Fungsi
DNA sebagai Materi Genetik
DNA
sebagai materi genetik pada sebagian besar organisme harus dapat menjalankan
tiga macam fungsi pokok berikut ini:
1. DNA
harus mampu menyimpan informasi genetik dan dengan tepat dapat meneruskan
informasi tersebut dari tetua kepada keturunannya, dari generasi ke generasi.
Fungsi ini merupakan fungsi genotipik,
yang dilaksanakan melalui replikasi.
2.
DNA harus mengatur perkembangan fenotipe
organisme. Artinya, materi genetik harus mengarahkan pertumbuhan dan
diferensiasi organisme mulai dari zigot hingga individu dewasa. Fungsi ini
merupakan fungsi fenotipik, yang
dilaksanakan melalui ekspresi gen.
3.
DNA sewaktu-waktu harus dapat mengalami
perubahan sehingga organisme yang bersangkutan akan mampu beradaptasi dengan kondisi
lingkungan yang berubah(1).
Pengertian dan Model Replikasi
Replikasi
merupakan peristiwa sintesis DNA (autokatalisis) karena DNA mampu mensintesis diri sendiri. Replikasi DNA dapat
terjadi dengan adanya sintesis rantai nukleotida baru dari rantai nukleotida
lama melalui proses menggunakan komplementasi pasangan basa untuk menghasilkan
suatu molekul DNA baru yang sama dengan suatu molekul DNA lama, proses yang
terjadi tersebut dipengaruhi oleh enzim helikase, enzim polimerase,dan ligase.
Replikasi DNA bersifat semikoservatif, yaitu kedua untai tunggal DNA bertindak
sebagai cetakan untuk pembuatan untai-untai DNA baru, seluruh untai tunggal
cetakan dipertahankan dan untai yang baru dibuat dari nukleotida- nukleotida(1).
Sebelum
mekanisme reprikasi DNA dapat dibuktikan secara eksperimental oleh Matthew
Meselson dan Frankrin Stahl pada tahun 1958, ada tiga hipotesis yang berkembang
mengenai mekanisme reprikasi DNA.
1. Model
konservatif,
yaitu dua rantai DNA lama tetap tidak berubah, berfungsi sebagai cetakan untuk
dua rantai DNA baru. Replikasi ini mempertahankan molekul dari DNA lama dan
membuat molekul DNA baru. Pada replikasi konservatif seluruh tangga berpilin
DNA awal tetap dipertahankan dan akan mengarahkan pembentukan tangga berpilin
baru. Pada replikasi semikonservatif tangga berpilin mengalami pembukaan
terlebih dahulu sehingga kedua untai polinukleotida akan saling terpisah.
Namun, masing-masing untai ini tetap dipertahankan dan akan bertindak sebagai
cetakan (template) bagi pembentukan untai polinukleotida baru. Sementara
itu, pada replikasi dispersif kedua untai polinukleotida mengalami fragmentasi
di sejumlah tempat. Kemudian, fragmen-fragmen polinukleotida yang terbentuk
akan menjadi cetakan bagi fragmen nukleotida baru sehingga fragmen lama dan
baru akan dijumpai berselang-seling di dalam tangga berpilin yang baru.
2. Model
semikonservatif, yaitu dua rantai DNA lama terpisah dan
rantai baru disintesis dengan prinsip komplementasi pada masing-masing rantai
DNA lama. Akhirnya dihasilkan dua rantai DNA baru yang masing-masing mengandung
satu rantai cetakan molekul DNA lama dan satu rantai baru hasil sintesis.
3. Model
dispersif, yaitu beberapa bagian dari kedua rantai DNA lama
digunakan sebagai cetakan untuk sintesis rantai DNA baru. Oleh karena itu,
hasil akhirnya diperoleh rantai DNA lama dan baru yang tersebar pada rantai DNA
lama dan baru Replikasi ini menghasilkan dua molekul DNA lama dan DNA baru yang
saling berselang-seling pada setiap untai(2).
Komponen-komponen
Penting dalam Replikasi
Replikasi bahan genetik
ditentukan oleh beberapa komponen utama yaitu:
1. DNA
cetakan, yaitu molekul DNA atau RNA yang akan direplikasi.
