Sunday, 5 March 2017

Pembuatan Simplisia dan Ekstrak

Pembuatan Simplisia dan Ekstrak

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral).

Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang dimaksud eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya.

Simplisia hewani ialah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian dari hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.

Simplisia pelikan atau mineral ialah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.

Proses Pembuatan Simplisia
Pengumpulan bahan baku, dipengaruhi oleh waktu pengumpulan, dan juga teknik pengumpulan.  
Sortasi basah, memiliki tujuan untuk membersihkan dari benda-benda asing seperti tanah, kerikil, rumput, bagian tanamn lain dan bahan yang rusak.  
Pencucian simplisia dengan menggunakan air, sebaiknya memperhatikan sumber air, agar diketahui sumber air tersebut mengalami pencemaran atau tidak.  
Pengubahan bentuk simplisa seperti perajangan, pengupasan, pemecahan, penyerutan, pemotongan.   
Pengeringan dilakukan sedapat mungkin tidak merusak kandungan senyawa aktif dalam simplisia. Tujuan pengeringan yaitu agar simplisia awet, dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.  
Sortasi kering, bensa-benda asing yang masih tertinggal, dipisahkan agar simplisia bersih sebelum dilakukan pengepakan. 
Pengepakan dan penyimpanan untuk mencegah terjadinya penurunan mutu simplisia
Adapun yang dimaksud dengan ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan mengektraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudia semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.

Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk simplisia kering (penyerbukan). Dari simplisia dibuat serbuk simplisia dengan peralatan tertentu sampai derajat kehalusan tertentu. Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak dengan dasar beberapa hal :
Makin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif efisien namun makin halus serbuk, maka makin rumit secara teknologi peralatan untuk tahapan filtrasi. 
Selama penggunaan peralatan penyerbukan dimana ada gerakan dan interaksi dengan benda keras (logam, dll) maka akan timbul panas yang dapat berpengaruh pada senyawa kandungan. Namun hal ini dapat dikompensasi dengan penggunaan nitrogen cair.
Tahap selanjutnya adalah menambahkan pelarut yang sesuai untuk mengektraksi kandungan zat aktif dari serbuk simplisia. Pemilihan pelarut/cairan penyari yang baik harus mempertimbangkan beberapa kriteria yaitu murah dan mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, selektif yakni hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, tidak mempengaruhi zat berkhasiat, dan diperbolehkan oleh peraturan. Untuk penyarian ini, Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah air, etanol, etanol-air atau eter. Penyarian pada perusahaan obat tradisional masih terbatas pada penggunaan cairan penyari air, etanol atau etanol-air.

Setelah itu, dilakukan tahap separasi dan pemurnian. Tujuan dari tahapan ini adalah menghilangkan (memisahkan) senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa berpengaruh pada senyawa berkhasiat yang dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni. Proses-proses pada tahapan ini adalah pengendapan, pemisahan dua cairan tak campur, sentrifugasi, filtrasi serta proses adsorbsi dan penukar ion.


Selanjutnya dilakukan pemekatan dengan cara penguapan/evaporasi cairan pelarut tapi tidak sampai pada kondisi kering, hanya sampai diperoleh ekstrak kental/pekat.

Metode Penyarian
Metode penyarian dapat dibedakan menjadi infundasi, maserasi, perkolasi dan menggunakan alat soxhlet. Dari keempat cara tersebut sering dilakukan modifikasi untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Infundasi
merupakan metode penyarian dengan cara menyari simplisia dalam air pada suhu 90OC selama 15 menit. Infundasi merupakan penyarian yang umum dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan metode ini menghasilkan sari/eksrak yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.

Panci infus terdiri dari dua susun, panci bagian atas berisi bahan dan aquadest sedangkan panci bagian bawah berupa tangas air. Dengan demikian panci yang berisi bahan tidak langsung berbuhungan dengan api. 

