Perkembangan sel
normal menjadi sel kanker
Pada
umumnya, kanker dirujuk berdasarkan jenis organ atau sel tempat terjadinya. Sebagai
contoh, kanker yang bermula pada usus besar dirujuk
sebagai kanker usus besar, sedangkan kanker yang terjadi pada
sel basal dari kulit dirujuk
sebagai karsinoma
sel basal.
Klasifikasi kanker kemudian dilakukan pada kategori yang lebih umum, misalnya:
·
Karsinoma, merupakan kanker
yang terjadi pada jaringan epitel, seperti kulit atau jaringan yang
menyelubungi organ tubuh, misalnya organ pada sistem pencernaan atau kelenjar. Contoh meliputi kanker kulit, karsinoma serviks, karsinoma anal, kanker
esofageal,karsinoma
hepatoselular, kanker
laringeal, hipernefroma, kanker lambung, kanker
testiskular dan kanker tiroid.
·
Sarkoma, merupakan kanker
yang terjadi pada tulang seperti osteosarkoma, tulang
rawan seperti kondrosarkoma, jaringan ototseperti rabdomiosarcoma, jaringan
adiposa, pembuluh darah dan jaringan penghantar atau
pendukung lainnya.
·
Leukemia, merupakan kanker yang terjadi akibat
tidak matangnya sel darah yang berkembang di dalam sumsum tulang dan memiliki kecenderungan untuk
berakumulasi di dalam sirkulasi darah.
Patofisiologi
Kanker
adalah kelas penyakit beragam yang sangat berbeda dalam hal penyebab dan
biologisnya. Setiap organisme, bahkan tumbuhan, bisa terkena kanker. Hampir
semua kanker yang dikenal muncul secara bertahap, saat kecacatan bertumpuk di
dalam sel kanker dan sel anak-anaknya (lihat bagian mekanisme untuk jenis
cacat yang umum).Setiap hal yang bereplikasi memiliki kemungkinan cacat
(mutasi). Kecuali jika pencegahan dan perbaikan kecatatan ditangani dengan
baik, kecacatan itu akan tetap ada, dan mungkin diwariskan ke sel
anang/(daughter cell). Biasanya, tubuh melakukan penjagaan terhadap kanker
dengan berbagai metoda, seperti apoptosis, molekul pembantu
(beberapa polimerase DNA),penuaan/(senescence),
dan lain-lain. Namun, metoda koreksi-kecatatan ini sering kali gagal, terutama
di dalam lingkungan yang membuat kecatatan lebih mungkin untuk muncul dan
menyebar. Sebagai contohnya, lingkungan tersebut mengandung bahan-bahan yang
merusak, disebut dengan bahan karsinogen, cedera berkala
(fisik, panas, dan lain-lain), atau lingkungan yang membuat sel tidak mungkin
bertahan, seperti hipoksia. Karena itu, kanker adalah penyakit
progresif, dan berbagai kecacatan progresif ini perlahan berakumulasi hingga
sel mulai bertindak berkebalikan dengan fungsi seharusnya di dalam organisme.
Kecacatan sel, sebagai penyebab kanker, biasanya bisa memperkuat dirinya
sendiri (self-amplifying), pada akhirnya akan berlipat ganda secara
eksponensial. Sebagai contohnya :
·
Mutasi
dalam perlengkapan perbaikan-kecacatan bisa menyebabkan sel dan sel anangnya
mengakumulasikan kecacatan dengan lebih cepat.
·
Mutasi
dalam perlengkapan pembuat sinyal (endokrin) bisa mengirimkan
sinyal penyebab-kecacatan kepada sel di sekitarnya.
·
Mutasi
bisa menyebabkan sel menjadi neoplastik, membuat sel
bermigrasi dan dan merusak sel yang lebih sehat.
·
Mutasi
bisa menyebabkan sel menjadi kekal (immortal), lihat telomeres, membuat sel rusak
bisa membuat sel sehat rusak selamanya.
