonoid mengandung sistem aromatik yang
terkonyugasi dan karena itu menunjukan pita serapan kuat pada spektrum UV dan
spektrum tampak. Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula
sebagai glikosida dan aglikon flavonoid.
Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan
berpembuluh tetapi beberapa kelas lebih tersebar daripada yang lainnya. Penyebaran
flavonoid meliputi,
Golongan Tumbuhan
|
Flavonoid
|
Bakteri
|
Hampir tidak ada sama sekali
|
Fungi
|
|
Ganggang merah
|
|
Lumut hati
|
Sedikit tipe flavonoid, terutama
3-deoksiantosianin, glikoflavon
|
Equisetum
|
Flavonoid berstruktur sederhana, 3-deoksiantosian, flavon,
flavonol, leukoantosianidin, kalkon dan flavanon.
|
Lycopodium
|
|
Paku-pakuan
|
|
Gymnospermae
|
Kebanyakan flavonoid, biasanya tipe sederhana,
biflavonil
|
Angiospermae
|
Segala macam flavonoid, biflavonil jarang
|
Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai
campuran, jarang sekali dijumpai hanya flavonoid tunggal dalam jaringan
tumbuhan. Disamping itu, sering terdapat campuran yang terdiri atas flavonoid
yang berbeda kelas. Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga hampir
selalu disertai oleh flavon dan flavonolol tanwarna.
Flavonoid mempunyai rumus umum, C6C3C6.
Aktivitas biologi flavonoid antara lain,
- anti
kanker :
kuersetin, mirisetin
- anti
oksidant :
kuersetin, antosianidin, dan prosianidin
- anti inflamasi :
apigenin, taksifolin, luteolin, kuersetin
- anti
alergi :
nobeletin, tangeretin
- anti
hipertensi :
prosianidin
- anti
virus :
amentiflavum, skutellarein, kuersetin
Klasifikasi flavonoid umumnya didasarkan atas inti
molekul,
*Harbone membagi flavonoid kedalam kelompok
- Antosianin
- Proantosianidin
- Flavonol
- Flavon
- Khalkon
dan auron
- Flavanon
- Glikoflavon
- Isoflavon
- Biflavonil
*Berdasarkan warna flavonoid
*Berdasarkan flavonoid major dan flavonoid minor
- flavonoid
major : flavon, flavonol,
biflavonil
- flavonoid
minor : khalkon, dihidrokhalkon,
auron, flavanon, flavononol dan isoflavon.
Identifikasi flavonoid: reaksi
warna,kromatografi,spektrofotometri
Perlu dipisahkan dari senyawa lain à isolasi +.u. klorofil
Flavonoid: polaritas kurang, polaritas sedang, sangat
polar
Cara-cara isolasi flavonoid:
1. Bahan segar
Bahan
dilumatkan + aseton (jika perlu) digestià perkolasi,
saring à fitrat + EMT
(40-60oC) 2 x vol
(jika
perlu + sedikit air)
fase
air :
glikosid + aglikon polar
EMT :
lemak, 2.w. lipofil
antosianin à harus dalam suasana agak asam
2. Bahan kering
sari
metanol – uapkan – kering – residu
didigesti
dengan air panas
fase
air :
glikosid
residu :
lemak, klorofil, lipid
3. Isolasi untuk reaksi warna
500
mg
bahan refluks 10’
saring
sisa
kering 10 ml sediaan cair 10 ml met OH
Panas à filtrat + 10 ml H2O + 5 ml EMT kocokà memisah
à lap. air uapkan t:
40o sisa + 5 ml etil asetat
p:
<<<
saring à reaksi warna a 1 ml
4. Isolasi menurut MMI (Materia Medika
Indonesia)
500
mg bahan padat refluks 10’ saring
sisa
kering 10 ml sediaan cair 10 ml met OH
Panas à filtrat + 10 ml H2O + 5 ml EMT
kocok à pisahkan
lap. Air/metanol,
uapkan t : 400 sisa + 5 ml etil asetat.