Cara ini sangat sederhana dan sering digunakan oleh perusahaan obat tradisional. Dengan beberapa modifikasi, cara ini sering digunakan untuk membuat ekstrak. Infusa dibuat dengan cara :
membasahi bahan baku/simplisia dengan air ekstra, biasanya dengan air 2x bobot bahan, untuk bunga 4x bobot bahan dan untuk karagen 10x bobot bahan. 
 pemanasan bahan dalam aquadest (10x bobot bahan + air esktra) selama 15 menit pada suhu 90OC sampai 98OC. 
untuk memudahkan penyarian, kadang-kadang perlu ditambah bahan kimia, misalnya asam sitrat untuk infus kina, kalium atau natrium karbonat untuk infus kelembak. 
penyarian dilakukan pada saat cairan masih panas, kecuali bahan yang mengandung bahan yang mudah menguap.
Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat akan didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.

Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut lain. Bila cairan yang digunakan adalah air maka untuk mencegah timbulnya kapang dapat ditambahkan bahan pengawet yang diberikan diawal penyarian. 

Keuntungan metode ini adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugiannya adalah pengerjaannya lama dan penyariaannya kurang sempurna (dapat terjadi kejenuhan cairan penyari sehingga kandungan kimia yang tersari terbatas). Pada metode maserasi ini, perlu dilakukan pengadukan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplisia sehingga tetap terjaga adanya derajat konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel.

Hasil penyarian dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu tertentu untuk mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi tidak ikut terlarut dalam cairan penyari. 

Perkolasi
Penyarian dengan metode perkolasi merupakan penyarian dengan cara mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari ini akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilaluinya hingga mencapai keadaan jenuh. 

Cari ini lebih baik dibanding dengan cara maserasi karena :
aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi (mencegah terjadinya kejenuhan). 
pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari sehingga zat seperti terdorong untuk keluar dari sel).

Soxhletasi
Penyarian dengan alat Soxhlet atau dikenal dengan nama metode Soxhletasi adalah proses untuk menghasilkan ekstrak cair yang dilanjutkan dengan proses penguapan. Cairan penyari diisikan pada labu sedangkan serbuk simplisia diisikan pada tabung dari kertas saring atau tabung yang berlubang-lubang dari gelas, baja tahan karat atau bahan lain yang cocok. Cairan penyari dipanaskan hingga mendidih, uap cairan penyari naik ke atas melalui pipa samping kemudian diembunkan kembali oleh pendingin tegak sehingga cairan turun kembali ke labu melalui tabung yang berisi serbuk simplisia. Cairan yang melaui simplisia turun sambil melarutkan zat aktif dari serbuk simplisia tersebut. Cara ini lebih menguntungkan karena uap panas tidak melalui serbuk simplisia tetapi melalui pipa samping.
Keuntungan:
Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung diperoleh hasil yang lebih pekat. 
 Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni sehingga dapat menyari zat aktif lebih banyak. 
Penyari dapat diteruskan sesuai dengan keperluan tanpa menambah volume cairan penyari.
Kerugian:
 Larutan dipanaskan terus-menerus sehingga zat aktif yang tidak tahan pemanasan kurang cocok. Ini dapat diperbaiki dengan menambahkan peralatan untuk mengurangi tekanan udara. 
Tidak bisa dengan penyari air (harus solvent organic) sebab titik didih air 100OC  harus dengan pemanasan tinggi untuk menguapkannya, akibatnya zat kimia rusak.  




