Monday, 6 March 2017

Kasus Alzheimer (2)



1.      Kasus Alzheimer

Seorang pasien, Tn. H, 69 tahun, berdasarkan hasil anamnesa Dokter dan pemeriksaan penunjang yang terkait, didignosa mengalami Alzheimer tahap 3 dengan gejala gangguan/penurunan fungsi kognitif dan cemas.  Terapi yang diberikan adalah donepezil 10 mg, 1 X sehari dan ekstrak gingko biloba 1 X sehari. RPD : Hipertensi terkendali dgn lisonopril 10 mg 1 X 1.
  1. Bagaimana penerapan asuhan kefarmasian pada Tn. H?
  2. Parameter apa yang perlu dimonitoring?

Jawab :
  1. Analisis kasus berdasarkan metode FARM
1.      Finding

Nama
Tn. H
Umur
69 tahun
Diagnosa
Alzheimer tahap 3
Riwayat pengobatan
-          Donepezil 10 mg 1 x sehari
-          Ekstrak gingko biloba 1 x sehari
-          Lisinopril  10 mg 1 x sehari
Keluhan pasien
Gangguan / penurunan fungsi kognitif dan cemas
RPD
Hipertensi

2.      Assesment, Resolution, dan Monitoring
Assesment

Resolution

Monitoring
Medical Problem
Terapi
DRP’s
Alzheimer
Tahap 3
Donepezil 10 mg 1 x sehari
Dosis yang tidak tepat.Donepezil dapat digunakan untuk pengobatan kognitif tahap ringan sampai sedang.(1)
-Pemilihan terapi donepezil untuk pengobatan alzheimer  sudah tepat karena memiliki paling sedikit efek samping seperti mual,muntah, diare apabila dibandingkan dengan golongan obat alzheimer lainnya seperti tacrine, rivastigmine, memantine,galantamine.
-Dosis yang digunakan pada pengobatan awal adalah 5mg sehari dosis ditingkatkan jika diperlukan setelah 4-6 minggu maksimal 10 mg sehari. (1)

Efektivitas:
donepezil merupakan
 inhibitor kolinesterase piperidine dengan spesifisitas penghambatan acetylcholinesterase dibandingkan
dengan
butyrylcholinestera
se yang dapat digunakan untuk mengobati penurunan kognitif alzheimer tahap ringan hingga sedang(1).
Efek samping: mual, muntah, diare, sakit kepala(1).

Ekstrak Gingko Biloba 1 x sehari
Penggunaan ekstrak gingko biloba kurang tepat. Gingko biloba tidak memberikan efek yang signifikan(2)
Terapi pengobatan alzheimer ekstak gingko biloba  digantikan dengan  vitamin E yaitu sebagai antioksidan kuat(3). Dosis vitamin E 1000ui 2 kali sehari(1)
Efektivitas:
vitamin E untuk mencegah degenerasi sel saraf yang dapat mencegah perkembangan penyakit alzheimer ke tahap selanjutnya. (2)

Efek samping :
diare dan sakit perut dengan dosis
lebih dari 1 g sehari
(4)

Lisinopril
Lisinopril efektif untuk penurunan tekanan darah(5).

Pemilihan terapi lisinopril sudah tepat dengan dosis 10 mg per hari(4).
Lisinopril dapat memelihara penururnan tekanan darah(5).

Efektivitas: suatu penghambat ACE yang nonprodrug dan secara efektif memelihara penurunan tekanan darah selama 24 jam dengan dosis tunggal(5).

Efek samping :
 Batuk kering, hipotensi, keluhan lambung usus,pusing, nyeri yang bersifat sementara, disfungsi ginjal, gejala lain seperti demam, mialgia, artritis (6).


b. Parameter yang perlu di monitoring :
   1. efek samping obat
   2. kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat


Kasus :
Seorang pasien , Tn. H,  69 tahun berdasarkan hasil anamnesa dokter dan pemeriksaan penunjang yang terkait di diagnose mengalami Alzheimer tahap 3 dengan gejala gangguan/ penurunan fungsi kognitif dan cemas. Terapi yang diberikan adalah donepezil 10 mg 1 x sehari dan ekstrak gingko biloba 1 x sehari. RPD : Hipertensi terkendali dengan lisinopril 10 mg 1x1.
a.       Bagaimana asuhan kefarmasian pada Tn. H
b.      Parameter apa yang perlu dimonitoring ?

Penyelesian Kasus
Finding :
·         Tn. H usia 69 tahun
·         Terdiagnosis: Alzheimer tahap 3
·         Gejala: gangguan/ penurunan fungsi kognitif dan cemas.
·         RPD : Hipertensi terkendali dengan lisinopril 10 mg 1x1.
·         Terapi : Donepezil 10 mg 1 x sehari dan ekstrak gingko biloba 1 x sehari.
Assasment :
No
PEMILIHAN OBAT
DRP’s
KETERANGAN
RESOLUTION
MONITORING
1.
Donepezil 10 mg 1 x sehari
Pemberian dosis kurang tepat
Pemberian dosis Donepezil kurang tepat untuk Tn.H yang menderita Alzheimer tahap 3
Tetap diberikan donepezil yang dapat meningkatkan efek kognitif,  dengan  dosis 5 mg sekali sehari menjelang tidur sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien, tidak ada efek hepatotoksik
Efek samping obat: mual dan muntah
Setelah 4-6 minggu, dosis dapat dinaikkan menjadi 10 mg