Pembentukan sel
kanker
Kondisi-kondisi
yang dapat menyebabkan perubahan sel normal menjadi sel kanker adalah
hiperplasia, displasia, dan neoplasia. Hiperplasia adalah keadaan saat sel
normal dalam jaringan bertumbuh dalam jumlah yang berlebihan. Displasia
merupakan kondisi ketika sel berkembang tidak normal dan pada umumnya terlihat
adanya perubahan pada nukleusnya. Pada tahapan ini
ukuran nukleus bervariasi, aktivitas mitosis meningkat, dan
tidak ada ciri khas sitoplasma yang berhubungan dengan
diferensiasi sel pada jaringan. Neoplasia merupakan kondisi sel pada jaringan
yang sudah berproliferasi secara tidak normal dan memiliki sifat invasif.[6]
Pertumbuhan
yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang
mengontrol pembelahan sel. Beberapa mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah
sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering diakibatkan agen
kimia maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat
terjadi secara spontan (diperoleh) ataupun diwariskan (mutasi germline).
Kelainan
siklus sel, antara lain terjadi saat:
·
siklus
sel terjadi tanpa disertai dengan aktivasi faktor transkripsi.[8] Pencerap hormon tiroid beta1 (TRbeta1) merupakan faktor transkripsi yang diaktivasi
oleh hormon T3 dan berfungsi sebagai supresor tumor dan
gangguan gen THRB yang
sering ditemukan pada kanker.[9]
·
translokasi
posisi kromosom yang sering ditemukan pada
kanker sel darah putih seperti leukimia atau limfoma, atau hilangnya sebagian DNA pada domain
tertentu pada kromosom.[11] Pada leukimia mielogenus kronis,
95% penderita mengalami translokasi kromosom 9 dan 22, yang disebut kromosom
filadelfia.
Karsinogenesis pada manusia adalah sebuah proses berjenjang
sebagai akibat paparan karsinogen yang sering
dijumpai dalam lingkungan, sepanjang hidup, baik melalui konsumsi,[12] maupuninfeksi.[13] Terdapat empat jenjang
karsinogenesis:
·
promosi
tumor
·
konversi
malignan
·
progresi
tumor
Angiogenesis
Pada
umumnya, sel kanker membentuk sebuah tumor, kecuali pada
leukemia. Sebelum tahun 1960, peneliti
kanker berpendapat bahwa asupan nutrisi yang mencapai tumor terjadi oleh karena
adanya jaringan pembuluh darah yang telah ada, namun penelitian yang lebih baru
menunjukkan bahwa lintasan angiogenesis diperlukan bagi
tumor untuk berkembang dan menyebar. Tanpa lintasan angiogenesis, sebuah tumor
hanya akan berkembang hingga memiliki diameter sekitar 1-2 mm,
dan setelah itu perkembangan tumor akan terhenti. Sebaliknya, dengan
angiogenesis, sebuah tumor akan berkembang hingga melampaui ukuran diameter
2 milimeter. Oleh karena itu, sel tumor memiliki
kemampuan untuk mensekresi protein yang dapat mengaktivasi lintasan
angiogenesis. Dari berbagai protein yang dapat mengaktivasi lintasan
angiogenesis seperti acidic fibroblast growth factor, angiogenin, epidermal
growth factor, G-CSF, HGF, interleukin-8,placental growth factor, platelet-derived
endothelial growth factor, scatter factor, transforming
growth factor-alpha, TNF-α, dan molekul kecil seperti adenosina, 1-butyryl
glycerol, nikotinamida,prostaglandin E1 dan E2; para ilmuwan telah
mengidentifikasi dua protein yang sangat penting bagi pertumbuhan tumor
yaitu vascular endothelial growth factor (VEGF) dan basic
fibroblast growth factor (bFGF). Kedua protein ini disekresi oleh
berbagai jenis sel kanker dan beberapa jenis sel normal.
Sekresi
VEGF atau bFGF akan mengikat pada pencerap sel endotelial dan mengaktivasi sel tersebut
untuk memicu lintasan metabolisme yang membentuk pembuluh darah baru. Sel endotelial akan
memproduksi sejumlah enzim MMP yang akan melakukan degradasi
terhadap jaringan matriks ekstraselular yang mengandung protein dan polisakarida, dan berfungsi untuk sebagai jaringan
ikat yang menyangga jaringan parenkima dengan mengisi ruang di sela-sela
selnya. Degradasi jaringan tersebut memungkinkan sel endotelial bermigrasi
menuju jaringan parenkima, melakukan proliferasi dan diferensiasi menjadi jaringan pembuluh darah
yang baru.
Reaksi
antara asam tetraiodotiroasetat dengan integrin adalah penghambat
aktivitas hormon tiroksin dan tri-iodotironina yang merupakan salah satu faktor
yang berperan dalam angiogenesis dan proliferasi sel tumor.