BAB II
EVALUASI FITOKIMIA SIMPLISIA

1.                              Prosedur skrining fitokomia
a.       Identifikasi alkaloid
500 mg serbuk simplisia ,ditambah 1 mL Hcl encer, ditambah 9 mL air (panaskan ± 5 menit) dinginkan dan saring,pindahkan 3 mL filtrate pada kaca arloji, kemudian tambahkan 2 tetes dragendorf. Jika terjadi endapan coklat maka simplisia tersebut mengandung alkaloid. Jika dengan pereaksi mayer  terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning yang larut dalam methanol maka ada kemungkinan ada alkaloid.
b.      Identifikasi polifenolat
Bentuk simplisia ditambah air secukupnya, dipanaskan kemudian disaring, hasil saringan tersebut ditambah FeCl₃, jika berwarna hitam kehijauan positif polifenolat.
c.       Identifikasi tannin
Bentuk simplisia ditambah air secukupnya, dipanaskan, kemudian saring pada saat masih panas ditambah gelatin secukupnya, jika ada endapan putih positif mengandung tannin.
d.      Identifikasi saponin
500 mg serbuk simplisia  masukkan kedalam tabung reaksi, tambahkan 10 mL air panas, dinginkan kemudian kocok kuat-kuat selama 10 detik terbentuk buih putih yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-10 cm, pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang, menunjukan bahwa pada simplisia tersebut mengandung saponin. 
e.       Identifikasi steroid/triterpenoid
500 mg serbuk simplisia  tambahkan 20 mL eter  dan maserasi selama 2 jam, pindahkan 3 tetes filtrate ke kaca arloji, saring dan ditambah reagent bourchard, jika terbentuk warna biru golongan steroid, sedangkan jika terbentuk  warna ungu golongan triterpenoid.


f.       Identifikasi flavonoid
Filtrate ditambah 2 mL alcohol 96% ditambah 1 keping serbuk zinc ditambah 2 mL HCl encer (diamkan selama 1 menit) ditambah 10 tetes HCl pekat, menunjukan warna merah.
g.      Identifikasi kuinon
100 mg serbuk simplisia ditambah 10 mL air (didihkan selama ± 5 menit, filtrate ditambah Na OH encer, menunjukkan warna merah.

2.      Tabel hasil pengamatan
NO
IDENTIFIKASI
PROSEDUR
HASIL
KETERANGAN
1
Alkaloid
Sp serbuk + 1 mL HCl encer + 1mL air panaskan selama 1 menit dinginkan, filtrate + 2 tts dragendorff -> endapan coklat, filtrate + mayer -> endapan putih/kuning.
Endapan kuning
Positif (+) ada alkaloid
2
Polifenol
Sp + aqua qs panaskan, filtrate + FeCl₃ -> hitam kehijauan
Endapan coklat
Negative (-) tidak ada polifenol
3
Tannin
Sp + aqua qs panaskan, filtrate panas + gelatin qs -> endapan putih.
Endapan kuning
Negative (-) tidak ada tannin
4
Saponnin
Sp serbuk + air panaskan, filtrate di kocok kuat -> terbentuk busa + HCl encer -> busa tetap ada.
Ada busa
Positif (+) ada saponin
5
Steroid/triterpenoid
Serbuk sp digerus dengan eter -> filtrate + reagen bourchard -> biru = steroid, -> ungu = triterpenoid.
Hitam
Negative (-) tidak ada steroid dan triterpenoid
6
Flavonoid
Filtrate + 2 mL alcohol 96% + 1 kpg serbuk zinci + 2 mL HCl diamkan 1 menit  + 10 tts HCl pekat -> warna merah.
Warna merah
Positif (+) ada flavonoid
7
Kuinon
100 gr serbuk sp + 10 mL air didihkan selama 5 menit -> filtrate + Na OH encer -> warna merah.
Warna kuning, ada gas
Negative ( -) tidak ada kuinon