2.
Ekstrak gingko biloba 1 x sehari
Pemilihan terapi tambahan bukan yang terbaik untuk pasien









Penggunaan ekstrak gingko biloba sebagai terapi tambahan bukan merupakan terapi yang terbaik untuk Tn. H. Karena informasi terakhir dari uji klinik tentang penggunaan gingko biloba untuk mencegah AD menunjukkan bahwa gingko biloba tidak memberikan efek signifikan. Bisa dilihat pada http://www.emaxhealth.com/1002/91/26772/gingko-biloba-does-not-prevent-alzheimer-039-s-disease.html
Gingko biloba dapat digantikan dengan Vitamin E dengan dosis 15 mg perhari (setara dengan 22 iu). Vitamin E, harganya murah dan dianggap aman cukup efektif untuk mencegah kepikunan, seperti yang dilaporkan pada perttemuan ilmiah tahunan American Geriatrics Society (AGS) 2009.
Pemantauan progresi penyakit
3.
Lisinopril 10 mg 1x sehari

Pemilihan obat sudah tepat. Hipertensi pada Tn. H sudah terkendali dengan lisinopril 10 mg 1x sehari
Tidak ada interaksi dengan donepezil
Pemantauan tekanan darah.

Pemantauan :
·         Pemantauan perlu dilakukan secara periodic untuk memantau kemampuan fungsional pasien (kognisi dan memori), dan gejala psikiatrik yang muncul.
·         Dapat digunakan dengan beberapa alat ukur seperti Mini-Mental State Examination (MMSE) atau yang lain

Terapi Non Farmakologi
1.      Managing the family
2.      Managing the environment
3.      Managing the pasien
Tujuan terapi non farmakologis dimaksudkan untuk memperbaiki orientasi realitas pasien, memodifikasi prilaku, memberikan informasi dan pelatihan yang benar pada keluarga pasien.

KASUS ALZHEIMER

Seorang pasien, Tn. H, 69 tahun, berdasarkan hasil anamnesa dokter dan pemeriksaan penunjang yang terkait, didiagnosa mengalami Alzheimer tahap 3 dengan gejala gangguan penurunan fungsi kognitif dan cemas. Terapi yang diberikan adalah Donepezil 10 mg 1xsehari dan ekstrak Gingko biloba 1xsehari. RPD hipertensi terkendali dengan Lisonipril 10 mg 1x1. Pertanyaan :
a.       Bagaimana penerapan asuhan kefarmasian pada Tn. H ?
b.      Parameter apa yang perlu dimonitoring?
Jawab :
  1. Asuhan Kefarmasian dengan metode FARM
  • Finding :
Tn. H, 69 tahun, didiagnosa mengalami Alzheimer tahap 3
Terapi              : Donepezil 10 mg 1xsehari
              Ekstrak Gingko biloba 1xsehari
RPD                 : Hipertensi terkendali dengan Lisinopril 10 mg 1xsehari
Gejala              : gangguan penurunan fungsi kognitif
  cemas
  • Assesment
Medical problem
Terapi
DRPs
Resolution
Alzheimer Tahap 3



Hipertensi
Donepezil 10 mg 1xsehari
Ekstrak Gingko biloba 1xsehari

Lisinopril  10 mg 1xsehari
Over Dose

Pemilihan obat tidak  tepat

Pemilihan obat tepat
Dosis diturunkan untuk alzheimer tahap awal 5mg 1x sehari
Terapi diganti dengan vitamin E


Terapi dilanjutkan

  • Resolution
F  Alzheimer : Donepezil 5 mg 1x sehari
Alasan penurunan dosis karena pada pasien baru mengalami tahap 3 yaitu tahap awal alzheimer. Maka harusnya donepezil dimulai dengan dosis 5 mg perhari dipagi hari. Kemudian setelah  pemakaian 4-6 minggu jika di toleransi dengan baik maka dititrasi sampai 10 mg per hari (1). Donepezil merupakan inhibitor kolinesterase piperidin dengan spesifisitas untuk inhibisi acetilkolinesterase dibanding butyryl cholinesterase (2). Efek samping lebih sedikit dibanding golongan cholinesterase inhibitor non spesifik seperti tachrine. Keunggulan donepezil dibanding dengan golongan inhibitor cholinesterase non spesifik antara lain ialah ;
1.      Donepezil mempunyai efek samping yang lebih ringan (nausea dan vomitus pada 10 % pasien, sementara takrin pada 24% ).
2.      Donepezil dapat diberikan 5 mg 1x sehari.
3.      Donepezil tidak dapat menyebabkan kenaikan enzim hepar pada sekitar separuh pasien yang diobati.(3)
F  Vitamin E : 1000 mg 2x sehari
Alasan vitamin E yang diberikan pada pasien digunakan sebagai antioksidan yang dapat menunda keparahan alzheimer. Karena pasien Alzheimer ini tergolong geriatri, maka antioksidan dibutuhkan untuk regenerasi sel saraf. Dosis awal yang digunakan yaitu 1000 IU 2x/hari. Sedangkan ekstrak ginkgo biloba memang pernah disebut-sebut memiliki efek proteksi saraf dan meningkatkan daya ingat. Tetapi informasi terakhir dari uji klinik tentang penggunaan ginkgo biloba hanya untuk mencegah penyakit Alzheimer yang menunjukkan bahwa ginkgo biloba tidak memberikan efek yang signifikan terhadap pasien yang sudah didiagnosa mengalami Alzheimer (4).
F  Lisinopril 10 mg 1x sehari
Lisinopril merupakan golongan ACE inhibitor (Angiotensin Converting Enzyme). Obat golongan ini dapat membantu melindungi manula dari kemunduran memori dan fungsi kognitif yang secara spesifik mencapai otak dan membantu menurunkan inflamasi yang berkontribusi pada penyakit alzheimer (5).
·         Monitoring
F  Donepezil
·         Efek samping donepezil : sakit kepala, mual, muntah, diare, pusing, insomnia, anoreksia, lemas(2).
·         Efektivitas donepezil : lebih efektif mengobati penurunan kognitif pada AD ringan hingga sedang dengan efek samping perifer lebih sedikit daripada golongan cholinesterase inhibitor nonspesifik(2)
F  Vitamin E
·         Efek samping : -
·         Efektivitas vitamin E : sebagai antioksidan untuk regenerasi sel syaraf yang dapat menunda keparahan alzheimer(6)
F  Lisinopril
·         Efek samping lisinopril : pusing, sakit kepala, diare, batuk, mual(3).
·         Efektifitas lisinopril : lebih aman digunakan dalam dosis awal untuk pasien geriatri dan tidak menyebabkan terjadinya hipotensi berat(2).