Metastasis
Walaupun
telah dilakukan penelitian intensif selama beberapa dekade, mekanisme
patofisiologis dari metastasis belum benar-benar diketahui dan masih
menjadi kontroversi. Namun terdapat dua
model metastasis fundamental, yang mirip dengan proposal metastasis yang
diajukan oleh Stephen
Paget pada
tahun 1889 yang mengatakan bahwa metastasis bergantung pada komunikasiantara sel kanker
yang disebut the seed dan lingkungan mikro pada organ tertentu
yang disebut the soil.
Model
yang pertama menjelaskan bahwa tumor primer pada organ akan timbul dari sel
yang sama, yang mengalami berbagai perubahan seperti heterogenitas, ketidakseimbangan
genomik, akumulasi mutasi atau
penyimpangan genetik, hingga terjadi evolusi klonal meliputi
perubahan fenotipe dan perilaku sel hingga potensi
untuk melakukan metastasis ke organ lain dan membentuk tumor sekunder. Model
yang kedua menjabarkan bahwa kanker yang timbul pada organ, terjadi akibat
aktivasi ruang yang diperuntukkan bagi sel punca kanker sehingga
memungkinkan metastasis dari sejumlahjaringan tubuh yang
lain.
Faktor
resiko
Kanker
adalah penyakit yang 90-95% kasusnya disebabkan faktor lingkungan dan 5-10%
karena faktor genetik. Faktor lingkungan yang biasanya mengarahkan kepada
kematian akibat kanker adalah tembakau (25-30%), diet dan obesitas (30-35 %), infeksi (15-20%), radiasi, stres, kurangnya aktivitas
fisik, polutan
lingkungan.
Bahan Kimia
Timbulnya
penyakit kanker paru-paru sangat berkorelasi dengan konsumsi
rokok.Source:NIH.Patogenesis kanker dapat dilacak balik ke mutasi
DNA yang
berdampak pada pertumbuhan sel dan metastasis. Zat yang menyebabkan mutasi DNA
dikenal sebagai mutagen, dan mutagen yang menyebabkan kanker disebut
dengan karsinogen. Ada beberapa zat khusus yang terkait
dengan jenis kanker tertentu. Rokok
tembakau dihubungkan
dengan banyak jenis kanker, dan penyebab dari 90% kanker paru-paru. Keterpaparan secara terus-menerus
terhadap serat asbestos dikaitkan dengan mesothelioma. Banyak mutagen adalah juga karsinogen. Tetapi,
beberapa mutagen bukanlah karsinogen. Alkohol adalah contoh
bahan kimia bersifat karsinogen yang bukan mutagen. Bahan kimia seperti ini
bisa menyebabkan kanker dengan menstimulasi tingkat pembelahan sel. Tingkat
replikasi yang lebih cepat, hanya menyisakan sedikit waktu bagi enzim-enzim
untuk memperbaiki DNA yang rusak pada saat replikasi DNA, sehingga meningkatkan kemungkinan
terjadinya mutasi. Riset selama beberapa dekade menunjukkan keterkaitan antara
penggunaan tembakau dan kanker pada paru-paru, laring, kepala, leher,
perut, kandung kemih, ginjal, esofagus, danpankreas. Asap tembakau memiliki lebih dari
lima puluh jenis karsinogen yang sudah dikenali termasuk nitrosamines dan hidrokarbon
aromatik polisiklik. Tembakau bertanggung jawab atas satu per tiga dari
seluruh kematian akibat kanker di negara-negara maju, dan sekitar satu per
lima di seluruh dunia. Tingkat kematian akibat kanker paru-paru di Amerika Serikat mencerminkan
pola merokok, dengan kenaikan dalam pola merokok
diikuti dengan peningkatan yang dramatis dalam tingkat kematian akibat kanker
paru-paru. Walaupun begitu, jumlah perokok di seluruh dunia terus meningkat,
sehingga beberapa organisasi menyebutkannya sebagai epidemik tembakau. Kanker
yang berhubungan dengan pekerjaan seseorang diyakini memiliki jumlah sebesar
2-20% dari semua kasus.
