Sunday, 5 March 2017

Radikal Bebas


Apa itu radikal bebas?

* Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil (mempunyai satu elektron atau lebih yang tanpa pasangan), sehingga untuk memperoleh pasangan elektron senyawa ini sangat reaktif dan merusak jaringan.

Senyawa radikal bebas tersebut timbul akibat berbagai proses kimia kompleks dalam tubuh, berupa hasil sampingan dari proses oksidasi atau pembakaran sel yang berlangsung pada waktu bernapas, metabolisme sel, olahraga yang berlebihan, peradangan atau ketika tubuh terpapar polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, bahan pencemar, dan radiasi matahari atau radiasi kosmis.

Karena secara kimia molekulnya tidak lengkap, radikal bebas cenderung “mencuri” partikel dari molekul lain, yang kemudian menimbulkan senyawa tidak normal dan memulai reaksi berantai yang dapat merusak sel-sel penting dalam tubuh. Radikal bebas inilah biang keladi berbagai keadaan patologis seperti penyakit lever, jantung koroner, katarak, penyakit hati dan dicurigai proses penuaan dini ikut berperan.

Sebenarnya, reaksi pembentukan radikal bebas merupakan mekanisme biokimia tubuh normal. Radikal bebas lazimnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh. Namun, bila radikal bebas sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda, maka merupakan awal dari kerusakan sel yang antara lain:

Kerusakan DNA (deoxy nucleic acid) pada inti sel

Senyawa radikal bebas merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan DNA di samping penyebab lain seperti virus, radiasi, dan zat kimia karsinogen. Bila kerusakan tidak terlalu parah, masih dapat diperbaiki oleh sistem perbaikan DNA. Namun, bila sudah menyebabkan rantai DNA terputus di berbagai tempat, kerusakan ini tidak dapat diperbaiki lagi sehingga pembelahan sel akan terganggu. Bahkan terjadi perubahan abnormal yang mengenai gen tertentu dalam tubuh yang dapat menimbulkan penyakit kanker.

Kerusakan membran sel

Komponen terpenting membran sel mengandung asam lemak tak jenuh ganda yang sangat rentan terhadap serangan radikal bebas. Kalau ini terserang struktur dan fungsi membran akan berubah yang dalam keadaan ekstrem akhirnya mematikan sel-sel pada jaringan tubuh.

Kerusakan protein

Terjadinya kerusakan protein akibat serangan radikal bebas ini termasuk oksidasi protein yang mengakibatkan kerusakan jaringan tempat protein itu berada. Contohnya kerusakan protein pada lensa mata yang mengakibatkan katarak.

Kerusakan lipid peroksida

Ini terjadi bila asam lemak tak jenuh terserang radikal bebas. Dalam tubuh kita, reaksi antarzat gizi tersebut dengan radikal bebas akan menghasilkan peroksidasi yang selanjutnya dapat menyebabkan kerusakan sel, yang dianggap salah satu penyebab terjadinya berbagai penyakit degeneratif (kemerosotan fungsi tubuh).

Proses ketuaan.

* Umumnya, semua sel jaringan organ dapat menangkal serangan radikal bebas karena di dalamnya terdapat sejenis enzim khusus yang mampu melawan.

Namun, karena manusia secara alami mengalami degradasi seiring dengan peningkatan usia akibat radikal bebas itu sendiri, otomatis pemusnahannya tidak pernah mencapai 100% meski secara teori dapat dipunahkan oleh berbagai antioksidan. Belum lagi adanya rangsangan untuk membentuk radikal bebas yang berasal dari lingkungan sekitar. Karena itu, secara perlahan-lahan tapi pasti, terjadi kerusakan jaringan oleh radikal bebas yang tidak terpunahkan.

Kerusakan jaringan secara pelan ini merupakan proses terjadinya ketuaan, seperti kehilangan elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit tampak keriput, terjadinya lipofuchsin atau bintik-bintik pigmen kecoklatan di kulit yang merupakan timbunan sisa pembakaran dalam sel. Yang ingin awet muda tentu perlu banyak mengkonsumsi zat gizi yang meminimalkan efek radikal bebas ini.