  1. Paramater yang dimonitoring
·         Efek samping obat
·         Kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat
I.                   Kasus Alzheimer
            Seorang pasien, Tn. H, 69 tahun, berdasarkan hasil anamnesa Dokter dan pemeriksaan penunjang yang terkait, didignosa mengalami Alzheimer tahap 3 dengan gejala gangguan/penurunan fungsi kognitif dan cemas.  Terapi yang diberikan adalah donepezil 10 mg, 1 X sehari dan ekstrak gingko biloba 1 X sehari. RPD : Hipertensi terkendali dgn lisinopril 10 mg 1 X 1.
  1. Bagaimana penerapan asuhan kefarmasian pada Tn. H?
  2. Parameter apa yang perlu dimonitoring ?
Penatalaksanaan kasus:
Asuhan kefarmasian menggunakan metode FARM (Finding, Assesment, Resolution, Monitoring)
Finding :
Nama               : Tn. H
Umur               : 69 tahun
Diagnosa          : Alzheimer tahap III, dengan riwayat penyakit Hipertensi terkendali
Keluhan           : Gangguan atau penurunan fungsi kognitif dan cemas
Terapi awal     : Alzheimer: R/  Donepezil 1x sehari10 mg, Ekstrak ginkgo biloba 1x                                             sehari
                           Hipertensi: R/ Lisinopril 1x sehari 10 mg
Terapi baru      : Alzheimer: R/ Donepezil 1x sehari10 mg, Ekstrak ginkgo biloba 1x                                                            seharI

Assesment
Keterangan
Resolusi
Monitoring
Medical Problem
Terapi
DRP’s

Alzheimer






























Hipertensi





Donepezil
10 mg 1 x sehari



















Ekstrak Ginkgo biloba






Lisinopril





Dosis tidak tepat




















Informasi dosis yang                      tidak lengkap





Tidak ada DRP’s









pada terapi awal Alzheimer, Donepezil merupakan dosis dan obat yang dipilih pertama
















Informasi dosis tidak di sampaiakan dengan jelas





Terapi dapat dilanjutkan

Donepezil 5 mg 1 x sehari




















Ekstrak Ginkgo biloba Dewasa : 15 tetes di encerkan dalam 1/2 gelas air (100 mL) diminum 3 kali sehari.











Indikasi : sebagai terapi awal Alzheimer, dan digunakan pada kasus ringan sampai sedang.
IO : Tidak ada
ESO: Gangguan GI tract , kejang otot , dan insomnia(4).
Melindungi sel-sel syaraf,  berfungsi untuk meningkatkan sirkulasi darah di pembuluh darah arteri terutama ke otak dan memperbaiki pemakaian oksigen dan glukosa.

Indikasi : Melindungi sel-sel syaraf,  berfungsi untuk meningkatkan sirkulasi darah di pembuluh darah arteri terutama ke otak dan memperbaiki pemakaian oksigen dan glukosa.
Indikasi : Hipertensi
Interaksi Obat : kombinasi dengan obat-obatan NSAID dapat meniadakan efek ddari Lisinopril
ESO: hipotensi

            Donezepil digunakan untuk mengobati demensia(gangguan otak yang mempengaruhi kemampuan untuk mengingat, berfikir jernih, berkomunikasi, dan melakukan kegiatan sehari-hari dan dapat menyebabkan perubahan suasana hati dan kepribadian) yang terkait dengan penyakit Alzheimer. Donezepil berada dalam kelas obat yang disebut kolinesterase. Donezepil ini meningkatkan fungsi mental(seperti memori, perhatian, penalaran social, interaksi dan kemampuan bahasa) dengan meningkatkan jumlah zat alami tertentu dalam otak, namun donezepil tidak akan menyembuhkan AD atau mencegah hilangnya kemampuan mental pada suatu waktu di masa depan. Simpan obat ini dalam wadah tertutup rapat, dan hindarkan dari jangkauan anak-anak. Simpan pada suhu kamar dan jauhkan dari suhu yang dan kelembaban tinggi. Buanglah obat yang sudah usang atau tidak digunakan lagi.
Terapi non Farmakologi
·         Terapi interpersonal (IPT)
Membantu mengingatkan Tn. H dalam segala sesuatu yang akan dilakukan.
·         Psikoterapi (Psychoeducation) untuk meningkatkan kepatuhan Tn. H terhadap penggunaan obat, meningkatkan kualitas hidup.
·         Intervensi keluarga, untuk meningkatkan fungsi sosial, pekerjaan
·         Perhatian dan rasa sayang terhadap Tn H


