Tuesday 21 March 2017

TABLET

                
        TABLET

siapa hayo yang ga tau tablet?

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. (FI IV, Hal 4)
Kriteria Tablet
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1.           Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan;
2.      Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;
3.      Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;
4.      Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan;
5.      Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;
6.      Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;
7.      Bebas dari kerusakan fisik;
8.      Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;
9.      Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;
10.    Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.

Keuntungan Sediaan Tablet
Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
1.      Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih;
2.   Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis;
3.   Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan;
4.   Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/diperkecil.

Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai keuntungan,antara lain :
1.   Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak), memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan;
2.   Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif yang tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah;
3.    Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil;
4.    Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil;
5.    Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air;
6.    Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet;
7.   Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah; tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul;
8.   Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi;
9.    Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas terkendali);
10.  Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang tidak enak, dan untuk terapi lokal (salut enterik);
11.  Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya produksinya           lebih rendah;
12.   Pemakaian oleh penderita lebih mudah;
13.  Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

Permasalahan Dalam Pencetakan Tablet
Masalah-masalah yang dapat muncul selama proses pencetakan tablet secara umum, seperti :
·        Capping     : pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas/bawah tablet dari badan tablet
·        Laminasi     : pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih
·        Chipping    : keadaan dimana bagian bawah tablet terpotong
·        Cracking    : keadaan dimana tablet pecah, lebih sering di bagian atas-tengah
·        Picking       : perpidahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada                                               permukaan punch
·        Sticking       : keadaan dimana granul menempel pada dinding die (ada adhesi)
·        Mottling      : keadaan dimana distribusi zat warna pada permukaan tablet tidak                                                    merata

Jenis Sediaan Tablet
Berdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas :
a.            Tablet Kempa
Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk/granul menggunakan pons/cetakan baja.
b.           Tablet Cetak
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan kristal yang terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yang diberikan.

Metode Pembuatan Tablet
Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan sediaan tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau lembab, kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain sebagainya.
Berikut merupakan penjelasan singkat dari ketiga macam metode tersebut :
a.       Granulasi Basah
Yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi.Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas.Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsipdari metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi.
                        Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering  ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka  massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang dugunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat.
     Keuntungan metode granulasi basah :
·   Memperoleh aliran yang baik
·   Meningkatkan kompresibilitas
·   Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
·   Mengontrol pelepasan
·   Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses
·   Distribusi keseragaman kandungan
·   Meningkatkan kecepatan disolusi
Kekurangan metode granulasi basah:
·         Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi
·         Biaya cukup tinggi
·         Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air

b.      Granulasi Kering
Disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat  melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban.
                        Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara penggiling.
     Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :
o   Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
o   Zat aktif susah mengalir
o   Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
      Keuntungan cara granulasi kering adalah:
·         Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu
·         Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab
·         Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat
Kekurangan cara granulasi kering adalah:
·         Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug
·         Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam
·         Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang




c.       Metode Kempa Langsung
                        Yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu.
Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah untuk langsung dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh). secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah; alirannya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet. Sedangkan keuntungan metode kempa langsung yaitu :
·         Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit
·         Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, maka waktu yang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat, tenaga dan mesin yang dipergunakan juga lebih sedikit.
·         Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab
·         Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses granul, tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi partikel halus, sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu.
Kerugian metode kempa langsung :
o   Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya dapat menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet.
o   Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan mahal. Dalam beberapa kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti senyawa amin dan laktosa spray dried dan menghasilkan warna kuning. Pada kempa langsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi selama pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga keseragaman zat aktif dalam granul terganggu.

o   Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus bersifat; mudah mengalir; kompresibilitas yang baik; kohesifitas dan adhesifitas yang baik

Friday 17 March 2017

DETERMINATION OF CONTENT levofloxacin

DETERMINATION OF CONTENT levofloxacin OPTIMIZATION IN HUMAN BLOOD PLASMA (IN-VITRO) BY high performance liquid chromatography


