Kasus
Epilepsi - Kehamilan
Kasus :
Nn.X (25 thn) seorang penderita epilepsi, setiap
hari mengkonsumsi asam valproat dosis normal. Nn.X baru saja menikah dan pada
saat ini pergi kedokter untuk merencakan punya anak.
Analisis dengan metode SOAP
SUBJECTIF
-
Identitas pasien
Nama :
Nn.X
Usia :
25 tahun
Jenis kelamin :
Wanita
-
Riwayat penyakit : Penderita epilepsi
-
Riwayat pengobatan : Mengkonsumsi asam valproat dosis normal
-
Sedang merencanakan punya anak
OBJECTIF
Menderita epilepsi
ASSESMENT
Nn.X menderita
epilepsi dan sedang merencanakan punya anak
PLANNING
-
Terapi non-farmakologi
Skrining prenatal harus ditawarkan
-
Terapi farmakologi
1. Apabila asam valproat tersebut efektif untuk
mengatasi kejang pada kasus epilepsinya tetap diberikan asam valproat dengan
dosis minimal pada trimester pertama dan pada trimester ketiga kehamilan dapat
diberikan dosis normal.
2. Jika
asam valproat kurang efektif dapat diberikan obat fenobarbital sebab obat ini
merupakan salah satu obat anti epilepi yang paling aman selama kehamilan. Meskipun
fenobarbital tidak membawa risiko teratogenik, bagi kebanyakan wanita penghentian
obat anti epilepsi sebelum kehamilan bukanlah pilihan yang realistis. Keputusan
untuk menjalani sidang penarikan obat anti epilepsi sebelum kehamilan
direncanakan,harus didasarkan pada prinsip-prinsip yang sama digunakan untuk
obat anti epilepsy penarikan setiap
orang dengan epilepsi. Lancip harus menyelesaikan minimal 6 bulan sebelum
rencana konsepsi untuk memberikan beberapa jaminan bahwa kejang tidak akan
recur
3. Diberikan
suplemen vitamin K1 sebesar 20 mg/hari untuk mencegah pendarahan neonatal
(mencegah
gangguan hemoragik neonatal). Perencanaan dan pengelolaan setiap kehamilan pada
wanita dengan epilepsi harus cermat karena sangat penting untuk meningkatkan kesehatan
bagi ibu dan bayi.
PEMBAHASAN
kunjungan
awal antara dokter dan seorang wanita dengan epilepsi usia subur harus mencakup
diskusi tentang keluarga berencana. Topik harus mencakup pengendalian kelahiran
yang efektif, pentingnya kehamilan yang direncanakan dengan obat antiepilepsi
(AED) optimasi dan folat dukungan plementation sebelum konsepsi, komplikasi
obstetrik, dan teratogenitas dari AED versus risiko kejang selama kehamilan.
Tujuannya adalah kontrol yang efektif dari kejang ibu dengan resiko minimal
pada janin. Pengaruh kehamilan pada frekuensi kejang adalah variabel dan
tak terduga antara pasien.
Keturunan
wanita dengan epilepsi juga pada peningkatan risiko untuk gangguan perdarahan
neonatal yang nantinya akan menginduksi kekurangan vitamin K dalam janin
mencakup CBZ, fenitoin, fenobarbital, ethosuximide, vigabatrin, primidone,
diazepam, mephobarbital, dan amobarbital jadi perlu menerima suplemen vitamin
K1.
No comments:
Post a Comment