Beberapa simplisia yang mengandung flavonoid antara lain:
Kumis kucing
Tanaman
Asal : Orthosiphon
stamineus
Familia :
Labiatae
Bagian yang
digunakan : Daun
Isi
tanaman :
Senyawa K, saponin, orthosipon glikosida, minyak atsiri, dan saponin
Penggunaan :
diuretik, batu ginjal, encok
Tempuyung
Tanaman
asal : Sonchus
arvensis
Familia :
Asteraceae
Bagian yang
digunakan : Daun
Isi tanaman :
silika, kalium, flavonoid, inositol
Penggunaan :
diuretika, antiurolitiasis
1.2.8 Alkaloid
Ø Kimia dan penyebaran
Alkaloid sekitar
5500 telah diketahui keberadaannya, merupakan golongan zat tumbuhan sekunder
yang terbesar. Tidak ada satupun istilah ” alkaloid” yang memuaskan, tetapi
pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau
lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem
siklik. Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan
fisiologi yang menonjol; jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan.
Alkaloid biasanya tanwarna, sering kali bersifat optis aktif, kebanyakan
berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotina)
pada suhu kamar.
Ø Definisi
Alkaloid adalah senyawa yang bersifat
basa ( dengan adanya atom N ), biasanya mengandung atom N atau lebih, umumnya
dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik atau heterosiklik.
Ø Ikatan N dalam molekulnya dapat berupa :
1. Amin
primer :
C2NH2
2. Amin
sekunder :
C2NH
3. Amin
tersier :
C3N
4. Amin
quarterner : C5N
5. Nitrogen
oksida : C3N=O
Ø Alkaloid
dalam tumbuhan biasa terdapat sebagai garam dengan saam organic.
Misalnya: Asam
tartarat (alkaloid
tartrat)
Asam
sitrat (alkaloid sitrat)
Asam
asetat (alkaloidasetat)
Asam mefenamat (alkaloid mevalonat)
Asam mefenamat (alkaloid mevalonat)
Asam
kinat (alkaloid
kinat)
Asam
malat (alkaloid
malat)
Ø Ciri utama
dari alkaloid :
1. Rasa
pahit
2. Bersifat
basa lemah
3. Zat
organik mengandung unsur N
Ø Asam amino yang sering
dijumpai pada biosintesis alkaloid :
1. Senyawa
alifatik : ornitina, lisina
2. Senyawa
aromatic : asam nikotinat, fenil alanin, tirosin, triptopana
Ø Manfaat
senyawa alkaloid bagi tumbuhan :
· Untuk
menghalau pemangsa ( pemakan tumbuhan )
Ø Penyebaran
· Alkaloid
tidak hanya dihasilkan tumbuhan tingkat tinggi, tapi juga dapat dihasilkan oleh
tumbuhan tingkat rendah.
· Dapat
ditemukan pada tumbuhan :
1. Ascomycetes :
Claviceps purpurea
2. Pteridophyta :
Equisentum arvense
3. Gymnospermae :
Ephedra sp
4. Monocotyledoneae :
Colchicum sp, Veratrum sp
5. Dicotyledoneae
terdapat pada tanaman familia: Apocynaceae, Leguminoceae, Solanaceae,
Rubiaceae, Rutaceae dll.
Ø Penyaringan
(ekstraksi) alkaloid :
1. Menggunakan
eter sebagai cairan penyari :
· Keuntungan
:
a) Eter
tidak membentuk emulsi dan pada pengocokkan tidak mempersukar proses pemisahan.
b) Eter
tidak mempunyai titik didih rendah, sehingga sangat ideal untuk penyaringan
alkaloid termolabil.
· Kerugian
:
a) Daya larut kecil
bagi senyawa alkaloid tertentu.
b) Eter dapat
dijenuhkan dengan air, masih
dapat tercampur dengan air.
c) Eter mudah terurai
dan ada kemungkinan peledakan pada saat ekstrak / sari diuapkan.
2. Menggunakan
CHCl3 sebagai cairan penyari :
· Keuntungan
:
a) Memiliki
daya larut yang besar untuk melarutkan alkaloid.
b) Kemungkinan
terurai lebih kecil dari eter.
c) Tidak ada bahaya
peledakan pada pemanasan.
· Kerugian
:
a) Titik
didih CHCl3 agak tinggi, sehingga tidak dapat dipakai sebagai cairan
penyari bagi alkaloid termolabil.
b) Dapat
membentuk emulsi pada pengocokkan, sehingga dapat timbul kesulitan pada
penyarian dan pemisahan lapisan.
