Tuesday 14 March 2017

Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder

ADHD (Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder) atau kelainan hiperaktivitas kurang perhatian sering tampak sebelum usia 4 tahun dan dikarakteristikkan oleh ketidaktepatan perkembangan tidak perhatian, impulsif, dan hiperaktivitas. Pada kira-kira sepertiga kasus, gejala-gejala menetap sampai masa dewasa (1).

Epidemiologi
ADHD terjadi pada 3 sampai 10 % anak-anak di seluruh dunia dan terjadi pada 4% orang dewasa. Di Amerika Serikat empat anak laki-laki didiagnosis menderita ADHD untuk setiap satu anak perempuan. Perbedaan ini lebih dikarenakan ADHD lebih mungkin terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Gejala-gejala ADHD mungkin akan bertahan pada anak laki-laki maupun perempuan sampai mereka dewasa, tetapi gejala berupa hiperaktivitas lebih kurang menonjol pada saat dewasa(2).

Patofisiologi
ADHD adalah suatu gangguan neurobiologis kronis yang ditandai dengan masalah-masalah pengaturan aktivitas (hiperaktivitas), perilaku menghambat (impulsivitas), dan mengikuti tugas (tidak ada perhatian). Untuk memenuhi criteria ADHD, gejala-gejalanya harus terjadi di tatanan manapun. Dengan kata lain, jika anak hiperaktif di rumah tetapi di sekolah tidak, ADHD tidak dapat dijadikan diagnosis.
Meskipun gejala ADHD ini sudah ada sebelum usia 7 tahun, diagnosis umumnya belum ditegakkan sampai anak itu masuk sekolah, saat perilaku tersebut menganggu fungsi akademik dan sosial anak. Anak yang mengalami ADHD mudah mengalami cedera fisik. Koordinasi sensorikmotorik mungkin terganggu, dan kejanggalan serta masalah dengan orientasi ruang sering terjadi. Gejala dapat terus berlangsung sampai masa dewasa. Tidak ada tanda penyebab terjadinya ADHD. Kemungkinan karena pengaruh genetik (3).

Terapi yang Dilakukan
Ada 2 macam terapi terhadap anak yang mengalami ADHD yaitu terapi psikologis dan terapi obat.
·         Psikologis
Ø  Hendaknya berusaha sejauh mungkn menggunakan terapi psikologis yang melibatkan psikolog, anak dan orang tuanya.
Ø  Orang tua diajak untuk mengubah cara pandang dan cara memperlakukan anak dengan menerima meraka sesuai keadaannya
Terapi ini dilakukan dengan sistem “Token” atau sistem hadiah untuk meningkatkan kemampuannya memusatkan perhatian dan perilaku cooperatif. Terapi ini memerlukan waktu relatif lama dan membutuhkan perencanaan dan kesabaran, dan ketelatenan sebelum membuahkan hasil. Bila terapi psikolog gagal membuahkan hasil barulah mempertimbangkan penggunaan terapi obat
·         Terapi obat
Terapi obat ini lebih mudah dijalankan. Dua profesor psikolog di Amerika Serikat Richard Bulgeski dan Anthony M. Graziano dalam bukunya The Handbook of Practical Psicology, menyebutkan kelemahan terapi obat sebagai berikut :
1.      Tidak semua anak ADHD yang diberi obat menjadi lebih tenang
2.      Meski ada yang menjadi lebih tenang, tetap saja tidak membantu mereka menjadi lebih cooperatif dan lebih dapat memusatkan perhatian.
3.      Tidak meningkatkan prestasi belajar
4.      Ada akibat samping yang negatif, seperti mengantuk, nafsu makan berkurang, sulit tidur, nyeri perut, sakit kepala, perasaan tidak nyaman, cemas, tekanan darah tinggi, tertundanya pertumbuhan fisik, dan dalam jangka panjang menyebabkan ketergantungan atau ketagihan obat(4).




   Terapi Farmakologis : Terapi dengan menggunakan obat jika terapi nonfarmakologi 
    tidak menunjukkan hasil yang signifikan(5).
 


KASUS
Rida berusia 7 tahun, 120 cm, 24 kg. Saat ini dia duduk di kelas 1 Sekolah Dasar. Orang tuanya seringkali mendapatkan masukan dan laporan dari gurunya bahwa dia seringkali jalan-jalan di kelas. Rida lebih banyak berdiri dan tidak fokus pada pekerjaan sekolahnya.
Orang tuanya pun mengakui bahwa di rumah pun Rida seperti itu. Seringkali Rida berganti-ganti aktivitas dan tidak pernah sampai selesai. Misalnya, bermain bongkar pasang dan selang beberapa menit kemudian sudah beralih pada permainan yang lain.
Kondisi seperti ini bisa mempengaruhi prestasinya di sekolah. Rida seringkali sulit dikontrol. Dia sering mengabaikan apa yang Mamanya perintahkan. Selanjutnya, Rida diperiksakan ke Dokter Spesialis kejiwaan dan didiagnosa mengalami ADHD. Terapi yang diberikan adalah methylphenidat 5 mg, 2 X sehari. Setelah 1 minggu penggunaan, Rida mengeluh perutnya terasa tidak nyaman dan kehilangan nafsu makan. Pertanyaan:
  1. Bagaimana penerapan asuhan kefarmasian pada An.Rida ?
  2. Parameter apa yang perlu dimonitoring ?

