PENETAPAN
KADAR ETANOL PADA MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS
I.
TUJUAN
1.1
Mampu mengetahui
prinsip dasar pemisahan senyawa dengan metode Kromatografi Gas.
1.2
Mampu
mengetahui alasan pemilihan metode Kromatografi Gas untuk analisis minuman
berakohol kurang dari 5%
1.3
Mampu
menentukan kadar etanol dalam sampel menggunakan metode Kromatografi Gas.
II.
LATAR
BELAKANG
Kromatografi gas adalah tekhnik kromatografi yang bisa digunakan untuk
memisahkan senyawa organik yang mudah menguap. Senyawa-senyawa tersebut harus
mudah menguap dan stabil pada temperature pengujian, utamanya dari 50-300oC.
Jika senyawa tidak mudah menguap atau tidak stabil pada temperature pengujian,
maka senyawa tersebut bisa diderivatisasi agar dapat dianalisis dengan
kromatografi gas [1].
MIX MAX merupakan minuman keras yaitu, menurut peraturan menteri
kesehatan RI no : 86/Men.Kes/Per/IV/77 yang dimaksud dengan minuman keras
adalah semua jenis minuman beralkohol, tetapi bukan obat, yang meliputi :
minuman keras golongan A, minuman keras golongan B, dan minuman keras golongan
C. Pada analisis kadar alkohol (MIX MAX) yang merupakan minuman keras
mengandung alkohol 4,8% v/v (termasuk minuman keras golongan A karena kadar
etanol dalam MIX MAX masuk rentang 1%-5%) dengan komposisi sari buah nanas,
leci dan mangga (10%), air berkarbonasi, vodka, gula pasir, asam sitrat,
pengawet natrium benzoate, perisa buah eksotik, dan pewarna biru berliant CI
42090. Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol berupa cairan yang tidak
berwarna, tidak mudah terbakar, mudah menguap dengan bau yang lembut. Alkohol
yang terdapat pada minuman beralkohol MIX MAX sebesar 4,8% dapat di tentukan
dengan metode kromatografi gas karena teknik pemisahan kromatografi gas
digunakan untuk senyawa yang mudah menguap (volatile)
dan stabil terhadap pemanasan dan tidak terdekomposisi. Prinsip metode ini
adalah “like dissolve like”
III. DASAR TEORI
Kromatografi gas
merupakan metode pemisahan suatu campuran menjadi komponen-komponen berdasarkan
interaksi tersebut yaitu fase gerak dan fase diam. Fase gerak berupa gas yang
stabil sedangkan fase diam bisa zat padat (GSC = Gas Solid Chromatography),
atau zat cair (GLC = Gas Liquid Chromatography). Cuplikan yang dapat dipisahkan
dengan metode ini harus mudah menguap, Metode ini bekerja sangat cepat sehingga
dalam waktu beberapa detik dapat memisahkan secara sempurna.Cuplikan dalam
bentuk uap dibawa oleh aliran gas ke dalam kolom pemisah, hasil pemisahan dapat
dianalisis dari kromatogram. Kromatogram adalah kurva yang diperoleh dari
pengukuran kromatografi, dan alat yang digunakan disebut kromatograf [2].
Prinsip
gas kromatografi yaitu ketika fase gerak membawa sampel melewati fase diam
sebagian komponen sampel akan lebih cenderung menempel ke fase diam dan
bergerak lebih lama dari komponen lainnya, sehingga masing-masing komponen akan
keluar dari fase diam pada waktu yang berbeda [2].
Secara
sederhana, instrumen dari Kromatografi Gas (KG) terdiri dari :
1. Fase gerak
Fase
gerak pada GC juga disebut dengan gas pembawa karena tujuan awalnya adalah
untuk membawa solut ke kolom, karenanya gas pembawa tidak berpengaruh pada selektifitas.
Syarat gas pembawa adalah: tidak reaktif; murni/kering karena kalau tidak murni
akan berpengaruh pada detektor; dan dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi
(biasanya merah untuk hidrogen, dan abu-abu untuk nitrogen)[3].
2. Kolom
Kolom
merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di dalamnya terdapat fase
diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral pada GC.
Ada 3 jenis kolom pada GC yaitu kolom
kemas (packing column) dan kolom kapiler (capillary column); dan kolom preparative
(preparative column)[4].