Radiasi Ionisasi
Sumber-sumber radiasi
ionisasi,
seperti gas radon, bisa menyebabkan
kanker. Keterpaparan terus-menerus terhadap radiasi
ultraviolet dari
matahari bisa menyebabkan melanoma dan beberapa
penyakit kulit yang berbahaya. Diperkirakan 2% dari penyakit kanker di
masa yang akan datang dikarenakan CT
Scan di
saat ini. Radiasi dari frekuensi radio tak berion dari telepon selulerdan sumber-sumber radio frekuensi yang
serupa juga dianggap sebagai penyebab kanker, tetapi saat ini sangat sedikit
bukti kuat yang mendukung keterkaitan ini.
Infeksi
Beberapa
kanker bisa disebabkan infeksi. Ini bukan saja berlaku pada
binatang-binatang seperti burung, tetapi juga pada manusia. Virus-virus ini berperan hingga 20%
terhadap terjangkitnya kanker pada manusia di seluruh dunia.. Virus-virus ini
termasuk papillomavirus pada manusia (kanker serviks), poliomavirus pada manusia (mesothelioma, tumor otak), virus Epstein-Barr(penyakit limfoproliferatif sel-B dan kanker nasofaring), virus herpes penyebab sarcoma Kaposi (Sarcoma
Kaposi dan
efusi limfoma primer), virus-virus hepatitis B dan hepatitis C (kanker hati),virus-1
leukemia sel T pada
manusis (leukemia sel T), dan helicobacter
pylori (kanker lambung).
Data
ekperimen dan epidemiologis menyatakan peran kausatif untuk virus dan virus
tampaknya menjadi faktor risiko kedua paling penting dalam perkembangan kanker
pada manusia, yang hanya dilampaui oleh penggunaan tembakau. Jenis tumor
yang ditimbulkan virus dapat dibagi menjadi dua, jenis yang bertransformasi
secara akut dan bertransformasi secara perlahan. Pada
virus yang bertransformasi secara akut, virus tersebut membawa onkogen yang
terlalu aktif yang disebut onkogen-viral (v-onc), dan virus yang terinfeksi
bertransformasi segera setelah v-onc terlihat. Kebalikannya, pada virus yang
bertransformasi secara perlahan, genome virus dimasukkan di dekat onkogen-proto
di dalam genom induk.
Ketidakseimbangan
Metabolisme
Senyawa formaldehid yang disintesis di dalam tubuh, seringkali
terbentuk dari lintasan metabolisme senyawa xenobiotik, dapat
membentuk ikatan kovalen dengan DNA, atau mengikat padaserum albumin dan gugus valina dari hemoglobin, dan menginduksi lintasan karsinogenesis.
Ketidakseimbangan
Hormonal
Tingginya
rasio plasma hormon TGF-β, yang merupakan regulator pada proses
penyembuhan luka, akan meningkatkan produksi ROS pada fibroblas, serta diferensiasi fibroblas menuju fenotipemiofibroblas.
Disfungsi Sistem
Kekebalan
Keturunan
Keturunan
(genetik) merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan kanker.
Adanya
faktor genetik dalam pembentukan kanker ini terjadi karena salah penyebab
kanker adalah mutasi DNA yang memang
diturunkan dari orangtua kepada anaknya, akan tetapi tidak semua jenis kanker
dapat diturunkan. hal tersebut dipengaruhi oleh letak mutasi pada DNA yang
dialami dan juga genotipe dari mutasi yang terjadi.
Letak kerusakan DNA
yang dialami
Ada
2 macam letak mutasi yang memicu terbentuknya kanker, yaitu mutasi pada
gen-gen onkogen dan mutasi pada gen-gen
pensupresi tumor. mutasi pada gen pensupresi tumor lah yang biasanya memicu
penurunan kanker. hal tersebut disebabkan karena zigot yang mengalami mutasi
pada gen onkogen biasanya tidak dapat bertahan hidup sehingga tidak dapat
diturunkan.
Penyebab Lain
Diagnosis
Kebanyakan
kanker dikenali karena tanda atau gejala tampak atau melalui screening.
Kedua metode ini tidak menuju ke diagnosis yang jelas, yang biasanya
membutuhkan sebuah biopsi. Beberapa kanker
ditemukan secara tidak sengaja pada saat evaluasi medis dari masalah yang tak
berhubungan.
Karena
kanker juga dapat disebabkan adanya metilasi pada
promotor gen tertentu, maka
deteksi dini dapat dilakukan dengan menguji gen yang menjadi biomarker untuk
kanker. Beberapa jenis kanker telah diketahui status metilasi biomarker-nya.