Jawab :
Untuk menjawab kasus diatas digunakan metode FARM
Finding
Assessment
Resolution
Monitoring
Data Pasien :
An. Rida, perempuan, umur 7th, BB 24 kg, TB 120 cm

Gejala :
Sering jalan-jalan dikelas, tidak fokus terhadap pekerjaannya sekolahnya, sering berganti akvitas dan tidak pernah menyelesaikannya, sulit dikontrol dan sering membantah perintah orang tuanya.

Diagnosa:
ADHD

Terapi :
Methylphendate 5 mg 2x sehari

Keluhan :
Setelah 1 minggu pengobatan pasien mengeluh sakit perut dan nafsu makan berkurang.

Reaksi efek samping
Pasien mengalami reaksi efek samping dari obat penurun gejala ADHD golongan stimulant yang telah diberikan yaitu Methylphenidate.
Efek samping dari obat golongan stimulant yaitu sakit kepala, sakit perut insomnia, penurunan nafsu makan, dan sakit kepala (2).
Terapi tetap dilanjutkan
Methylphenidate 5 mg 2x sehari sebelum sarapan pagi dan sebelum makan siang.

Untuk mengatasi masalah sakit perut pada pasien, obat digunakan 30 menit sebelum sarapan pagi dan 30 menit sebelum makan siang.

Untuk mengatasi efek samping hilangnya nafsu makan, An. Rida diberikan makanan dengan kadar nutrisi yang mencukupi. Seperti kadar kalori yang tinggi dan protein yang cukup. Ditambah dengan buah-buahan yang dapat mencukupi kebutuhan vitamin anak.

Terapi farmakologi dilakukan bersamaan dengan terapi non-farmakologi.
Monitoring efektivitas obat dan monitoring efek samping obat

-          Monitoring :
o   Efektivitas obat
Dengan melihat penurunan atau pengurangan gelaja-gejala ADHD yang terjadi pada An. Rida setelah pemberian obat stimulan dan dengan mengontrol perilaku dari pasien di rumah maupun disekolah. Untuk mengontrol perilaku anak, dapat dilakukan oleh orang tua maupun guru di sekolah.
o   Efek samping obat
Dengan melihat apakah efek samping dari obat yang diberikan berkurang atau tidak. Efek samping dari obat dapat berkurang dengan sendirinya, karena pasien baru menerima obat selama 1 minggu dan diasumsikan bahwa pasien belum pernah menerima obat ini (Methylphenidate) sebelumnya.
Dalam kasus ini digunakan kombinasi terapi farmakologis  dan non-farmakologis agar didapatkan efek yang lebih baik. Yang dimaksud efek disini yaitu efek dalam mengurangi hiperactivity, sedangkan efek samping yang ditimbulkan oleh methylphenidate yang berupa perut tidak nyaman dan nafsu makan berkurang diatasi dengan pengkonsumsian obat 30 menit sebelum sarapan dan makan siang. Digunakan terapi non-farmakologis karena terapi ini merupakan terapi yang lebih efektif untuk penanganan penyakit yang berhubungan dengan kelainan sistem syaraf dan terapi farmakologis digunakan untuk mengurangi aktivitas neurotransmitter yang menjadi penyebab hyperactivity (6).


DAFTAR PUSTAKA
1.      Townsend, Mary C., 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
2.      Dipiro, J.T., Talbert, R.L, Yee G.C., Matzke G.R., Wells B.G., and Posey L.M., 2008, Pharmacotheraphy A Pathophysiologic Approach Seventh Edition, The McGraw-Hill Companies, United States of America
3.      Betz C.L., Sowden L.A., 2009, Buku Saku Keperawatan Pediatri, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
4.      Widyarini, Nilam. 2009. Relasi Orang Tua dan Anak. Elex Media Computindo. Jakarta. 47-48
5.      Anonim,.2011. ADHD: Clinical Practice Guidline for the Diagnosis, Evaluation, and Treatment of Attenion-Deficit/Hyperactivity Disorder in Children and Adolescents. pedriatics.aappublications.org/content/early/2011/10/14/peds.20112654 (diakses tanggal 6 Desember 2011)




No comments:

Post a Comment

PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT            Berbagai peralatan yang diperlukan di Rumah Sakit seperti alat untuk menginfus da...