Levofloxacin is an antibiotic flluroquinolon more potent than ciprofloxacin, as long as there has been no determination of levels in human blood plasma using SPE then dianalaisis with HPLC UV detector, Semantara of the structure that contains the chromophore allows for analysis by UV detekor.
The stationary phase used was octadecyl Silane (ODS) in column 250 x 4.6 mm (particle size 10 m), the mobile phase 0.025 molar phosphate buffer pH 2.5 and acetonitrile in the ratio (85:15)%, flow rate 1, 2 ml / min, 295 nm, and the standard internal ciprofloxacin. Validation methods performed, among others, selectivity, repeatability, linearity, LOD, LOQ, accuracy, precision and suitability of the system, with a spiking method.
From the chromatogram obtained test results and repeatability good selectivity with koefsien variation <2% (r = 6), obtained from the linearity range of 0.1 to 5 mg / ml using standard internal levels of ciprofloxacin with 3 ug / ml with r values> 0,999 (from 0.9994 to 0.9998), respectively LOD value of the ratio of the area of ​​0.065 ug / ml and by a high ratio of area of ​​0.06474 g / ml, the LOQ value of the ratio of total area of ​​0.2153 ug / ml and based on the high area ratio of 0.21580 g / ml, the percent recovery of intra-day and inter-day consecutive 94.4166 and 95.7041 ± ± 109.3797% 108.8287%, as well as precision (% CV) intra- -Day and inter-day consecutive 0.5153 ± 2.8999% and 0.9262 ± 2.4691% by UII results of conformity system against retention time, area and height ratio KV area <2%. conclusions of this research is the method used sfesifik and sensitive enough to establish the levels of levofloxacin in human blood plasma.
Keywords: HPLC, Levofloxacin, SPE, Blood Plasma

DNA

DNA

            DNA adalah asam nukleat yang mengandung materi genetik dan berfungsi untuk mengatur perkembangan biologis seluruh bentuk kehidupan secara seluler. DNA terdapat pada nukleus, mitikondria, dan kloroplas. Perbedaan ketiganya adalah DNA nukleus berbentuk linier dan berasosiasi sangat erat dengan protein histon, sedangkan DNA mitokondria dan kloroplas berbentuk sirkular dan tidak berasosiasi dengan protein histon. Selain itu DNA mitokondria dan kloroplas memiliki ciri khas, yaitu hanya mewariskan sifat-sifat yang berasal dari garis ibu. Sedangkan DNA nukleus memiliki pola pewarisan sifat dari kedua orangtua. Dilihat dari organismenya, struktur DNA prokariot tidak memiliki protein histon dan berbentuk sirkular, sedangkan DNA eukariot berbentuk linier dan memiliki protein histon.
            DNA memiliki struktur pilinan utas ganda yang anti pararel dengan komponen-komponennya, yaitu gula pentosa (deoksiribosa), gugus fosfat dan pasangan basa. Sebuah sel memiliki DNA yang merupakan materi genetik dan bersifat herediter pada seluruh sistem kehidupan. Genom adalah set lengkap dari materi genetik (DNA) yang dimiliki suatu organisme dan terorganisasi menjadi kromosom.        DNA juga dapat diisolasi, baik pada manusia maupun tumbuhan. DNA manusia dapat diisolasi melalui darah. Komponen darah yang diisolasi yaitu sel darah putih, karena memiliki nukleus dimana terdapat DNA didalamnya.
DNA terdapat pada seluruh jaringan dan cairan tubuh. Oleh karena itu DNA genom dapat diisolasi dari semua bahan biologis yang mengandung sel berinti, seperti darah, semen, rambut, tulang, liur dan lain-lain. Bahan yang paling sering digunakan untuk tujuan isolasi DNA adalah darah dan rambut beserta akarnya, karena kedua bahan tersebut relatif mudah diperoleh.