2. Molekul
deoksiribonukleotida, yaitu dATP, dTTP, dCTP, dan dGTP. Deoksiribonukleotida
terdiri atas tiga komponen yaitu basa purin atau pirimidin, gula
5-karbon(deoksiribosa) dan gugus fosfat.
3.
Enzim DNA polimerase, yaitu enzim utama
yang mengkatalisis proses polimerisasinukleotida menjadi untaian DNA.Enzim DNA
polimerase memiliki fungsi lain, yaitu mengoreksi DNA yang baru terbentuk,
membetulkan setiap kesalahan replikasi, dan memperbaiki DNA yang rusak.
Adanyafungsi tersebut menjadikan rangkaian nukleotida DNA sangat stabil dan
mutasi jarang terjadi.
4.
Enzim primase, yaitu enzim yang
mengkatalisis sintesis primer untuk memulai replikasi DNA.
5.
Enzim pembuka ikatan untaian induk, yaitu
enzim helikase dan enzim gyrase.
6.
Molekul protein yang menstabilkan
untaian DNA yang sudah terbuka, yaitu protein SSB (single strand binding
protein).
7.
Enzim DNA ligase, yaitu suatu enzim yang
berfungsi untuk menyambung fragmen-fragmen DNA.
8. DNA Polimerase I
dan DNA
ligase – dua enzim yang menyatukan fragmen okazaki.
DNA
polimerase I mempunyai aktivitas katalitik yang menghilangkan primer RNA dan
diganti
dengan
DNA. DNA
ligase mengkatalisis
penyambungan
kovalen
fragmen.
9. Leading strand untai DNA pada garpu replikasi yang kontinyu.
10. Lagging stand untai DNA pada garpu replikasi yang berreplikasi per potong.
11. Primosome – Kompleks yang berisi primase dan helikase, membantu inisiasi replikasi DNA
dengan
mensintesis RNA
primer dan memanjangkan
dengan
mengurai untai
bersama kompleks replikasi
12. Sliding clamp – dimer protein yang mengelilingi untai DNA dan membantu penempelan
DNA
polimerase ke untai DNA(3).
Replikasi DNA
Sebelum sel membelah, DNA harus
direplikasi dalam fase S dari siklus sel. Proses replikasi melibatkan enzim
polymerase. Proses ini melibatkan pembukaan utas ganda DNA, sehingga
memungkinkan terjadinya perpasangan basa untuk membentuk utas baru. Pembentukan
utas komplementer terjadi melalui perpasangan basa antara A dengan T dan G
dengan C. Dalam replikasi DNA, setiap utas DNA lama berperan sebagai cetakan
untuk membentuk DNA baru(3).
Model DNA Watson dan Crick
menyatakan bahwa saat double heliks bereplikasi, masing-masing dari kedua
molekul anak akan mempunyai satu untai lama yang erasal dari satu molekul induk
dan satu untai yang baru. Model replikasi ini disebut model semikonservatif.
Model lainnya adalah model konservatif dimana molekul induk tetap dan molekul
baru disintesis sejak awal. Model ketiga disebut model dispersif yaitu bahwa
keempat untai DNA, setelah replikasi double heliks, mempunyai campuran anatara
DNA baru dan DNA lama(3).
Pengujian yang dilakukan oleh
Meselson dan Stahl menunjukkan bahwa replikasi DNA terjadi secara
semikonservatif. Daerah penggandaan bergerak sepanjang DNA induk membentuk replication
fork. Pada daerah ini, kedua utas DNA yang baru, disintesis dengan bantuan
sekelompok enzim, salah satunya adalah DNA polimerase. Sintesis DNA tidaklah
berjalan secara kontinu pada kedua utas cetakan. Hal ini karena kedua utas DNA
tersusun sejajar berlawanan arah atau antiparalel. Maka utas DNA baru akan
tumbuh dari 5′ - 3′ sedang yang lainnya dari 3′ - 5′ pada cetakan. Sintesis
dari 3′ - 5′ tidak mungkin dilakukan karena tidak ada DNA polymerase untuk arah
3′ - 5′.