3. Detektor
Detektor
merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar fase gerak
(gas pembawa) yang membawa komponen hasil pemisahan. Detektor pada kromatografi
adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan
komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik. Sinyal elektronik
detektor akan sangat berguna untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif
terhadap komponen-komponen yang terpisah di antara fase diam dan fase gerak[3].
4. Komputer
Yang digunakan untuk :
·
Memfasilitasi setting
parameter-parameter instrumen seperti: aliran fase gas; suhu oven dan
pemrograman suhu; serta penyuntikan sampel secara otomatis.
·
Menampilkan kromatogram dan
informasi-informasi lain dengan menggunakan grafik berwarna.
·
Merekam data kalibrasi, retensi,
serta perhitungan-perhitungan dengan statistik.
·
Menyimpan data parameter analisis
untuk analisis senyawa tertentu [3].
Etanol
disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja,
adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan
merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan
rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter.
Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan “Et” merupakan singkatan dari
gugus etil (C2H5). Etanol adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan
aroma yang khas[5].
Kelebihan
dari metode Kromatografi Gas (KG) yaitu :
-
Dapat
digunakan untuk senyawa yang tidak memiliki kromofor
-
Memiliki
kekuatan pemisahan yang jauh lebih besar dari HPLC jika digunakan dengan kolom
kapiler
-
Memiliki
akurasi dan presisi kuantitatif yang sama dengan HPLC terutama jika digunakan
bersamaan dengan baku internal
-
Mudah diotomatisasikan
-
Fase geraknya
tidak bervariasi dan tidak membutuhkan pembuangan dan dapat disesuaikan dengan
biaya karena dapat menggunakan bukan pelarut organik seperti HPLC, yang
membutuhkan biaya mahal.
Kekurangan
dari metode Kromatografi Gas (KG) yaitu :
-
Hanya dapat
menganalisis senyawa yang mudah menguap dan tahan terhadap pemanasan
-
Senyawa yang
tidak volatil harus di derivatisasi terlebih dahulu agar menjadi volatil
sehingga memasukkan langkah tambahan dalam analisis dan kemungkinan besar,
pengganggu-pengganggu
-
Volume sampel
yang disuntikan lebih sulit sehingga pemasukan sampel kuantitatif lebih sulit
-
Larutan berair
dan garam tidak dapat disuntikan ke dalam instrument[6].
IV.
METODE
PENELITIAN
Alat
dan Bahan
a.
Alat
1)
Gelas
beker 50ml
2)
Gelas ukur
10ml
3)
Kertas
saring Whatmann
4)
Labu ukur
25ml, 10ml
5)
Mikropipet
ukuran 100-1000µl
6)
Mikrotip
(bluetip)
7)
Pipet
tetes
8)
Seperangkat
alat kromatografi gas
9)
Timbangan
analitik
10) Ultrasonik
b.
Bahan
1)
Aquabides
2)
Butanol
3)
Etanol 96%
4)
Minuman
beralkohol MIX MAX (VODCA MIX)
c. Spesifikasi Instrumen Kromatografi Gas
1)
Detektor : MS
2)
FaseDiam/Kolom : Rtx 5 Ms
3)
TekananKolom : 13,7
4)
Suhu Oven : 100oC
5)
SuhuDetektor : 200oC
6)
FaseGerak : Helium
7)
LajualirFaseGerak : 0,44 ml/menit
8)
PanjangKolom : 30M
V.
PROSEDUR
KERJA
a)
Pembuatan
larutan stok standar (20%)
Didalam labu ukur 25ml dimasukkan larutan etanol 5ml. kemudian
ditambahkan aquabides hingga tanda batas.
b)
Pembuatan
kurva baku
Disiapkan larutan standar etanol dengan berbagai konsentrasi yaitu 3%,
6%, 9%, 12%, dan 15% dalam labu ukur 10ml. Kedalam masing-masing labu ukur
ditambahkan 1ml standar internal butanol. Kemudian ditambahkan aquabides sampai
tanda batas. Selanjutnya dipipet 1ml dan diinjeksikan ke alat kromatografi gas.