Darah (whole blood) dan sumsum tulang mamalia mengandung baik sel-sel berinti (sel darah putih) maupun sel-sel tidak berinti (sel darah merah). Untuk mengisolasi DNA dari darah dan sumsum tulang, sel darah merah yang tidak mengandung DNA genom harus dilisiskan dahulu agar dapat dipisahkan dari sel darah putih. Sel-sel darah putih yang sudah dipisahkan kemudian dilisiskan dengan bantuan bahan pengawet DNA yaitu, deterjen anionik yang dapat melarutka komponen seluler. Bahan pengawet DNA juga dapat mengurangi aktivitas Dnase yang terdapat di dalam sel. Bila perlu dapat ditambahkan Rnase untuk menyingkirkan kontaminasi RNA.

saliva

saliva

        Saliva is one of the fluid in the oral cavity is produced and excreted by the salivary glands and flowed into the oral cavity via a conduit. Saliva is composed of 98% water and the balance of electrolytes, mucus and enzymes. Saliva excreted up to 0.5 - 1.5 liters by three major and minor salivary glands located around the mouth and throat to ensure stability around the oral cavity.

salivary glands

        Major salivary glands located a bit away from the oral cavity and secretions channeled through a duct into the mouth cavity. Major salivary glands consist of the parotid gland located at the bottom of the ear behind the ramus of the mandible, submandibular gland which is located at the bottom of the mandibular corpus and sublingual glands located under the tongue. In addition there are also minor salivary glands consisting of labial glands, buccal glands, glands Bladin-NUHN, Von Ebner glands and lymph Weber.

COMPOSITION saliva

The components of saliva, which is in a state of soluble secreted by the salivary glands, may be divided into organic and inorganic components. However, these levels still low compared with the serum because the saliva main ingredient is water which is about 99.5%. Salivary inorganic components include: Sodium, Calcium, Potassium, Magnesium, Bicarbonate, Chloride, Rodanida and Thiocynate (CNS), Phosphate, Potassium and Nitrate. While organic components in saliva include proteins such as amylase, maltase, serum albumin, uric acid, kretinin, mucin, vitamin C, some amino acids, lysozyme, lactic, and some hormones such as testosterone and cortisol.

FACTORS AFFECTING salivary secretion
Salivary glands produce saliva nearly half a liter each day. Several factors influence the salivary secretion by stimulating the salivary glands via the following ways:
1. Mechanical factors is by eating hard or chew gum.
2. chemical factors, namely through stimuli such as sour, sweet, salty, bitter and spicy.
3. neuronal factor that is through the autonomic nervous system of both the sympathetic and parasympathetic.
4. Psychic Factors that stress inhibits the secretion of saliva.
5. Stimulation of pain, for example by inflammation, gingivitis, and the use of prostheses that can stimulate salivary secretion.

FUNCTION PHYSIOLOGY
Saliva has a very important function for the oral health because they have a relationship with the biological processes that occur in the oral cavity. In general, saliva plays a role in the process of protecting the surface of the mouth, the water content regulation, spending viruses and metabolic products of the organism itself and micro-organisms, the digestion of food and tasting as well as differentiation and growth of skin cells, epithelial and nerve.

FUNCTION NON Physiology
Saliva can act as an anti-mist (anti-fog). Scuba divers diving goggles always coat them with a thin layer of saliva to avoid fog. Besides saliva also play an effective role as a cleaning agent to keep painting. Cotton swab saliva coated added to the painting to remove dirt attached to the painting.