Replikasi DNA pada cetakan 3′ - 5′
terjadi seutas demi seutas dengan arah 5′ - 3′ yang berarti replikasi berjalan
meninggalkanreplication fork. Utas-utas pendek tersebut kemudian
dihubungkan oleh enzim ligase DNA. Dalam replikasi DNA terdapat utas DNA yang
disintesis secara kontinu yang terjadi pada cetakan 5′ - 3′. Utas DNA yang
disintesis secara kontinu ini disebut utas utama atau leading strand.
Sedangkan utas DNA baru yang disintesis pendek-pendek seutas-demi seutas
disebut utas lambat atau lagging strand. Utas-utas pendek atau
fragmen-fragmen pendek yang terbentuk disebut fragmen Okazaki(3).
Sintesis pada leading strand
memerlukan molekul primer pada permulaan replikasi Setelah replication
fork terbentuk, polymerase akan bekerja secara kontinu sampai utas DNA
baru selesai direplikasi. Pada sintesis lagging strand, diperlukan
enzim lain primase DNA. Setelah utas DNA terbuka untuk melakukan replikasi, dan
setelah terbuka pada lagging strand, utas harus dijaga agar tetap terbuka. Jadi
dalam proses replikasi DNA melibatkan beberapa protein baik berupa enzim maupun
non-enzim yaitu :
Polimerase DNA : enzim yang berfungsi mempolimerisasi
nukleotida-nukleotida
Ligase DNA : enzim yang berperan menyambung DNA utas lagging
Primase DNA : enzim yang digunakan untuk memulai
polimerisasi DNA pada
lagging strand
Helikase DNA : enzim yang berfungsi membuka jalinan DNA
double heliks
Single strand DNA-binding protein : mestabilkan DNA induk
yang terbuka
Transkripsi
Transkripsi DNA merupakan proses
pembentukan RNA dari DNA sebagai cetakan. Proses transkripsi menghasilkan mRNA,
rRNA dan tRNA. Pembentukan RNA dilakukan oleh enzim RNA polymerase. Proses
transkripsi terdiri dari 3 tahap yaitu :
1.
Inisiasi
: enzim RNA polymerase menyalin gen, sehingga pengikatan RNA polymerase terjadi
pada tempat tertentu yaitu tepat didepan gen yang akan ditranskripsi. Tempat
pertemuan antara gen (DNA) dengan RNA polymerase disebut promoter. Kemudian RNA
polymerase membuka double heliks DNA. Salah satu utas DNA berfungsi sebagai
cetakan.
2.
Elongasi
: Enzim RNA polymerase bergerak sepanjang molekul DNA, membuka double heliks
dan merangkai ribonukleotida ke ujung 3′ dari RNA yang sedang tumbuh.
3.
Terminasi
: terjadi pada tempat tertentu. Proses terminasi transkripsi ditandai dengan
terdisosiasinya enzim RNA polymerase dari DNA dan RNA dilepaskan(1).
mRNA pada eukariota mengalami
modifikasi sebelum ditranslasi, sedangkan pada prokariota misalnya pada
bakteri, mRNA merupakan transkripsi akhir gen. mRNA yang baru ditranskrip ujung
5′nya adalah pppNpN, dimana N adalah komponen basa-gula nukleotida, p adalah
fosfat. mRNA yang masak memiliki struktur 7mGpppNpN, dimana 7mG adalah
nukleotida yang membawa 7 metil guanine yang ditambahkan setelah transkripsi. Pada
ujung 3′ terdapat pNpNpA(pA)npA. Ekor poli A ini ditambahkan berkat bantuan
polymerase poli (A),tetapi mRNA yang menyandikan histon,tidak memiliki poli A.
Hasil transkripsi merupakan hasil
yang memiliki intron (segmen DNA yang tidak menyandikan informasi biologi) dan
harus dihilangkan, serta memiliki ekson yaitu ruas yang membawa informasi
biologis. Intron dihilangkan melalui proses yang disebut splicing. Proses
splicing terjadi di nukleus.
Splicing dimulai dengan terjadinya pemutusan pada ujung 5′,
selanjutnya ujung 5′ yang bebas menempelkan diri pada suatu tempat pada intron
dan membentuk struktur seperti laso yang terjadi karena ikatan
5′-2′fosfodiester. Selanjutnya tempat pemotongan pada ujung 3 terputus sehingga
dua buah ekson menjadi bersatu(3).
tRNA adalah molekul adaptor yang
membaca urutan nukleotida pada mRNA dan mengubahnya menjadi asam amino.