3.                               Pembahasan
Untuk mengetahui kandungan yang terdapat pada temulawak, maka diuji dengan cara sebagai berikut :
1.     500 mg temulawak ditambah ditambah 1 mL HCl encer di tambah 9 mL air (dpanaskan beberapa saat), dinginkan, filtratnya di tambah 2 tetes dragendouf terrbentuk endapan putih, jika ditambah preaksi mayer terjadi endapan putih atau kuning, maka pada temulawak mengandung alkaloid.
2.    Temulawak ditambah air secukupnya (dipanaskan),filtratnya ditambah FeCl3akan terbentuk warna hitam kehijauan, berarti pada temuklawak mengandung polifenolat.
3.    Temulawak ditambah air secukupnya panaskan, filtrate panas ditambah gelatin secukupnya, akan terbentuk warna endapan putih, berarti pada temulawak mengandung tannin.
4.    Serbuk temulawak ditambah air panaskan, filtrate dikocok kuat, akan terbentuk busa kemudian ditambah HClencer,busa tetap ada, berarti pada temulawak mengandung saponin.
5.     Serbuk temulawak digerus dengan eter, filtratnya ditambah brouchardat, jika terbentuk warna biru maka temulawak termasuk golongan steroid, dan jika berwarna ungu berarti temulawak termasuk golongan triterpenoid.
6.   100 mg temulawak ditanbah 20mL air didihkan selama 5 menit, filtrate ditambah NaOH(e), jika berwarna merah berarti temulawak mengandung kuinon.
7.      Filtrate ditambah 2 mL alcohol 96% ditambah 1 keping serbuk zinc ditambah 2 mL HCl diamkan selama 1 menit ditambah 10 tetes HCl pekat, jika berwarna merah maka pada temulawak terdapat kandungan flavonoid.
4.                              Kesimpulan
            Dari hasil perlakuan dapat disimpulkan bahwa :
1.      Rimpang temulawak mengandung :
lkaloid
b.    Saponin
c.    Kuinon
2.      Rimpang temulawak tidak menngandung : 
a. Polifenol
b. Tannin 
 c. Flavonoid
d. Steroid atau triterpenoid











BAB III
EKSTRAKSI MASERASI

1.      Teori tentang ekstraksi maserasi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang disari, mengandung zat aktif yang dapat larut dan zat yang tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain. Factor yang mempengaruhi kecepatan penyarian adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antar cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut.
Zat aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam alkaloid, glikosida, flavonoid, dan lain-lain. Strutur kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan logam berat, udara, cahaya, dan derajat keasaman. Dengan diketahuinya zat aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan  cairan penyari dan cara penyarian yang tepat.
Simplisia ada yang lunak seperti rimpang, daun, akar, kelembak, dan ada yang keras sepeti biji, kulit kayu, kulit akar. Simplisia yang lunak mudah di tembus oleh cairan penyari, karena itu pada penyarian tidak perlu diserbuk sampai halus. Sebaliknya pada simplisia yang keras perlu dihaluskan terlebih dahulu sebelum dilakukan penyarian.
Ditinjau dari suhu, ekstraksi dibagi menjadi dua golongan, yaitu ekstraksi dingin dan ekstraksi panas. Ekstraksi dingin misalnya maserasi dan perkolasi. Ekstrak dingin dilakukan terhadap tumbuhan yang mengandung senyawa yang bersifat termolabil. Ekstraksi panas misalnya dengan cara infuse, dekok, soxlet dan refluks.
a.       Pembuatan serbuk
Penyarian merupakan peristiwa pemindahan zat aktif yang semula berada didalam sel ditarik oleh cairan penyari sehinggah terjadi larutan zat aktif dalam larutan penyari tersebut. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila dipermukaan serbuk simplisia yang bersentuha dengan penyari makin halus. Dengan demikian maka makin halus serbuk simplisia seharusnya makin baik penyariannya. Tetapi dalam pelaksanaan tidak selalu demikian karena penyarian masih tergantung juga dengan sifat fisika dan kimia simplisia bersangkutan.

b.      Pembasahan
Dinding sel tumbuhan terdiri dari selulosa. Serabut selulosa pada simplisia segar dikelilingi oleh air. Jika simplisia tersebut dikeringkan lapisan air menguap sehinggah terjadi pengerutan, sehinggah terjadi pori-pori. Pori-pori pada sel tersebut diid=si oleh udara. Bila serbuk simplisia dibasahi, maka serabut selulosa tadi akan dikelilingi oleh cairan penyari sehinggah simplisia akan membengkak kembali. Pembengkakan terbesar terjadi pada pelarut yang mengandung gugus OH. Dan pembengkakan tersebut akan naik pesat bila pebandingan antara volume gugusan OH dengan volume molekul pelarut tersebut makin besar.
Pembasahan serbuk sebelum dilakukan penyarian dimaksudkan memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada cairan penyari memasuki seluruh pori-pori pada simplisia sehinggah mempermudah penyarian selanjutnya.
c.       Penyarian