Isolation of DNA

Isolation of DNA 


            Isolation of DNA made to obtain pure DNA of a cell. DNA can be derived from animals, plants, and humans. Isolating human DNA is done using blood. Blood is used because it is more easily extracted, the procedure is cheaper, and the results are a lot more. Blood cells are used for isolation of DNA are white blood cells. This is because white blood cells have a cell nucleus. Human DNA contained in the cell nucleus (Fairbank & Andersen 1999: 549).
             Isolation of DNA in plants is done using daunNeomarica longifolia young. Neomarica longifoliayang young leaves are used because the leaves are chloroplasts containing DNA and the leaves are still young, yet many cell wall and easily purified (The University of Utah 2005: 1).
Isolation of DNA can also be done in yeast. Yeast are unicellular fungi that occupy the habitat of liquid and moist. Yeasts reproduce asexually by simple cell division or by releasing stem cells from stem cells. Some yeasts also reproduce sexually, by way mementuk actionable or basidia (Campbell et al. 2003: 193).
            Yeast used in lab adalahCandida parapsilosis DNA isolation 24 hours old. Candida parapsilosis is a normal inhabitant of the human epithelial tissue moist. Certain circumstances may cause Candida parapsilosis be pathogenic to overgrow and liberate hazardous substances. Age leavened 24 hours due to these microorganisms have had more DNA (Campbell et al. 2003: 194-195).
            Isolating DNA is done in several stages. The first phase is the network isolation. The isolation of the blood system is done by inserting a 3 mL of blood into a centrifuge tube (Boyer 1993: 454). Isolating DNA in plants is done by mengerus plants until smooth to get a plant cell to be isolated DNA (The University of Utah 2005: 1). The isolation of yeast is done by separating the yeast with the medium (Duncan et al. 2004: 1).
The next stage is the extraction of DNA. DNA extraction was done by lysing cells and purifying DNA impurities from substances derived from the cells. Substances that become impurities in general are protein, plosakarida in plants, the compounds (Invitrogen 2003: 2).
            Blood DNA extraction is done by adding a solution pelisis red blood cells and diinvert. The solution serves to destroy the red blood cells. Invert is shaking on the tube with a figure eight pattern with the aim to accelerate the solution is evenly distributed and collisions between fast blood cells so that the lysis (Boyer 1993: 454). The composition of the solution pelisis red blood cells are EDTA, NH4Cl, KHCO3, and KOH. EDTA serves to prevent damage to the DNA as in the cell and the environment around the cell there are many enzymes that can damage DNA. The addition of EDTA solution was also performed on DNA extracted yeast (Boyer 1993: 455). DNA extraction plant is done by the addition of as much as 5 mL extraction buffer that has been heated. The addition of buffer solution aims to lyse cell walls in plants (Invitrogen 2003: 3). Subsequent tube was incubated for 10 minutes. Incubation aims to keep the temperature optimal (Cell Biology Research 2004: 1).
The tubes are incubated further centrifuged. The working principle of centrifugation related to the mass, density, and parts of structures or molecules are centrifuged and related to the mass, density and viscosity of the solution. Based on molecular weight, it will produce two sections that are easy to separate. It consists of two parts supernatant and pellet. Supernatant is part of the molecular weight is light and at the top of the tube while the pellets are part of the heavier molecular weight and are at the bottom of the tube. Before centrifugation, the tube is closed beforehand using parafilm. This is done to prevent spilling the contents of the tube when centrifuged (Boyer 1993 191-196).
            The resulting supernatant on blood centrifugation process is the red blood cells that have been lysis. Pellets produced from centrifugation of blood are white blood cells that settles. The resulting supernatant the centrifuge process of plant DNA is the cell wall lysis. The resulting pellets are cell nucleus contains DNA. The resulting supernatant the centrifugation process yeast is a DNA contained in the liquid pellets produced are part of the cell buildup. Centrifugation at yeast DNA isolation only one that has been generating DNA. Interest centrifugation process is to separate the DNA from other parts of the cells (Mader 1993: 64).