Ø Penggolongan
senyawa alkaloid :
· Alkaloid
sejati :
A. Tipe
C4-N :
I. Asal Ornitina
a) Pirolidina
Alkaloid
b) Tropana
Alkaloid
c) Pirolizidina
Alkaloid
B. Tipe
C5-N :
II. Asal Lisina
a) Piperidina
Alkaloid
b) Kinolizina
Alkaloid
III. Asal
Asam Nikotinat
a) Nikotinat
Alkaloid
b) Anabasina
Alkaloid
IV. Asal
Tirosina
a) Benzil-Isokinolina
Alkaloid
b) Isokinolina
Alkaloid
V. Asal
Fenilalanin
a) Amaryllidaceae
Alkaloid
VI. Asal
Triptopana
a) Indol
Alkaloid
b) Kuinolina
Alkaloid
c) Secale
Alkaloid
d) Fisostigmina
Alkaloid
e) Erythrina
Alkaloid
· Proto
alkaloid
Berasal dari asam amino
tidak heterosiklik
· Pseudo
alkaloid
Prekusor (zat pemula) bukan dari asam amino, terdiri dari
:
1. Steroid
Alkaloid
2. Iridoid
Alkaloid
3. Purina
Alkaloid
4. Imidazol
Alkaloid
Ø Identifikasi alkaloid
1. Deteksi
pendahuluan
Karena secara kimia alkaloid begitu
heterogen dan begitu banyak, mereka tidak dapat diidentifikasi dalam ekstrak
tumbuhan dengan menggunakan kromatografi tunggal. Pada umumnya, sukar
mengidentifikasi suatu alkaloid dari sumber tumbuhan baru tanpa mengetahui
kira-kira jenis alkaloid apa yang mungkin ditemukan dalam tumbuhan tersebut.
Di samping itu, karena kelarutan dan
sifat lain alkaloid sangat berbeda-beda, cara penjaringan umum untuk alkaloid
dalam tumbuhan mungkin tidak akan berhasil mendeteksi senyawa khas.
Sebagai basa, alkaloid biasanya
diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut alkohol yang bersifat asam lemah (HCl
1M atau asam asetat 10%), kemudian diendapkan dengan amonia pekat. Pemisahan
pendahuluan demikian dari bahan tumbuhan lainnya dapay diulangi, atau pemurnian
selanjutnya dilaksanakan dengan ekstraksi pelarut(ekstraksi cair-cair). Adanya
alkaloid pada ekstrak nisbi kasar yang demikian dapat diuji dengan menggunakan
berbagai pereaksi ”alkaloid”. Tetapi sebaiknya dilakukan KKt dan KLT dalam
beberapa pengembang umum yang dapat digunakan, dan kemudian kertas serta pelat
disemprot dengan penampak bercak untuk alkaloid.
2. Langkah
kerja
Ekstraksi jaringan kering dengan asam
asetat 10% dalam etanol, biarkan sekurang-kurangnya 4 jam. Pekatkan ekstrak
sampai seperempat volume asal dan endapkan alkaloid dengan meneteskan NH4OH 1%.
Larutkan sisa dalam beberapa tetes etanol atau kloroform.
3. Pereaksi
alkaloid
Untuk pereaksi dragendoff dibuat 2
larutan persediaan: (1) 0,6 g bismutsubnitrat dalam 2 ml HCl pekat dan 10 ml
air; (2) 6 g kalium iodida dalam 10 ml air. Larutan persediaan ini
dicampur dengan 7 ml HCl pekat dan 15 ml air. Untuk menyemprot kertas dengan
pereaksi iodoplatinat, 10 ml larutan platina klorida 5% dicampur dengan 240 ml
kalium iodida 2% dan diencerkan dengan air sampai 500 ml. Untuk
menyemprot pelat, campurkan 10 ml platina klorida 5%, 5 ml HCl pekat, dan 240
ml kalium iodida 2%.
Pereaksi marquis hanya dapat digunakan untuk pelat KLT
dan terdiri atas`1ml formaldehida dalam 10 ml H2SO4 pekat (bahaya, asam
bersifat merusak).
No comments:
Post a Comment