2.      Prosedur maserasi
a.       Ekstrak cair :
1.      Simplisia digerus -> serbuk simplisia
2.      Timbang serbuk simplisia sebanyak 500 mg
3.      Buat larutan alcohol
4.      Serbuk simplisia dimasukkan ke beaker glass besar
5.      Pembasahan serbuk simplisia dengan alcohol 70%, biarkan selama 5 menit
6.      Ad alcohol 70% sampai simplisia terendam semua -> aduk
7.    Tutup dengan alumunium foil -> diamkan selama 7X24 jam. Dan rendaman simplisia di aduk setiap hari selama 7 hari
8.      Setelah 7 hari, penyaringan dengan kain putih/kassa/kain plannel -> eksrak cair.
b.      Ekstak kental
1.   Ekstrak cair yang dihasilkan tadi dibuat menjadi ekstrak kental, dengan cara : panaskan ekstak cair diatas waterbath ad mengental.
3.      Hasil pengamatan
1.      Pemeriksaan parameter ekstrak :
a.       Organoleptis
Bentuk : serbuk temulawak
Warna  : kuning tua
Bau      : khas
Rasa    : spesifik
b.      Rendaman ekstrak
Berat simplisia : 500 gr
Berat ekstrak total       : 67,11 gr
Rendaman eksrak        : 13,42 %
Rendaman = (berat ekstrak total : berat simplisia) X 100%
                  = (67,11 : 500) X 100 %
                  = 13,42 %
Berat ekstrak total = berat cawan berisi ekstrak – berat cawan kosong
                              = 162,52 - 95,41
                              = 67,11 gr

4.      Berat serbuk / simplisia
Berat serbuk simplisia yaitu : 500 mg
5.      Pemeriksaan parameter ekstrak
1.      Organoleptis
Pemeriksaan menggunakan pancaindra untuk mendiskripsikann bentuk, warna, bau dan rasa ekstrak yang diperoleh.
2.      Rendaman ekstrak
Untuk menetapkan rendaman ekstrak, sejumlah tertentu ekstrak kental ditimbang dalam cawan penguap dan diuapkan  diatas penangas air dengan suhu 40-50 ̊ c sampai bobot tetap. Kemudian dihitung rendaman ekstrak terhadap jumlah keseluruhan eksrtrak yang diperoleh.

3.      Bobot jenis ekstrak
Timbang piknometer dalam keadaan kosong. Kemudian piknometer diisi penuh dengan air dan ditimbang ulang. Kerapatan air dapat ditetapkan. Kemudian piknometer dikosongkan dan diisi penuh dengan ekstrak, lalu ditimbang.

6.      Pembahasan
Ekstraksi merupakan pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut kepelarut yang lain. Sedangkan maserasi adalah cara penarikan dengan merendam simplisia tersebut dalam cairan penyari pada suhu biasa ataupun memakai pemanasan.
Keuntungan maserasi yaitu cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan, dan kerugiannya yaitu penyariannya kurang sempurna.


1) Prinsip Maserasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari ada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di
dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.

Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komonen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari,tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin. Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama,cairan penyari yang digunakan lebih banyak,tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin,tiraks,dan lilin. Metode maserasi dapat dilakukan dengan
modifikasi,seperti modifikasi maserasi melingkar,modifikasi maserasi digesti, modifikasi maserasi melingkar bertingkat, modifikasi remaserasi, modifikasi dengan mesin pengaduk, dan metode Soxhletasi.

Keuntungan metode ini adalah :
• Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung.
• Digunakan pelarut yang lebih sedikit.
• Pemanasannya dapat diatur.
• Kerugian dari metode ini:
• Karena pelarut didaur ulang,ekstrak yang terkumpul ada wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
• Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
• Bila dilakukan dalam skala besar,mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi,seperti metanol atau air,karena seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif.

Metode ini terbatas ada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut,misalnya heksan :diklormetan =1 :1,atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan,karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.