             Tubes that have been centrifuged in blood DNA isolation, the supernatant discarded and then peletnya divorteks. Vortex is the process of flipping back the tube. The function of the vortex is menghomogensikan solution so that white blood cells do not clump at the bottom of the tube (Boyer 1993: 456). The next stage, the pellets pelisis added a solution of white blood cells and the mixture is removed by using a pipette. The purpose of the addition of a solution pelisis white blood cells are white blood cells lyse membranes so that the pores of the cell will swell causing white blood cells rupture and DNA will be out. The composition of the white blood cells pelisis solution is Tris-HCl, SDS, EDTA. Tris-HCl serves to reduce the disulfite bonds of the protein so that the protein to be separated from white blood cells. SDS serves to dissolve the protein on the membrane of white blood cells and EDTA serves to protect DNA from DNAse activity so that the DNA is not damaged (Sinex 2004: 2). Pipetting in issuing need to be done quickly to prevent clotting (Purves & Rybicki 2003: 2).
Centrifugation at isolation of plant DNA is done after the sample is added chloroform isoamyl and divorteks. The function of these additions is to remove protein still contained in the sample. Centrifugation at yeast DNA Isolation conducted after the sample divorteks and diboiling for 20 minutes. Stages boiling has several advantages over other isolation means, namely a fast, cheap and easy to do stage (Duncan et al. 2004: 2).
            The next stage after centrifugation at DNA isolation is the purification or purification. Stages in the blood DNA isolation aimed at cleaning the white blood cells from other substances. Tubes were given a solution pelisis white blood cells and removed thereof didiberikan RNase and incubated for 15 min at 37 ° C. It aims to optimize the work of an enzyme that is strongly influenced by temperature. Stages of purification at the plant DNA isolation performed by administering cold absolute ethanol and RNase. Function Award cold absolute ethanol is that separate DNA from other substances and does not destroy DNA (Harley 2005: 409-410). RNase serves to degrade RNA, so the only DNA that looks (Boyer 1993: 455).
         The next stage in the blood DNA isolation ie precipitation stage performed by dripping 50 protein precipitation solution and then divorteks. Protein precipitation solution consisting of ammonium acetate if it binds to proteins resulting in the formation of new compounds that have lower solubility, causing the protein to precipitate. The solution is then centrifuged another 15 minutes at a speed of 3000 rpm. Supernatant containing DNA was then poured into a tube containing cold isopropanol and tubes diinvert. Isopropanol Award aims to visualize DNA. Furthermore, the tube was centrifuged for 5 minutes at a speed of 3000 rpm. The results of the centrifugation pellet is the presence of DNA in the bottom of the tube which is then added 70% ethanol and inverted back. Ethanol Award aims to clean-pengotornya DNA from impurities. Once mixed, the tube was then centrifuged for 5 minutes at a speed of 3000 rpm. The end result is that DNA is located on the bottom edge of the tube. The last step is the provision of Tris-EDTA which aims to resolve the DNA to be preserved (Harley 2005: 409-410).
       Phase respiritasi on plant DNA isolation was done by pellet was washed with 70% ethanol and the pellet was dried for 30 minutes. Pellets then diluted with Tris-EDTA as much as 100 mL and added RNase. The DNA sample that produced a pellet which is located at the base of the tube. The resulting DNA is stored in TE to keep the structure of DNA and maintain pH. DNA in the yeast DNA isolation generated after centrifugation. The resulting DNA contained in the supernatant which is located at the top of the tube. The DNA also stored in TE
  (Invitrogen 2003: 5).
        DNA results obtained in the lab shows the same structure as the literature although not clearly visible on the double-stranded structure of DNA. The DNA in the form of a little white blob and very smooth. This is in accordance with that stated in the literature that DNA has a thin and delicate chain. All three samples were used show the same thing (Campbell et al. 2002: 284).