Struktur molekul tRNA adalah seperti daun semanggi yang terdiri dari 5 komponen
yaitu
1.
Lengan
aseptor: merupakan tempat menempelnya asam amino,
2.
Lengan
D atau DHU: terdapat dihidrourasil pirimidin,
3.
Lengan
antikodon: memiliki antikodon yang basanya komplementer dengan basa pada mRNA
4.
Lengan
tambahan
5.
Lengan
TUU: mengandung T, U dan C
Translasi
Pada prokariota yang terdiri dari
satu ruang, proses transkripsi dan translasi terjadi bersama-sama. Translasi
merupakan proses penerjemahan kodon-kodon pada mRNA menjadi polipeptida. Dalam
proses translasi, kode genetic merupakan aturan yang penting. Dalam kode
genetic, urutan nukleotida mRNA dibawa dalam gugus tiga - tiga. Setiap gugus
tiga disebut kodon. Dalam translasi, kodon dikenali oleh lengan antikodon yang
terdapat pada tRNA.
Mekanisme translasi adalah:
1. Inisiasi. Proses ini dimulai dari menempelnya
ribosom sub unit kecil ke mRNA. Penempelan terjadi pada tempat tertentu yaitu
pada 5′-AGGAGGU-3′, sedang pada eukariot terjadi pada struktur tudung
(7mGpppNpN). Selanjutnya ribosom bergeser ke arah 3′ sampai bertemu dengan
kodon AUG. Kodon ini menjadi kodon awal. Asam
amino yang dibawa oleh tRNA awal adalah metionin. Metionin adalah asam amino yang disandi oleh AUG. pada
bakteri, metionin diubah menjadi Nformil metionin.
Struktur gabungan antara mRNA, ribosom sub unit kecil dan tRNA- Nformil metionin disebut kompleks
inisiasi. Pada eukariot, kompleks inisiasi terbentuk
dengan cara yang lebih rumit yang melibatkan banyak protein initiation factor.
2.
Elongation.
Tahap selanjutnya adalah penempelan sub unit besar pada sub unit kecil menghasilkan dua tempat yang terpisah .
Tempat pertama adalah tempat P (peptidil) yang ditempati oleh tRNA-Nformil
metionin. Tempat kedua adalah tempat A (aminoasil) yang terletak pada kodon ke
dua dan kosong. Proses elongasi terjadi saat tRNA dengan antikodon dan asam
amino yang tepat masuk ke tempat A. Akibatnya kedua tempat di ribosom terisi,
lalu terjadi ikatan peptide antara kedua asam amino. Ikatan tRNA dengan Nformil
metionin lalu lepas, sehingga kedua asam amino yang berangkai berada pada
tempat A. Ribosom kemudian bergeser sehingga asam amino-asam amino-tRNA berada
pada tempat P dan tempat A menjadi kosong. Selanjutnya tRNA dengan antikodon
yang tepat dengan kodon ketiga akan masuk ke tempat A, dan proses berlanjut
seperti sebelumnya.
3.Terminasi. Proses translasi akan
berhenti bila tempat A bertemu kodon akhir yaitu UAA, UAG, UGA. Kodon-kodon ini
tidak memiliki tRNA yang membawa antikodon yang sesuai. Selanjutnya masuklah
release factor (RF) ke tempat A dan melepaska rantai polipeptida yang terbentuk
dari tRNA yang terakhir. Kemudian ribosom berubah menjadi sub unit kecil dan
besar(4).
DAFTAR PUSTAKA
1. Yuwono,triwibowo,.2005,Biologi Molekular.Erlangga, Jakarta
(133-146)
2.
Marks,Dawn B,dkk,. 2000,Biokim Kedokteran Dasar: Sebuah Pendekatan
Klinis Penerbit Kedokteran EGC, Jakarta (219,222)
3.
Campbell NA, Reece JB, & Mitchell
LG. 1999. Biologi Edisi Kelima JIlid 1. Terjemahan Rahayu Lestari, Erlangga, Jakarta.
(322)
4.
Brookes, Martin,.2005,Genetika,Erlangga,Jakarta
No comments:
Post a Comment