Misalnya untuk kanker payudara dapat digunakan biomarker BRCA,
sedangkan untuk kanker kolorektal dapat menggunakan biomarkerSox17.
Deteksi
dini ini sangat penting. Pada beberapa kanker seperti kanker kolorektal apabila
diketahui sejak dini peluang untuk sembuh lebih besar. Selain itu, deteksi dini
dapat memudahkan dokter untuk memberikan pengobatan yang sesuai.
Simtoma klinis
Secara
umum, gejala klinis kanker bisa dibadi menjadi kelompok :
·
Gejala
lokal : pembesaran atau pembengkakan yang tidak biasa tumor, pendarahan (hemorrhage), rasa
sakit dan/atau tukak lambung/ulceration. Kompresi jaringan sekitar
bisa menyebabkan gejala jaundis (kulit dan mata
yang menguning).
·
Gejala
pembesaran kelenjar getah bening (lymph
node), batuk, hemoptisis, hepatomegali (pembesaran
hati), rasa sakit pada tulang, fraktur pada
tulang-tulang yang terpengaruh, dan gejala-gejala neurologis. Walaupun pada
kanker tahap lanjut menyebabkan rasa sakit, sering kali itu bukan gejala
awalnya.
·
Gejala
sistemik : berat badan turun, nafsu makan berkurang secara signifikan,
kelelahan dan kakeksia(kurus kering),
keringat berlebihan pada saat tidur/keringat
malam, anemia, fenomena paraneoplastik tertentu yaitu
kondisi spesifik yang disebabkan kanker aktif seperti trombosis dan perubahan hormonal. Setiap
gejala dalam daftar di atas bisa disebabkan oleh berbagai kondisi (daftar
berbagai kondisi itu disebut dengan diagnosis
banding).
Kanker mungkin adalah penyebab utama atau bukan penyebab utama dari setiap gejala.
·
Gejala angiogenesis yang merupakan
interaksi antara sel tumor, sel stromal, sel endotelial, fibroblas dan matriks
ekstraselular. Pada kanker, terjadi penurunan konsentrasi senyawapenghambat pertumbuhan pembuluh darah baru, seperti trombospondin, angiostatin dan glioma-derived
angiogenesis inhibitory factor, dan ekspresi berlebih faktor proangiogenik,
sepertivascular endothelial growth factor,[41] yang memungkinkan sel kanker
melakukan metastasis. Terapi terhadap tumor pada umumnya
selalu melibatkan 2 peran penting, yaitu penggunaananti-vascular endothelial
growth factor monoclonal antibodies untuk mengimbangi overekspresi
faktor proangiogenik, dan pemberian senyawa penghambat angiogenesis,
seperti endostatin danangiostatin.
·
Gejala migrasi sel tumor, yang ditandai dengan
degradasi matriks ekstraselular (ECM), jaringan ikat yang menyangga struktur
sel, oleh enzim MMP. Hingga saat ini
telah diketahui 26 berkasgen MMP yang berperan
dalam kanker, dengan pengecualian yang terjadi antara lain pada hepatocellular carcinoma.
Simtoma paraklinis
Ciri
paraklinis umum pada sel tumor maupun kanker
adalah produksi asam laktat dan asam piruvat yang tinggi, oksidasi glukosa yang rendah, walaupun tidak
selalu disertai simtoma hipoksia, percepatan lintasan glikolisis dan perlambatan laju fosforilasi oksidatif, dan pergeseran
lintasan glikolisis dari anaerobik menjadi aerobik, yang dikenal
sebagai efek Warburg. Sel kanker memiliki
kecenderungan untuk menghasilkan ATP sebagai
sumber energi dari
lintasan glikolisis daripada lintasan fosforilasi oksidatif. Faktor transkripsi Ets-1 yang
ditingkatkan oleh sekresi H2O2oleh mitokondria merupakan salah satu pemegang
kendali pergeseran metabolisme pada sel kanker. Ciri lain adalah rendahnya
kadar plasma vitamin C yang ditemukan pada berbagai
penderita kanker, baik dari penderita dengan kebiasaan merokok, maupun tidak.