DEPRESI
KASUS

Kasus 
            Ny. Sinta, 40 th, 1 bulan terakhir, merasakan nafsu makannya hilang, kehilangan semangat untuk melakukan aktivitas apapun, kesulitan tidur/insomnia, sehingga pekerjaannya sebagai seorang akuntan terbengkalai.  Hal ini dirasakan sejak suami Ny. Sinta meninggal dunia akibat suatu kecelakaan.  Sejak awal menjadi seorang akuntan, Ny.Sinta dikenal seorang yang workaholic. Kebiasaan Ny.Sinta berupa makan yang tidak teratur, selain juga kesibukannya yang luar biasa, mengakibatkan Ny.Sinta mengalami ulkus peptikum. Simetidin 400 mg tablet, 2 x sehari, yang diminum Ny.Sinta dapat mengatasi gangguan tersebut. Berdasarkan gejala yang dialami Ny.Sinta saat ini, Ny. Sinta didiagnosa mengalami depresi. Terapi yang diberikan untuk Ny.Sinta adalah amitriptilin 125 mg tablet, 1 x sehari.
            Bagaimana aplikasi pharmaceutical care / asuhan kefarmasian untuk kasus tersebut?
            Dan parameter apa yang perlu dimonitoring?
            Penyelesaian klisis kasus berdasarkan metode FARM :
·         Finding :
Nama
Ny. Sinta
Umur
40 th
Diagnosa
Depresi
Riwayat Penyakit
Ulkus peptikum
Riwayat Pengobatan
Simetidin 400 mg tablet, 2 x sehari
Tearapi Awal
Amitriptilin 125 mg tablet, 1 x sehari
Gejala atau Keluhan
Kehilangan nafsu makan, semangat untuk melakukan aktivitas, dan kesulitan tidur atau insomnia.

·      Assessment, Resolution dan Monitoring
Assesment
Keterangan
Resolusi
Monitoring
Medical Problem
Terapi
DRP’s
Ulkus peptikum










































Depresi
Simetidin 400 mg tablet, 2 x sehari.








































Amitriptilin 125 mg tablet, 1x sehari.
Interaksi obat.










































Dosis obat tidak tepat.

Penggunaan simetidin bersamaan dengan antidepresan golongan TCA dapat meningkatkan kadar TCA dalam plasma, sehingga dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan(4).
Dengan meningkatnya kadar TCA dalam plasma, dapat meningkatkan kadar serotonin mencapai tingkat yang membahayakan yang dapat berakibat fatal yaitu menimbulkan sindrom serotonin, yang ditandai dengan takikardia, hiperaktif, hipertensi, krisis hiperpiretik, dan kejang parah(3). Interaksi antara kedua obat ini termasuk dalam level signifikansi 1, dimana risiko yang ditimbulkan berpotensial mengancam individu atau dapat mengakibatkan kerusakan yang permanen(5).





Penggunaaan amitriptilin sebagai antidepresan sudah tepat, untuk mengatasi gejala kehilangan nafsu makan, kehilangan semangat untuk melakukan aktifitas, dan kesulitan tidur atau insomnia.
Pada terapi awal depresi digunakan TCA dengan dosis rendah 25mg/hari(3).
Digunakan ranitidin yang memiliki efektifitas yang sama seperti simetidin, yang merupakan antagonis reseptor H2. Ranitidin mempunyai masa kerja lebih panjang dan memiliki efek samping yang minimal. Tidak seperti simetidin, obat ini tidak menghambat system oksigenase fungsi campuran didalam hati, sehingga tidak mempengaruhi konsentrasi obat-obat lain(6).
Dengan dosis 150mg  2x sehari (pagi dan malam)(2).
















Digunakan dosis sebesar 25mg/hari, karena efek sedasinya tinggi amitriptilin dianjurkan untuk digunakan sebelum tidur.  Pada depresi yang parah, dosis dapat ditingkatkan hingga 150mg/hari secara bertahap. Rentang dosis lazim amitriptilin yaitu 100-300mg/hari(3).

Monitoring efektivitas terapi
Dilakukan pemantauan hasil terapi dengan monitoring terhadap gejala dan tanda klinis penggunaan ranitidine dengan dosis 150mg 2x sehari. Parameter yang harus dipantau dalam penggunaan ranitidin antara lain yaitu berkurangnya gejala ulkus peptikum atau berkurangnya rasa tidak nyaman pada bagiaan perut.

Monitoring reaksi obat yang tidak dikehendaki
Dilakukan pemantauan terhadap efek samping obat seperti sakit kepala, pusing, diare dan nyeri otot(2).

Monitoring ketaatan
Dilakukan pemantauan kepada pasien dalam menggunakan obat, apakah pasien taat, dan mendapatkan dosis yang cukup untuk periode yang cukup atau tidak(1).

Monitoring efektivitas terapi
Dilakukan pemantauan hasil terapi dengan monitoring terhadap gejala dan tanda klinis penggunaan amitriptilin dosis 25 mg/hari. Parameter yang harus dipantau dalam penggunaan amitriptilin antara lain yaitu hilangnya gejala depresi, perbaikan fungsi sosial dan okupasional, ada tidaknya keinginan dan ide bunuh diri(3).
Monitoring reaksi obat yang tidak dikehendaki. Dilakukan pemantauan terhadap efek samping obat seperti sedasi dan mulut kering, interaksi obat, dan alergi dan diatasi jika memungkinkan.
Pasien bukan termasuk dalam golongan geriatri sehingga tidak memiliki faktor resiko terjadinya hipotensi postural dan hipotensi ortostatik(3).

Monitoring ketaatan.
Dilakukan pemantauan kepada pasien dalam menggunakan obat. Apakah pasien taat, dan mendapatkan dosis yang cukup untuk periode yang cukup atau tidak. Monitoring terhadap kadar TCA dalam plasma juga perlu untuk dilakukan(1).