Dicatat waktu retensi dan luas puncak komponen alkohol yang dianalisis. Dibuat
kurva standar antara nisbah luas etanol dengan luas butanol.
c)
Preparasi
penetapan kadar sampel
Ditambahkan 1ml standar internal butanol. Ditambahkan sampel (alkohol
4,8%) hingga tanda batas. Kemudian diinjeksikan ke dalam alat kromatografi gas
sebanyak 1ml larutan sampel. Dicatat waktu retensi dan luas puncak komponen
alkohol yang dianalisis. Ditentukan luas etanol dan butanol.
d)
Akurasi
80%
Diambil 5ml sampel dan dimasukkan kedalam labu ukur 25ml. kemudian dimasukkan
larutan standar 4,8ml dan ditambhakan 1ml butanol. Ditambahkan aquabides hingga
tanda batas. Diultrasonifikasi 15 menit kemudian disaring dengan kertas
whatmann. Filtrat ditampung dan diambil 1ml, selanjutnya diinjeksi ke alat
kromatografi gas.
a)
Akurasi
120%
Diambil 5ml sampel dan dimasukkan kedalam labu ukur 25ml. kemudian
dimasukkan larutan standar 7,2 ml dan ditambhakan 1ml butanol. Ditambahkan
aquabides hingga tanda batas. Diultrasonifikasi 15 menit kemudian disaring
dengan kertas whatmann. Filtrat ditampung dan diambil 1ml, selanjutnya
diinjeksi ke alat kromatografi gas.
VI.
PERHITUNGAN
1.
Larutan
standar 3%, 6%, 9%, 12% dan 15%
·
Konsentrasi
larutan seri 3%
Volume
yang dibuat 10ml
M1
. V1 =
M2 . V2
20%.V1= 10. 3%
V1 = 1,5ml
·
Konsentrasi
larutan seri 6%
Volume
yang dibuat 10ml
M1
. V1 = M2 . V2
20%. V1= 10.6%
V1 = 3ml
·
Konsentrasi
larutan seri 9%
Volume
yang dibuat 10ml
M1
. V1 = M2 . V2
20%. V1= 10. 9%
V1 = 4,5ml
·
Konsentrasi
larutan seri 12%
Volume
yang dibuat 10ml
M1
. V1 = M2 . V2
20%. V1= 10. 12%
V1 = 6ml
·
Konsentrasi
larutan seri 15%
Volume
yang dibuat 10ml
M1
. V1
=
M2 . V2
20%. V1= 10.15%
V1 = 7,5ml
·
Perhitungan
akurasi 80%
80%
dari 3,685% (kadar etanol yang didapatkan)
=
80% x 3,685% = 294,8%
M1
. V1 = M2 . V2
20%. V1 = 3,84%.25
V1 = 4,8 ml
·
Perhitungan
akurasi 120%
120%
dari 3,685% ( kadar etanol yang didapatkan)
=
120% x 3,685% = 442,2%
M1
. V1 = M2 . V2
20%. V1=5,76%.25
V1 =7,2 ml
VII.
HASIL
DAN DATA
1. System Kromatografi yang digunakan :
a.
Detector : Ms
b.
Fase
Diam/Kolom : Rt x 5 Ms
c.
Tekanan
Kolom : 13,7
d.
Suhu Open : 100oC
e.
Suhu
Detektor : 200oC
f.
Suhu
Injektor : 200oC
g.
Fase Gerak
: Helium
h.
Laju Alir
Fase Gerak : 0,44 ml/min
i.
Panjang
Kolom : 30 meter
2.
Identifikasi
komponen dalam larutan standar etanol
Larutan
|
waktu retensi
|
standar etanol 3%
|
|
Etanol
|
2,178
|
Butanol
|
2,409
|
standar etanol 6%
|
|
Etanol
|
2,179
|
Butanol
|
2,410
|
standar etanol 9%
|
|
Etanol
|
2,178
|
Butanol
|
2,410
|
standar etanol 12%
|
|
Etanol
|
2,178
|
Butanol
|
2,410
|
standar etanol 15%
|
|
Etanol
|
2,178
|
Butanol
|
2,410
|
3.