Perubahan morfologi
selular
Jaringan
kanker memiliki ciri morfologis yang sangat khas saat diamati dengan mikroskop. Diantaranya berupa banyaknya jumlah
sel yang mengalami mitosis, variasi jumlah dan ukuran nukleus, variasi ukuran dan bentuk sel, tidak
terdapat fitur selular yang khas, tidak terjadi koordinasi selular yang biasa
nampak pada jaringan normal dan tidak terdapat batas jaringan yang jelas.
Immunohistochemistry dan metode
molekular lain digunakan untuk menemukan ciri morfologis khas pada sel
kanker/tumor, sebagai rujukan diagnosis dan prognosis.
Hahn dan rekan menggunakan ekspresi ektopik dari kombinasi antara telomerase transkriptase balik dengan onkogen h-ras dan antigen T dari virus SV40 untuk menginduksi konversi tumorigenik pada sel fibroblas dan sel epitelial manusia, yang terjadi akibat disrupsi pada lintasan metabolik intraselular. Ciri fenotipe dari sel kanker setelah mengalami transformasi dari sel normal, antara lain:
Transformasi in
vitro
·
Terjadi
perubahan sitologi seperti pada sel kanker in vivo yaitu
peningkatan basofil sitoplasmik, peningkatan jumlah
dan ukuran nuklei
·
Perubahan
pada karakteristik perkembangan sel:
a.
sulit mati walaupun telah mengalami diferensiasi berkali-kali
b.
tumbuh berkembang yang tidak terhenti, walaupun telah berdesakan dengan sel di
sekitarnya, sehingga jaringan kanker memiliki kepadatan yang tinggi
d.
tidak lagi membutuhkan lapisan antarmuka untuk berkembangbiak, dan dapat tumbuh
sebagai koloni bebas di dalam medium semi-padat.
f.
sulit mengalami apoptosis
·
Perubahan
pada struktur dan fungsi membran sel, termasuk
peningkatan aglutinabilitas karena lektin herbal
·
Perubahan
pada komposisi antarmuka sel, glikoprotein, proteoglikan, glikolipid dan musin, ekspresi antigen tumorik dan peningkatan
penyerapan asam amino, heksos dan nukleosida.
·
Tidak
terjadi interaksi matriks sel-sel dan sel-ekstraselular, sehingga tidak terjadi
penurunan laju diferensiasi
·
Sel
kanker tidak merespon stimulasi zat yang menginduksi diferensiasi,
karena terjadi perubahan komposisi antarmuka sel, termasuk komposisi molekul pencerap zat bersangkutan.
·
Perubahan
dalam mekanisme transduksi sinyal selular, termasuk pada lintasan yang sangat
fundamental, selain lintasan regulasi yang mengendalikan fungsi pencerap faktor
pertumbuhan, jenjang fosforilasi dan defosforilasi.
·
Kemampuan
untuk menginduksi tumor pada model.
Kemampuan ini yang menjadi sine qua non yang mendefinisikan
kata "ganas" pada transformasi in vitro. Walaupun
demikian, sel kanker yang tidak memiliki kemampuan seperti ini, tetap memiliki
sifat "tumorigenik" pada model yang lain.
Transformasi in vivo
Transformasi
pada sel manusia memerlukan akumulasi dari
berbagai perubahan genetik yang mengakibatkan ketidak-stabilan genomik, seperti:
·
Peningkatan
ekspresi protein onkogen sebagai akibat dari translokasi, amplifikasi dan
mutasi pada kromosom.
·
Tidak
terdapat ekspresi protein dari gen "penekan tumor".
·
Terdapat
kelainan transkripsi genetik yang menyebabkan kelebihan produksi zat pendukung
pertumbuhan, seperti IGF-2, TGF-α, faktor angiogenesis tumor, PDGF,
dan faktor pertumbuhan hematopoietik seperti CSF dan interleukin.
·
Tidak
terjadi keseimbangan genetis, sehingga proliferasi menjadi semakin
tidak terkendali, peningkatan kemungkinan terjadinya metastasis.
·
Perubahan
pada pola enzim dan peningkatan
enzim yang berperan dalam sintesis asam nukleat dan enzim yang bersifat litik,
seperti protease, kolagenase dan glikosidase.
·
Produksi antigen onkofetal, seperti antigen
karsinoembrionik dan hormon plasentis (contoh: gonadotropin korionik),
atau isoenzim seperti alkalina
fosfatase plasentis.
·
Kemampuan
untuk menghindari respon antitumor dari inangnya.
No comments:
Post a Comment