Dapat menimbulkan autoimun

Dalam keadaan normal, antibodi hanya terbentuk bila ada antigen yang masuk dalam tubuh. Autoimun adalah terbentuknya antibodi terhadap suatu sel tubuh biasa dan hal ini dapat merusak jaringan tubuh dan sangat berbahaya.

Antioksidan pelindung kesehatan

Tanpa disadari dalam tubuh kita secara terus-menerus terbentuk radikal bebas melalui peristiwa metabolisme sel normal, peradangan, kekurangan gizi dan akibat respons terhadap pengaruh dari luar tubuh: polusi lingkungan, ultraviolet, asap rokok, dll.

Sebab itu tubuh kita memerlukan suatu substansi penting yakni antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dengan meredam dampak negatif senyawa ini.

Sistem antioksidan tubuh sebagai mekanisme perlindungan terhadap serangan radikal bebas, secara alami telah ada dalam tubuh kita. Dari asal terbentuknya, antioksidan ini dibedakan menjadi dua yakni intraseluler (di dalam sel) dan ekstraseluler (di luar sel) atau pun dari makanan. Dari sini antioksidan tubuh bisa dikelompokkan menjadi 3 yakni:

Antioksidan primer

Antioksidan primer ini bekerja untuk mencegah pembentuk senyawa radikal bebas baru. Ia mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang berkurang dampak negatifnya, sebelum radikal bebas ini sempat bereaksi. Contoh antioksidan ini adalah enzim SOD yang berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel-sel dalam tubuh serta mencegah proses peradangan karena radikal bebas. Enzim SOD sebenarnya sudah ada dalam tubuh kita. Namun bekerjanya membutuhkan bantuan zat-zat gizi mineral seperti mangan, seng, dan tembaga. Selenium (Se) juga berperan sebagai antioksidan. Jadi, jika ingin menghambat gejala dan penyakit degeneratif, mineral-mineral tersebut hendaknya tersedia cukup dalam makanan yang dikonsumsi setiap hari.

Antioksidan sekunder

Antioksidan ini berfungsi menangkap senyawa serta mencegah terjadinya reaksi berantai. Contoh antioksidan sekunder: vitamin E, vitamin C, beta karoten, asam urat, bilirubin, dan albumin.

Antioksidan tersier

Antioksidan jenis ini memperbaiki kerusakan sel-sel dan jaringan yang disebabkan radikal bebas. Contoh enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin sulfoksidan reduktase. Adanya enzim-enzim perbaikan DNA ini berguna untuk mencegah penyakit kanker, misalnya.

Hasil berbagai penelitian dengan menggunakan hewan percobaan telah mendukung teori bahwa mengkonsumsi antioksidan yang memadai dapat mengurangi terjadinya berbagai penyakit seperti kanker, kardiovaskuler, katarak serta penyakit degeneratif lain.

Anggur merah vs jantung koroner

* Lebih dari 200 penelitian secara epidemiologi menyatakan, diet makanan yang mengandung beta karoten dapat menurunkan risiko penyakit kanker.

Beta karoten konon mampu mecegah kerusakan sel normal dari sel ganas dengan cara meningkatkan keutuhan sel-sel normal dan mengusahakan agar sel-sel kanker tersebut bertindak sebagai sel normal.

Vitamin C juga berperan dalam menurunkan risiko kanker saluran pencernaan. Dikatakan pula adanya hubungan antara asupan vitamin E yang rendah dan risiko kanker payudara, paru-paru, tenggorokan, dan mulut.

Beberapa studi mengungkapkan peranan antioksidan untuk mencegah penyakit jantung. Oksidasi LDL (low density lipoprotein) menyebabkan kerusakan dinding pembuluh arteri yang berarti proses awal dari aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah arteri).

Pertahanan antioksidan secara alami dalam LDL kolesterol dengan jumlah yang cukup dapat melindungi LDL dari proses oksidasi tapi masih dipertanyakan apakah perlindungan ini terjamin pada setiap orang. Antioksidan alam terbanyak dalam LDL adalah vitamin E. Sehingga penambahan suplemen vitamin E dalam makanan dapat meningkatkan kandungan vitamin E dalam LDL serta meningkatkan perlindungan terhadap proses oksidasi. Beta karoten merupakan antioksidasi yang cukup kuat yang secara teoritis juga dapat melindungi oksidasi LDL.