Contoh obat yang beredar dipasaran
Amitriptilin : Amitriptyline Tab. 25 mg, 50 mg, 75 mg,  Trilin (Harsen) Tab. 25 mg.
Ranitidin : Ranitidine ( Hexpharm) Tab 150 mg Rp. 23.000, Ranitidine (Soho) Ampul 25 mg/ml Rp. 11.000,

Terapi non Farmakologi
·         Terapi interpersonal (IPT)
Mengalihakan perhatian Ny. Sinta, yang telah terdistorsi oleh depresi.
·         Psikoterapi (Psychoeducation) untuk meningkatkan kepatuhan Ny. Sinta terhadap penggunaan obat dan mengurangi kekambuhan, meningkatkan kualitas hidup.
  • Intervensi keluarga, untuk meningkatkan fungsi sosial, pekerjaan dan mengelola stress.
  • Perhatian yang cukup terhadap kesehatan tidur, termasuk mengurangi konsumsi kafein, menghindari alkohol, olahraga yang cukup, dan waktu tidur-bangun yang teratur sering mengurangi gejala insomnia.

Kasus :
Ny. Sinta, 40 tahun, 1 bulan terakhir, merasakan nafsu makannya hilang, kehilangan semangat untuk melakukan aktivitas apapun, kesulitan tidur atau insomnia, sehingga pekerjaannya sebagai akuntan terbengkalai. Hal ini dirasakan sejak suami Ny. Sinta meninggal dunia akibat suatu kecelakaan. Sejak awal menjadi seorang akuntan, Ny. Sinta dikenal sebagai seorang yang workaholic. Kebiasaan Ny. Sinta berupa makan yang tidak teratur, selain juga kesibukannya yang luar biasa, mengakibatkan Ny. Sinta mengalami ulkus peptikum. Simetidin 400 mg tablet, 2 x sehari, yang diminum Ny. Sinta dapat mengatasi gangguan tersebut.
Berdasarkan gejala yang dialami Ny. Sinta saat ini, Ny. Sinta didiagnosa mengalami depresi. Terapi yang diberikan untuk Ny. Sinta adalah amitriptilin 125 mg, 1 x sehari
Bagaimana aplikasi pharmaceutical care / asuhan kefarmasian untuk kasus tersebut? Dan parameter apa yang perlu di monitoring?
Asuhan kefarmasian dengan Metode FARM
I.    Finding :
Nama Pasien                : Ny. Sinta
Umur                           : 40 tahun
Riwayat penyakit         : Ulkus Peptikum, Simetidin 400 mg, 2 x sehari
Diagnosa                      : Depresi, dengan gejala awal seperti depreti mayor
                                     - Hilang nafsu makan
                                     - Insomnia
                                     - Kehilangan ketertarikan terhadap melakukan aktivitas
Terapi Awal                 : Amitriptilin, 125 mg 1x sehari
II.       Assesment            :
Kelompok kami mengasumsikan bahwa Ny. Sinta belum mengonsumsi Amitriprilin 125 mg, 1 x sehari
Medical Problem
Terapi
DRP
Resolution
Monitoring
Amitriptilin
125 mg
1x sehari
Pemilihan obat yang kurang tepat
Amitriptilin dapat berinteraksi dengan Simetidin, sehingga dapat meningkatkan konsentrasi amitriptilin dalam plasma yang berefek toksik(1)
Dosis penggunaan awal berlebihan(1)
Efek samping dari dari obat ini  antara lain sedasi tinggi, antikolinergik meningkat, takikardi dan hipotensi

Terapi dapat dihentikan dengan cara tappering dose.
Kemudian jika sudah sampai kadar terendah, dapat digantikan dengan Fluoxetin (SSRI) 20 mg, 1 x sehari untuk terapi awal penggunaan obat.
Untuk pengobatan depresi mayor, dapat memperbaiki nafsu makan(2)

Efek samping dari Fluoxetin adalah Insomnia, maka untuk meningkatkan efektivitas dari Fluoxetin adalah memberikan
Trazodone, 50 mg 1xsehari. Harus diperhatikan efek samping dari Trazodone (oversedasi)(2)
Simetidin
400 mg
2x sehari
Pemilihan obat sudah tepat dalam mengatasi ulkus peptikum .
Digunakan setelah makan pagi dan sebelum tidur malam hari(2).
Untuk penggunaan jangka pendek active duodenal ulcer (4-8 minggu)(1).
Simetidin dapat berinterikasi dengan obat-obat golongan TCA, maka diperhatikan penggunaannya

III.     Resolution :
            Ny. Sinta diasumsikan belum mengkonsumsi Amitriptilin. Ny. Sinta masuk dalam kategori depresi mayor, yaitu melibatkan gejala hilangnya nafsu makan, kehilangan semangat atau ketertarikan dalam mengerjakan aktivitas, insomnia, dan perasaan sedih atas kehilangan orang yang dicintai(termasuk dalam KRITERIA DSM-IV-TR untuk episode Depresi Mayor). Apabila diberikan terapi menggunakan Amitriptilin, maka akan berinteraksi dengan Simetidin, dimana dapat meningkatkan kadar Amitriptilin dalam plasma melalui penghambatan metabolisme dari Amitriptilin. Efek samping dari amitriptilin pun banyak, antara lain sedasi tinggi, meningkatkan antikolinergik, takikardi dan hipotensi ( dapat menstimulasi insomnia), dan juga dosis penggunaan awal termasuk berlebihan jika 125 mg 1 x sehari, yang seharusnya 30-100 mg per hari dan dosis dapat dinaikkan hingga 300 mg secara bertahap.
            Sebagai terapi pengganti Amitriptilin, dapat digunakan Fluoxetin (SSRI) yang termasuk first line dalam pengobatan depresi. Fluoxetin merupakan penghambat depresi mayor, bebas dari efek samping yang disebabkan oleh TCA, dimetabolisme  menjadi norfluoksetin( metabolisme aktif), waktu paruh 1-10 hari (senyawa asli) dan 3-30 hari  (metabolisme aktif), merupakan inhibitor  kuat sitokrom p-450. Penggunaan Fluoxetin dikatakan aman jika di gunakan bersamaan dengan Simetidin. Namun efek samping dari pengggunaan obat ini adalah insomnia.
            Pengatasan insomnia yang disebabkan oleh Fluoxetin dapat diatasi dengan pemberian Trazodone (agen non benzodaizepin hipnotik) 50 mg per hari. Obat ini sering digunakan untuk insomnia yang menginduksi SSRI (dalam hal ini Fluoxetin). Harus diperhatikan efek samping dari Trazodone, yaitu oversedasi.
Selain menggunakan terapi farmakologi, digunakan pula terapi non-farmakologi pada fase stabilisasi yaitu terapi Psikoterapi. Beberapa pendekatan psikoterapi yang dapat dilakukan adalah : psikoterapi perorangan (individual psychotherapy), terapi berorientasi kesadaran (insight-oriented therapy), terapi tingkah laku (behavioral therapy), model stres hidup (life stress model), psikoterapi kognitif (cognitive psychotherapy) ,lain-lain seperti terapi kelompok (group therapy), latihan orangtua (parent training), terapi keluarga (family training), pendidikan remedial (remedial education), dan penempatan di luar rumah (out of homeplacement).