2) Prinsip Perkolasi
Metode ini terbatas ada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan: diklormetan = 1:1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat(marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel adat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.



LAPORAN HASIL PRAKTIKUM KIMIA (MASERASI )

DASAR TEORI
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan (Sidik dan Mudahar, 2000).Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, sitrak, dan lain-lain. Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, ataupelarut lain.
Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dan diluar sel, maka larutan terpekat akan terdesak keluar. Peristiwa ini berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan didalam sel.
Pada umumnya maserasi dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan derajat kehalusan yang cocok, dimasukkan kedalam bejana kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari diserkai, ampas diperas. Pada ampas ditambahkan cairan penyari secukupnya, diaduk dan diserkai sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup, dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari kemudian endapan dipisahkan.
Pengadukan pada proses maserasi dapat menjamin keseimbangan konsentrasi bahan yang diekstraksi lebih cepat didalam cairan penyari. Hasil penyarian dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu tertentu. Hal ini dilakukan untuk mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi ikut terlarut dalam
cairan penyari, seperti: malam dan lain-lain.
Modifikasi maserasi antara lain:
1. Remaserasi.
2. Maserasi kinetik.
3. Digesti.


Alat :
  2 buah botol sedang
  Penyaring teh
  Gelas kimia
  Pipet tetes
  Corong
  Pisau cutter
Bahan :
  Bunga (segar)berbau wangi segenggaman
  Minyak sayur 100 ml
  Mawar ,melati , kantil , pandan ,dan kenanga
  Methanol atau alcohol
Langkah kerja :
  Potong tipis-tipis bunga segar yang telah disiapkan
  Siapkan dua buah botol dan tuangkan minyak atau methanol pada masing – masing botol
  Masukan irisan bunga segar dan tutup rapat
  Letakan di tempat teduh dan biarkan selama satu minggu
  Setelah satu minggu amati hasilnya dan lakukan penyaringan
  Ukur hasil maserasi
Hasil pengamatan
No
Jenis yang diamati
Perbandingan
Tingkat keharuman
1
Bunga mawar
Setelah minyak disaring lebih jernih
Seperti agar-agar
2
Daun pandan
Setelah minyak disaring lebih keruh
Seperti bubur





Pembahasan
Minyak atsiri atau minyak eteris atau minyak terbang adalah minyak yang mudah menguap dan diperoleh dari tanaman penghasilnya. Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri sebagai bahan pewangi atau penyedap. Beberapa jenis minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan antiseptic (Guenther, 1987).Minyak atsiri dari suatu tanaman tertentu secara umum mempunyai komposisi kimia tertentu yang pada prinsipnya memberikan aktivitas anti mikroba yang spesifik khususnya untuk bakteri S. aureus dan E. coli. Komposisi dari minyak atsiri sangat bervariasi, dan terdiri dari beberapa komponen yang sangat kompleks. Tetapi sebagian besar minyak atsiri terdapat dalam bentuk terpena.Terpena hidrokarbon dibedakan menjadi:
1. Hemiterpena, (C5H8), dan turunannya
2. Monoterpena, (C10H16), dan turunannya
3. Seskuiterpena, (C15H16), dan turunannya
4. Diterpena, (C20H32), dan turunannya
5. Tritepena, (C36H48), dan turunannya
6. Politerpena, (C10H16)x, dan turunannya
Hemiterpena, monoterpena, dan seskuiterpena merupakan komponen utamaminyak atsiri dan mudah menguap bersama air (Stahl, 1985).
Parfum (minyak wangi) dibuat dari minyak mawar yang merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang diperoleh dari proses penyulingan dan penguapan lumatan daun-daun mahkota. Teknik penyulingan mawar berasal dari Persia yang menyebar ke Arab dan India.
Pada saat ini, kebutuhan minyak mawar dunia sebanyak 70%-80% dipenuhi oleh pusat penyulingan mawar di Bulgaria sedangkan sisanya dipenuhi oleh Iran dan Jerman. Penyulingan minyak mawar di Bulgaria, Iran, dan Jerman menggunakan mawar damaskus Rosa damascena 'Trigintipetala,' sedangkan penyulingan di Perancis menggunakan jenis Rosa centifolia. Minyak mawar berwarna kuning pucat atau kuning keabu-abuan juga disebut minyak 'Rose Absolute' untuk membedakannya dengan minyak mawar yang sudah diencerkan. Penyulingan menghasilkan minyak mawar dengan perbandingan 1/3.000 sampai 1/6.000 dari berat bunga, sehingga dibutuhkan 2.000 bunga mawar untuk menghasilkan minyak mawar sebanyak:1gram.
Minyak mawar terdiri dari geraniol beraroma wangi yang mempunyai rumus kimia C10H18O dengan rumus bangun CH3.C[CH3]:CH.CH2.CH2.C[CH3]:CH.CH2OH dan l-sitronelol; serta rose camphor (parafin tanpa bau).

kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan selama 7 hari ternyata hasil minyak mawar lebih jernih dibanding dengan daun pandan dan bau minyak mawar seperti agar-agar sedangkan bau minyak daun pandan seperti bubur.
Pemanfaatan minyak atsiri sangat bervariatif, tergantung dari bagian tanaman mana dia diambil. Sebagai contoh adalah minyak cengkeh dapat diambil dari bunganya (clove bud oil) aromanya fruity, bisa juga dari tangkainya (clove stem oil) ataupun dari daunnya yg telah berguguran (clove leaf oil) keduanya memiliki aroma spicy, walaupun berbeda kandungan eugenolnya. Minyak pala bisa juga diambil dari biji (buah) pala ataupun daun pala.

Minyak atsiri yang diambil dari bagian-bagian tanaman itu akan memiliki komposisi kimia yang berbeda-beda dan tentunya pemanfaatannya untuk aromatherapy juga akan berbeda. Ada suatu hasil riset yang menyimpulkan, bahwa pemanfaatan minyat atsiri sebagai aroomatherapy dibagi sesuai anatomi tumbuhan. Untuk minyak atsiri yang diambil dari bagian atas tanaman (bunga dan biji) : misalnya minyak bunga cengkeh, minyak melati, minyak bunga mawar, minyak bunga lavender, minyak biji pala, lebih banyak dimanfaatkan untuk aromatheraphy bagian kepala, rangsangan otak, dan untuk minyak bunga melati sering dimanfaatkan untuk penderita insomnia dan tidak boleh dipakai untuk wanita yang sedang hamil karena akan menyebabkan kandungannya keguguran.

Untuk minyak atsiri yang diperoleh dari bagian tengah tanaman (batang, ranting, daun, kulit kayu) misalnya minyak kayu manis, minyak kayu putih, minyak gaharu, minyak massoi lebih banyak dipakai untuk pengobatan didaerah bagian mulut dan tenggorokan dan sebagai aroma makanan diindra oleh indra pengecap. Adapun minyak atsiri yang diekstrak dari bagian bawah (akar) misalnya minyak jahe, minyak akar lawang, minyak akar wangi, lebih banyak dipakai untuk pengobatan saluran pencernaan ke bawah, dan juga untuk kulit luar.

Parfum sangat berbeda dengan minyak atsiri, karena didalam parfum sudah mengandung senyawa kimia sintetis. Didalam parfum, ada istilah top note, middle note, dan bottom note. Golongan top note : kelompok minyak atsiri yg paling mudah menguap ini yang merupakan kesan awal yg muncul ketika parfum itu dipakai. Golongan middle note : kelompok minyak atsiri/bahan kimia sintetis yg daya menguapnya lebih rendah, dan yang terakhir adalah bottom note : kelompok minyak atsiri/kimia sintetis yg paling sulit menguap (walaupun masih dalam kelompok minyak yang mudah menguap). Peran dari middle note dan bottom note adalah sebagai fixative (pengikat bau) dari yang top note shg bau akan tahan lama.


1 comment:

PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT            Berbagai peralatan yang diperlukan di Rumah Sakit seperti alat untuk menginfus da...