Anggur merah telah terbukti dapat mencegah penyakit jantung koroner karena kandungan flavonoidnya. Sebagai contoh, Prancis, dibandingkan negara Eropa lain atau Amerika, jumlah penderita PJK-nya lebih kecil (dikenal dengan istilah the French paradox) karena suka sekali minuman anggur merah. Padahal konsumsi lemak mereka lebih besar, lebih banyak merokok dan kurang bergerak. Anggur merah memang mempunyai kandungan senyawa fenol lebih tinggi daripada anggur putih. Fenol ini mempunyai efek kardioprotektif (flavonoid) yakni antioksidan yang sangat kuat. Ia dapat mencegah oksidasi LDL 20x lebih kuat dari vitamin E.

Senyawa flavonoid ini telah terbukti secara in vitro mempunyai efek biologis yang sangat kuat sebagai antioksidan, menghambat penggumpalan keping-keping sel darah, merangsang produksi oksidasi nitrit yang dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan sel kanker.

Sayangnya, flavonoid pada anggur dan sayuran bentuknya kompleks sehingga sangat sulit dicerna dan diserap. Sedangkan pada saat fermentasi anggur merah, kompleks ini terurai sehingga mudah diserap tubuh. Ditambah lagi adanya alkohol (10%) dalam anggur membuat kandungan flavonoid stabil.

Berdasarkan penelitian, paparan senyawa radikal bebas, sinar ultraviolet, dan asap rokok dapat menyebabkan oksidasi protein pada lensa mata sehingga lama-kelamaan menimbulkan katarak. Penelitian epidemiologis menyatakan, katarak meningkat di negara-negara yang tinggi kebiasaan merokok serta paparan sinar mataharinya.

Asupan vitamin C dan E yang rendah pada diet makanan disertai kadar vitamin C yang rendah dalam darah, akan mempermudah seseorang terkena katarak (kekeruhan lensa mata). Apalagi ditambah dengan kebiasaan merokok.

Kasiat tempe dan ikan laut

* Selain berbentuk zat gizi seperti vitamin C dan D, antioksidan dapat pula berupa zat non-gizi seperti pigmen (karoten, likopen, flavonoid, klorofil) dan enzim (glutation peroksida, koenzim, Q-10 atau ubiquinon).

Karoten banyak pada wortel, ubi rambat, semangka, bayam, kangkung, jeruk. Likopen pada tomat. Flavonoid pada wortel, jeruk, brokoli, kol, mentimun, bayam, tomat, merica dan terung.

Bila konsumsi mineral seperti seng, selenium, tembaga, vitamin E dan C serta beta karoten cukup, maka tidak diperlukan suplemen. Suplemen berupa pil, kapsul, dll hanya diberikan bila makanan berantioksidannya belum memenuhi angka kebutuhan gizi yang dianjurkan.

Dalam makanan sehari-hari antioksidan banyak terdapat dalam sayuran dan buah-buahan. Sedangkan tempe dan ikan laut dapat memusnahkan atau meminimalkan pembentukan radikal bebas.

Selama lebih dari setengah abad antioksidan telah dimanfaatkan dalam pengolahan pangan untuk menghambat kerusakan makanan. Biasanya antioksidan ini ditambahkan pada makanan yang mengandung lemak atau minyak, buah segar atau sayuran agar tidak cepat rusak. Senyawa ini juga dapat untuk mencegah perubahan warna dan rasa yang disebabkan oksigen di udara (pada apel, pisang yang mengandung enzim tertentu).
Selain pada bahan makanan, antioksidan seperti vitamin E juga sebagai suplemen diet untuk mengatasi proses oksidasi dalam tubuh. Belakangan malah antioksidan digunakan dalam produk kosmetik.
 

No comments:

Post a Comment

PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT            Berbagai peralatan yang diperlukan di Rumah Sakit seperti alat untuk menginfus da...