Terapi Farmakologi
Terapi Nonfarmakologi
Golongan SSRI (Fluoxetin) yang dikombinasi dengan Tradazone
ECT (Electro Convulsive Therapy)
Light Therapy

ü Terapi Kejang Listrik ( E C T )
Diindikasikan untuk depresi berat, depresi psikosis, melancholia, khususnya bila respons terhadap obat-2 antidepresan buruk atau terdapat kontraindikasi(3).
ü Terapi Hormonal
Diindikasikan untuk depresi yg disebabkan gangguan hormonal ( thyroid, estrogen )
IV. Monitoring :
- Efektifitas :     1. Fluoxetin, efektif dalam pengobatan depresi mayor khususnya pada pasien yang mengalami gangguan makan.
                     2. Fluoxetin + Trazodone, dapat mengatasi insomnia yang berasal dari efek fluoxetin. Biasanya Trazodone digunakan untuk mengatasi insomnia yang diinduksi oleh penggunaan SSRI. Trazodone juga dapat ,menghambat reaktif serotonin.
- Efek Samping : Fluoxetin, kadang – kadang dapat menyebabkan gangguan pada gastrointestinal, anxietas, diare, anoreksia dan insomnia.  Dapat terjadi sindrom serotonin : hipertermia, kekakuan otot, agitasi (perubahan status mental), ketidakstabilan otonom. Karena Waktu paro fluoxetin dan metabolitnya relatif panjang, maka efek dan interaksi dapat berlangsung dalam waktu lama setelah penghentian terapi. Dapat menyebabkan gangguan seksual (penurunan libido).
Interaksi Obat :
  • Menurunkan efek fluoxetin : siproheptadin dapat menghambat reuptake serotonin.
  • Meningkatkan efek / toksisitas :
1.      Penghambat MAO : fluoxetin tidak boleh digunakan berasama dengan obat-obat penghambat MAO, dapat terjadi reaksi fatal.
2.      Penggunaan bersama dengan selegilin berhubungan dengan resiko  hipertensi atau sindrom serotinin.

Informasi bagi pasien :
  • Hindari kebiasaaan minum alkohol
  • Minum obat pada pagi hari untuk menghindari insomnia
  • Mengonsumsi permen untuk mencegah mulut kering
  • Dapat menyebabkan mengantuk yang perkembangannya dapat terjadi dalam beberapa minggu
  • Jika terlupa 1 dosis cepat minum segera setelah ingat namun jika sudah sampai pada dosis berikutnya, lompatilah dosis yang terlupa. Jangan melebihi dosis maksimal harian(1).


KASUS
An. Rio, 8 tahun, 17 kg, sejak seminggu terakhir mengurung diri di kamar, tidak mau makan dan tidak mau  lagi melakukan aktivitas kesehariannya seperti sekolah, bermain, tidur, dll. An. Rio didiagnosa mengalami depresi. Terapi farmakologi yang digunakan adalah desipramine 10 mg 1xsehari, malam hari.
Bagaimana aplikasi pharmaceutical care/asuhan kefarmasian untuk kasus tersebut? dan parameter apa saja yang perlu dimonitoring?
Arahan Penyelesaian Kasus
a.       Terapkan salah satu metode (FARM,SOAP)
b.      Berikan komentar pemilihan desipramine pada anak-anak maupun dosis dan waktu pemberiannya?
c.       Tekankan parameter monitoring adalah: efektivitas terapi, efek samping obat (prevalensi tinggi, pasien dengan faktor resiko, ESO yang mengancam jiwa) dan interaksi obat level signifikansi 1,2

JAWAB:
a.      Metode FARM
Finding
An. Rio, 8 tahun, 17 kg, sejak seminggu terakhir mengurung diri di kamar, tidak mau makan dan tidak mau lagi melakukan aktivitas kesehariannya seperti sekolah, bermain, tidur.
Diagnosa: depresi
Terapi: desipramine 10 mg 1xsehari, malam hari.

Assesment
Terapi tepat. Desipramine 10 mg 1xsehari, malam hari sudah tepat untuk penanganan depresi pada anak. Namun perlu ditingkatkan monitoringnya.
Recommendation
Terapi farmakologi tidak diubah tetap menggunakan Desipramine 10 mg 1xsehari dikonsumsi pada malam hari. Namun perlu dilakukan pemeriksaaan elektrokardiogram (EKG) sebelum memulai terapi pada anak dan remaja dan juga pemeriksaan EKG tambahan disarankan pada saat konsentrasi plasma mencapai kadar tunak. Pemantauan konsentrasi plasma sangat penting untuk memastikan keamanan. Pengecekan terhadap EKG bertujuan untuk menghindari kejadian sudden death (kematian mendadak). Jika hasilnya baik maka terapi bisa dilanjutkan.