Nilai
efisiensi kolom
Larutan %
|
Waktu retensi
|
Lebar peak(W)
|
Efisiensi
kolom(N)
|
Panjang kolom
(L)
|
HETP
|
3%
|
2,178
|
0,095
|
8409,855
|
3000 cm
|
0,356
|
6%
|
2,179
|
0,100
|
7596,865
|
3000 cm
|
0,394
|
9%
|
2,178
|
0,095
|
8409,855
|
3000 cm
|
0,356
|
12%
|
2,178
|
0,100
|
7589,894
|
3000 cm
|
0,395
|
15%
|
2,178
|
0,095
|
8409,855
|
3000 cm
|
0,356
|
Sampel
|
2,181
|
0,080
|
11891,902
|
3000 cm
|
0,252
|
Akurasi 80%
|
2,179
|
0,085
|
10514,692
|
3000 cm
|
0,285
|
Akurasi 120%
|
2,180
|
0,090
|
9387,456
|
3000 cm
|
0,319
|
·
Kadar 3%
N=16(tR)2
W2
=16(2,178)2
0,0952
=8409,855
·
Kadar 6%
N=16(2,179)2
0,1002
=7596,865
·
Kadar 9%
N=16(2,178)2
0,0952
=8409,855
·
Kadar 12%
N=16(2,178)2
0,1002
=7589,894
·
Kadar 15%
N=16(2,178)2
0,095 2
=8409,855
·
Akurasi
80%
N=16(2,179)2
0,085 2
=10514,692
·
Akurasi
120%
N=16(2,180)2
0,090 2
=9387,456
·
Sampel
N=16(2,181)2
0,080 2
=11891,902
-HETP
·
Kadar 3%===0,356
·
Kadar 6%===0,394
·
Kadar 9%===0,356
·
Kadar 12%===0,395
·
Kadar 15%===0,356
·
Kadar
sampel===0,252
·
Kadar
akurasi 80%= ==0,285
·
Kadar
akurasi 120%= ==0,319
4. Nilai resolusi kromatogram
Larutan (%)
|
Waktu retensi Etanol
|
Waktu retensi Butanol
|
Lebar peak
Etanol
|
Lebar peak Butanol
|
Resolusi
|
3%
|
2,178
|
2,409
|
0,095
|
0,110
|
2,253
|
6%
|
2,179
|
2,410
|
0,100
|
0,105
|
2,253
|
9%
|
2,178
|
2,410
|
0,095
|
0,105
|
2,320
|
12%
|
2,178
|
2,410
|
0,100
|
0,100
|
2,320
|
15%
|
2,178
|
2,410
|
0,095
|
0,100
|
2,379
|
Sampel
|
2,181
|
2,413
|
0,080
|
0,090
|
2,729
|
Akurasi 80%
|
2,179
|
2,411
|
0,085
|
0,095
|
2,577
|
Akurasi 120%
|
2,180
|
2,411
|
0,090
|
0,090
|
2,566
|
Perhitungan Resolusi
1.
Kadar 3%
R = 2,253
2.
Kadar 6%
R = 2,253
3.
Kadar 9%
R = 2,320
4.
Kadar 12%R
R = 2,320
5.
Kadar 15%
R =
2,379
6.
Sampel
R = 2,729
7.
Akurasi 80%
= 2,577
8.