Monitoring
Efektifitas obat : Hilangnya gejala depresi, hilangnya gangguan tidur
Efek samping obat : terhadap sistem kardiovakule, ada tidaknya alergi terhadap obat
Mengevaluasi status mental : ada tidaknya keinginan bunuh diri

Terapi non farmakologi
Psikoterapi:
1.      Memberikan kehangatan, empati, pengertian, dan optimism disini peran orang tua sangat berarti.
2.      Diberi pelatihan emosional dasar seperti menangani perselisihan, berpikir sebelum   bertindak, melawan keyakinan pesimistik yang berkaitan dengan depresi

b.      Komentar pemilihan Desipramine
Desipramin mempunyai efek samping obat antara lain efek sedatif, efek antikolinergik, hipotensi ortostatik, penambahan berat badan, dan kejang (2). Beberapa kasus kematian mendadak dilaporkan pada anan dan remaja yang mendapat desipramin (1). Sehingga disarankan dilakukan pemeriksaan EKG terlebih dahulu untuk keamanan  terapi.

Kasus
Ny. Sinta, 40 tahun dalam satu bulan terakhir merasakan nafsu makan hilang, kehilangan semangat untuk melakukan aktivitas apapun, kesulitan tidur/ insomnia,sehingga pekerjaannya sebagai seorang akuntan terbengkalai.  Hal ini dirasakan sejak suami Ny. Sinta meninggal dunia akibat suatu kecelakaan.  Berdasarkan gejala yang dialami Ny. Sinta saat ini, Ny. Sinta didiagnosa mengalami depresi.  Terapi yang diberikan adalah amitriptilin 125 mg tablet 1 x sehari.
Sejak awal menjadi seorang akuntan, Ny. Sinta dikenal seorang yang workaholic.  Kebiasaan Ny. Sinta berupa makan yang tidak teratur, selain juga kesibukannya yang luar biasa, mengakiatkan Ny. Sinta mengalami ulkus peptikum.  Simetidin 400 mg tablet 2 x sehari yang diminum Ny. Sinta dapat mengatasi gangguan tersebut.
a.       Bagaimana aplikasi pharmaceutical care/ asuhan kefarmasian untuk kasus tersebut?
b.      Parameter apa saja yang perlu dimonitoring?

Jawab
a.       Aplikasi Pharmaceutical Care/ Asuhan Kefarmasian dengan Metode FARM
Disini, kami mengasumsikan kasus diatas dalam 2 kondisi:
1.      Ny. Sinta seorang yang pekerja keras hingga lupa makan dan terdiagnosis mengalami ulkus peptikum diberikan simetidin 400 mg 2x sehari, saat suaminya meninggal Ny. Sinta terdiagnosis depresi dan diberikan amitriptilin 125 mg 1x sehari (obat sudah digunakan)
2.      Ny. Sinta seorang yang pekerja keras hingga lupa makan dan terdiagnosis mengalami ulkus peptikum diberikan simetidin 400 mg 2x sehari, saat suaminya meninggal Ny. Sinta terdiagnosis depresi dan diberikan amitriptilin 125 mg 1x sehari (obat belum digunakan, masih dalam resep)

Finding
Ny. Sinta 40 th, seseorang yang workaholic
Gejala                          : - menurunnya nafsu makan
                                      - kehilangan semangat melakukan aktivitas apapun
                                      - insomnia
Diagnosa          :  Depresi
Pengobatan                  :  Amitriptilin 125 mg 1 x1
Riwayat penyakit         :  Ulkus peptikum
Riwayat terapi :  Simetidin 400 mg 2 x 1

                                                           
Assesment
Resolusion
Monitoring
Medical Problem
Terapi
DRPs
Keterangan
Depresi
amitriptilin 125 mg 1 x1
Pemilihan obat yang tidak tepat
Karena Ny. Sinta memiliki ulkus peptikum, dengan efek samping antikolinergik dari amitriptilin akan memperparah ulkum septikum
Asumsi 2:
Amitriptilin diganti dengan Fluoxetin 10-20 mg 1 x sehari dalam dosis tunggal (dosis awal), golongan SSRI, digunakan pada pagi hari setelah sarapan pagi 1.
Asumsi 1: Aminitriptilin diganti dengan Fluoxetin ditambah fenobarbital sebagai preventif yaitu menurunkan konsentrasi aminotriptilin yang meningkat akibat interaksi dengan SSRI (karena kerja panjang 1-2 hari, dosis rendah yakni 30-120 mg/day dengan dosis terbagi 2-3 x sehari) 2,3.
Peningkatan konsentrasi aminitriptilin dalam plasma darah, saat dilakukan tapering dosage dengan fluoxetin dan gejala toksisitas, serta
kepatuhan pasien 1,2.


Penggunaan dosis yang tidak tepat
Pemakaian dosis seharusnya bertahap dari 25 mg, bila tidak memberikan respon yang efektif selama  3 hari pemakaian pertama, maka dosis dapat dinaikkan menjadi 50 mg, tetapi dosis yang digunakan Ny. Sinta langsung dosis tinggi yaitu 125 mg 2.


Interaksi obat
Simetidin dapat meningkatkan efek dari amitriptilin dengan meningkatkan konsentrasinya di dalam plasma, yaitu dengan mengikat sitokrom P450 mikrosom hati yang akan menghambat metabolisme amitriptilin menjadi metabolit non-aktif 1.
Ulkus Peptik
simetidin 400 mg 2 x 1
-
Aman digunakan jangka panjang, karena merupakan golongan H2 antagonis yang dapat digunakan sebagi terapi pemeliharaan 4.
Tetap digunakan
Kebiasaan buang air besar bisa berubah dan perubahan tingkah laku.
Penambah nafsu makan
-
Indikasi tanpa obat
Pasien kehilngan nafsu makan
Diberi suplemen penambah nafsu makan (Curcuma) 5.