Akurasi 120%
R
= 2,566
5. Data perhitungan kadar sampel
Larutan (%)
|
tR etanol
|
Luas area etanol
|
Luas area butanol
|
Rasio luas area etanol:butanol
|
3%
|
2,178
|
256793
|
2573141
|
0,0997
|
6%
|
2,179
|
470547
|
2704300
|
0,173
|
9%
|
2,178
|
691994
|
2384025
|
0,290
|
12%
|
2,178
|
1058414
|
2282014
|
0,463
|
15%
|
2,178
|
1350313
|
2528433
|
0,534
|
Sampel
|
2,181
|
274074
|
1324417
|
0,206
|
Akurasi 80%
|
2,179
|
366404
|
914082
|
0,400
|
Akurasi 120%
|
2,180
|
466066
|
800698
|
0,582
|
·
Rasio =luas area etanol/luas area butanol
·
Rasio
kadar 3%==0,0997
·
Rasio
kadar 6= =0,173
·
Rasio
kadar 9%==0,290
·
Rasio
kadar12%==0,463
·
Rasio
kadar 15%==0,534
·
Rasio
kadar sampel==0,206
·
Rasio
kadar akurasi 80%==0,400
·
Rasio
kadar akurasi 120%=
Regresi linier : kadar etanol(x) vs luas area etanol
a= -66859,9
b=92496,9
r=0,9942
y=bx+a
y=92496,9x+(
-66859,9)
penetapan kadar sampel
y= 274074
y= 92496,9x + (
-66859,9)
274074 =
92496,9x + ( -66859,9)
X= 3,685%
Jadi kadar
sampel yang didapat adalah 3,685%
No
|
X
|
yr
|
yi
|
(yr-yi)
|
(yr-yi)2
|
1
|
3%
|
0.0997
|
210630.8
|
-210630.7003
|
44365291908.868
|
2
|
6%
|
0.173
|
488121.5
|
-488121.327
|
238262429872.241
|
3
|
9%
|
0.29
|
765612.2
|
-765611.91
|
586161596733.848
|
4
|
12%
|
0.463
|
1043102.9
|
-1043102.437
|
1088062694075.340
|
5
|
15%
|
0.534
|
1320593.6
|
-1320593.066
|
1743966045967.280
|
rata-rata
|
9%
|
3700818058557.580
|
|||
b
|
92496,9
|
||||
n-2
|
3
|
||||
∑(yr-yi)2/(n-2)
|
1233606019519.190
|
||||
sy/x
|
110678.18
|
Perhitungan LOD
dan LOQ
·
Yi (3%)= 92496,9(3) +
(-66859,9)
=
210630,8
·
Yi (6%)= 92496,9(6) +
(-66859,9)
=
488121,5
·
Yi (9%)=92496,9 (9) +
(-66859,9)
=765612,2
·
Yi (12%)=92496,9 (12)
+ (-66859,9)
=1043102,9
·
Yi (15%)=92496,9 (15)
+ (-66859,9)
=1320593,6
·
LOD=3,3 x
=3,3x 3,948
·
LOQ=10 x
=10x 11,966
·
Vxo = = = 7,4%
·
%recovery 80%
Х =
×
100%
X = = 0,0034
·
% Recovery
120 %
Х = × 100%
X= = 0,0047
VIII.
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini kami
menganalisis kandungan alkohol dalam sampel minuman MIX MAX (Vodka Mix) dengan
menggunakan metode Kromatografi Gas. Analisis yang digunakan dalam GC ada 2,
yaitu analisis Kualitatif yang dilakukan dengan cara membandingkan waktu tambat
(retention time) dari sampel yang dianalisis dengan waktu tambat dari suatu zat
pembanding dan analisis Kuantitatif yang dilakukan dengan perbandingan luas
puncak kromatografi dari larutan standar dengan larutan sampel.
Dalam penelitian ini digunakan
butanol sebagai standar internal. Dimana syarat standar internal adalah efektif
yaitu harus menimbulkan peak yang terpisah sepenuhnya, tinggi atau luas peak
harus sama dengan tinggi atau luas peak dari komponen-komponen yang akan
diukur, secara kimiawi harus serupa dengan sampel tetapi tidak diperoleh dalam
sampel aslinya. Fungsi standar internal yaitu sebagai baku pembanding dalam uji
Kualitatif dan Kuantitatif dalam metode GC.
Kandungan dalam MIX MAX (Vodka Mix)
yaitu sari buah nanas, leci, dan mangga (10%), air bekarbonasi, vodka, gula
pasir, asam sitrat, pengawet natrium benzoat, perisa buah eksotik dan pewarna
biru berlian CI 42090.
Hasil kadar
hitung sampel yang didapat pada
penelitian ini yaitu 3,685%, dimana dari hasil ini menandakan bahwa pada kurva
baku sampel kami berada pada rentang seri kadar 3-15%. Sampel yang kami analisis pada “penetapan kadar alkohol
dalam minuman berakohol kurang dari 5%” adalah MIX MAX (Vodka Mix) yang
mempunyai kadar alkohol 4,8%, hal ini menunjukkan bahwa hasil kadar sampel yang
kami dapatkan baik. Pada penelitian ini validasi metode analisis yang dilakukan
termasuk kategori 2, kategori 2 yaitu metode analisis untuk penetapan cemaran
dalam bahan baku obat atau hasil degradasi dalam produk farmasi. Validasi
metode analisis dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis akurat,
spesifik, reprodusibel dan tahan terhadap kisaran analit yang akan dianalisis. Suatu
metode analisis harus divalidasi untuk melakukan verifikasi bahwa
parameter-parameter kerjanya cukup mampu untuk mengatasi masalah-masalah
analisis [5].
Hasil LOD=3,948
dimana dari hasil yang didapatkan menunjukkan hasil tidak baik karena seri
kadar yang digunakan adalah 3%, 6%, 9%, 12%, 15% dan hasil LOD berada di atas
seri kadar 3%. Hasil LOQ= 11,966 dimana
dari hasil yang didapat menunjukkan hasil yang baik karena hasil LOQ masih
dalam rentang seri kadar yang dibuat. Koefisien korelasi yang didapatkan 0,9885
untuk kategori 2 dengan koefisien korelasi 0,9885 menandakan hasil yang
didapatkan sudah bagus.
Pada uji
kesesuaian sistem, resolusi yang didapatkan baik karena lebih dari 1,5.
Resolusi merupakan ukuran keterpisahan dari komponen-komponen senyawa yang
dianalisis, di dalam resolusi dihindari adanya interaksi antara komponen satu
dengan komponen lain yang sedang dianalisis. Efisiensi adalah keberhasilan dari
fase diam (kolom) untuk memisahkan suatu senyawa. Jika efisiensi yang
didapatkan (N) menurun maka HETP yang dihasilkan akan meningkat begitu pula
sebaliknya. Pada perhitungan efisiensi dan HETP pada kurva baku 3% dan 6% yaitu
:
-
3% N= 8409,855 ; HETP= 0,356 (N HETP
)
-
6% N= 7596,865 ; HETP= 0,394 (N HETP
)
Akurasi adalah
kedekatan hasil pengujian dengan hasil sesungguhnya. Akurasi dapat dilihat dari
% recovery yang dihasilkan. % recoveri 80%= 0,0034
; % recoveri= 0,0047.
IX.
KESIMPULAN
1. Prinsip gas kromatografi yaitu ketika fase gerak membawa sampel
melewati fase diam sebagian komponen sampel akan lebih cenderung menempel ke
fase diam dan bergerak lebih lama dari komponen lainnya, sehingga masing-masing
komponen akan keluar dari fase diam pada waktu yang berbeda
2.
Alkohol
yang terdapat pada minuman beralkohol MIX MAX sebesar 4,8% dapat di tentukan
dengan metode kromatografi gas karena teknik pemisahan kromatografi gas
digunakan untuk senyawa yang mudah menguap (volatile)
dan stabil terhadap pemanasan dan tidak terdekomposisi. Prinsip metode ini
adalah “like dissolve like”
3.
“MIX MAX
(Vodka Mix)” yang dianalisis memiliki kadar alkohol 3,685% membuktikan bahwa
minimuman MIX MAX (Vodka Mix) termasuk golongan A karena kadar etanol dalam MIX
MAX masuk rentang 1%-5%. Pada perhitungan nilai LOD yang kami dapatkan adalah 3,948 dan nilai LOQ yang didapatkan adalah 11,966. %
akurasi 80% yang didapatkan adalah 0,0034. % recoveri 120% yang didapatkan
adalah 0,0047. Nilai yang didapatkan ini membuktikan bahwa metode analisis yang
kami lakukan kurang valid.
X.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Mardoni,
dan T. Yetty,
“Perbandingan Metode Kromatografi Gas
Dan Berat Jenis Pada
Penetapan Kadar Etanol Dalam
Minuman Anggur”, Jurnal Fakultas Farmasi USD, 162-172, 2009.
2. Hendayana, S., A. Kodarohman, A.A. Sumarna, dan A. Supriana. 1994. Kimia Analitik Instrumen. IKIP Semarang press, Semarang.
3. Kealey, D and Haines, P.J., 2002, Instant Notes: Analytical Chemistry,
BIOS Scientific Publishers Limited, New York.
4. Adamovics, J.A., 1997, Chromatographic Analysis of Pharmaceuticals, 2nd
Edition, Marcel Dekker, New York.
5. Games, I, Walter, dkk. 1978. School
Financing. USA. Prentice-Hall
6.
Watson, David G, 2009, Analisis Farmasi : Buku Ajar untuk Mahasiswa dan Praktisi Kimia Farmasi
Edisi Ke 2, EGC, Jakarta
No comments:
Post a Comment