Insomnia
-
Indikasi tanpa obat
Pasien mengalami stress & seorang Worcaholic
Tx. Fenobarbital dengan dosis kecil, menghasilkan efek sedasi sehingga mengurangi stress yang dialami pasien 3. Dihentikan penggunaannya saat proses tapering dosage telah selesai.














ALZHEIMER

Definisi
Penyakit Alzheimer (AD) adalah penyakit yang bersifat degenerative dan progressive pada otak yang menyebabkan cacat spesifik pada neuron serta mengakibatkan gangguan meori berpikir dan tingkah laku.

Epidemiologi
Perkiraan terbaru adalah bahwa 1 dari 10 orang pasien AD berusia lebih dari 65 tahun dan hamper separuhnya berusia lebih dari 85 tahun. Dengan penyebaran yang cepat pada populasi yang berusia lebih tua diperkirakan 13,2 juta manusia akan menderita AD pada tahun 2050.
Menurut DSM IV, AD terbagi menjadi early onset (gejala timbul setelah usia 65 tahun) dan late onset (gejala timbul pada usia 65 tahun).

Etiologi
- Belum diketahui dengan pasti
- Faktor-faktor risiko penyakit Alzheimer antara lain :
·      Usia : kebanyakan penderita berusia 65 tahun keatas
·      Faktor genetik : terjadi mutasi gen
·      Faktor lingkungan seperti riwayat cedera kepala berat
·      Penyakit metabolik seperti obesitas, hiperlipidemi, dan DM .

Pathogenesis
·      Pasien pada umumnya mengalami atrofi kortikal (penyusutan) dan berkurangnya neuron secara signifikan, terutama saraf kolinrgik (penghasil Ach yang berperan dalam emosi dan kognisi)
·      Kerusakan saraf kolinergik terjadi terutama pada daerah limbic otak (terlibat dalam emosi) dan korteks (terlibat dalam memori dan pusat pikiran/ advanced reasoning center)
·      Terjadi penurunan jumlah enzim kolin asetiltransferase (mengkatalisis pembentukan Ach) di korteks serebral dan hippocampus → penurunan sintesis Ach di otak.
·      Di otaknya juga dijumpai lesi yang disebut senile (amyloid) plaques dan neurofibrillary tangles, yang terpusat pada daerah yang sama di mana terjadi deficit kolinergik → plak tersebut berisi deposit protein yang disebut β-amyloid.
·      Β-amyloid sendiri juga dijumpai pada generatik normal, tetapi tidak terkonsentrasi pada cortex atau system limbic → β-amyloid menyebarkan degenerasi saraf.
·      Β-amyloid membentuk plak karena berikatan dengan suatu protein yang disebut apolipoprotein E4 (ApoE4) → ApoE4 terlibat dalam patofisiologi AD.

Gejala dan Tanda
·      Penurunan ingatan jangka pendek atau kemampuan belajar atau menyimpan informasi.
·      Penurunan kemampuan berbahasa → kesulitan menemukan kata atau kesulitan memahami pertanyaan atau petunjuk.
·      Ketidakmampuan menggambar atau mengenli gambar dua-tiga dimensi,dan lain-lain.


KATEGORI GEJALA PADA ALZHEIMER

Defisit Kognitif
Gejala psikiatrik non-kognitif
Memory loss: susah mengingat, agnosia (kehilngan kemampuan untuk mengenali arti stimuli sensoris, seperti tak bias mengenali objek, membedakan jari tangannya dengan jari orang lain, memahami urutan kejadian dan lama kejadian), kehilangan barang.
Depresi
Dysphasia :
-    Anomia : susahnya mengingat nama benda atau orang
-    Aphasia : kehilangan kemampuan ekspresi dengan bicara, menulis, atau tanda-tanda, atau untuk memahami bahasa lisan atau tulisan akibat trauma/ penyakit di pusat otak.
-    Circumlocution: tidak dapat bicara secara mendetail.
Gejala psikotik: halusinasi, delusi, curiga
Dyspraxia: ketidakmampuan menggunakan objek dengan benar.
Gangguan nonpsikotik yang merusak: agresif (fisik maupun vrbal), hiperaktif, tidak kooperatif, menentang, melakukan kegiatan berulang-ulang.

Disorientation: waktu, tempat, tidak mengenal keluarga, teman, diri sendiri.
Tidak bisa menghitung
impaired judgement dan problem solving skills → kemampuan memutuskn dan memecahkan masalah menurun.
Skala tersebut dapat digunakan salah satu atau dapat dipakai bersama-sama tergantung kemampuan psikiater.
Sasaran Terapi
·      Fungsi kognitif pasien
·      Perkembangan penyakit
·      Gejala, gangguan/ kelakuan yang tidak diinginkan (cemas)
Tujuan Terapi
            Memelihara funsi kognitif pasien selama mungkin, menunda perkembangan penyakit, dan mengontrol gangguan/ kelakuan yang tidak diinginkan.


ALGORITMA TERAPI ALZHEIMER DISEASE
Pasien didiagnosesis AD
Evaluasi adanya penyakit lain dan obat yang mempengaruhi kognisi
Jika tidak ada gangguan psikiatrik
MMSE 10-26
Donezepil
Galantamin
Rivastigmin
+vit E
                      ↓
↓                                                                                            ↓
MMSE stabil
(penurunan <4 poin per tahun)
Teruskan regimen pengobatan
MMSE memburuk
(penurunan ≥ 4 point per tahun)
Berikan ChE inhibitor + Vit E












No comments:

Post a Comment

PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT            Berbagai peralatan yang diperlukan di Rumah Sakit seperti alat untuk menginfus da...