Wednesday 15 March 2017

Review paper nyeri

Review paper
KASUS 
Manakah yang lebih efektif terapi untuk mengatasi nyeri neuropati antara amitriptilin. Pregabalin, atau gabapentin?
Paper 1:
An observational descriptive study of the epidemiology and treatment of neuropathic pain in a UK general population

Metode penelitian :
            Penelitian dengan menggunakan studi kohort. Populasi penelitian terdiri dari semua pasien yang secara permanen terdaftar di praktek GPRD setiap saat dalam masa studi, dari tanggal 1 Januari 2005 sampai 31 Desember 2010. Lima kohort nyeri neuropatik (pasca herpetik neuralgia, neuropati diabetes yang menyakitkan, nyeri tungkai hantu, neuropatik kembali nyeri neuropatik dan pasca sakit operasi) yang diidentifikasi dari populasi penelitian ini dengan mencari catatan pasien individu untuk baik tunggal tertentu kode Baca, atau kombinasi.
Hasil :
            Penelitian ini termasuk 5.920 pasien dengan pasca herpes neuralgia, 5340 dengan penyakit diabetes neuropati 185 dengan nyeri tungkai hantu dan 90.941 dengan nyeri punggung neuropatik. Hal ini memberikan tingkat kejadian tahunan per 10.000 penduduk dari 3,4 (95% Confidence in tervals (CI) 3.4, 3.5), pasca-herpes neuralgia, 3,1 (95% CI 3.0, 3.2) untuk neuropati diabetes yang menyakitkan dan 0,1 (95% CI 0,09, 0,12), untuk nyeri tungkai hantu. Ketika standar untuk 2010 Inggris usia dan jenis kelamin distribusi, kejadian tahunan per 10.000 penduduk adalah 3,0 (95% CI3.0, 3.1) untuk pasca-herpes neuralgia, 2,8 (95% CI 2.7, 2.8)untuk neuropati diabetes yang menyakitkan dan 0,11 (95% CI 0,09,0,12) untuk nyeri phantom limb. Insiden ketiga kondisi ini meningkat dengan usia .Nyeri tungkai lebih sering terjadi pada pria daripada wanita, sementara pasca-herpes neuralgia lebih sering terjadi pada wanita. Insiden pasca-herpes neuralgia dan neuropati diabetes yang menyakitkan meningkat selama periode penelitian .Jumlah rata-rata tahunan pasien dengan peristiwa cident di- dalam definisi kasus kami sakit punggung neuropatik adalah 18.188, meningkat selama periode penelitian 49-62 per 10.000 penduduk, per tahun (rata-rata 53). Meskipun pelebaran definisi kasus awal, hanya 49 pasien diidentifikasi memiliki nyeri neuropatik pasca operasi setelah baik payudara atau operasi hernia. Analisis pengobatan untuk kelompok ini karena itu tidak dilaporkan.
            Untuk pengobatan lini pertama adalah amitriptilin untuk neuralgia pasca herpes, data 2002-2005, amitriptilin pengobatan lini pertama ameskipun digunakan mengalami penurunan neuralgia dan  nyeri pasca-herpes (2002-2005: 2006-2010, 50%: 39% di neuropati pasca-herpes dan 41%: 21% sakit tungkai).sedangkan gabapentin digunakan untuk nyeri neurpati lini pertama (2002-2005 dibandingkan 2006-2010: 17% banding 38%).
Kesimpulan
Lebih efektif gabapentin atau pregabalin untuk mengobati nyeri neuropatik dibandingkan dengan dan amitriptilin.
Paper 2 :
Duloxetine, Pregabalin, and Duloxetine Plus Gabapentin for Diabetic Peripheral Neuropathic Pain Management in Patients With Inadequate Pain Response to Gabapentin: An Open-Label, Randomized, Noninferiority Comparison

Metode penelitian:
           penelitian open-label pasien dengan nyeri neuropatik perifer diabetes yang telah diobati dengan gabapentin (≥900 mg / d) dan memiliki respon yang tidak memadai (didefinisikan sebagai skor nyeri harian ≥4 pada skala penilaian numerik [0-10 poin]). Pasien pertama terdaftar pada tanggal 28 September 2006, dan kunjungan pasien terakhir terjadi pada bulan Agustus tahun 2009. Pasien diacak untuk monoterapi duloxetine (n = 138), pregabalin monoterapi (n = 134), atau kombinasi dari duloxetine dan gabapentin (n = 135). Tujuan utama adalah perbandingan inferioritas non antara duloxetine dan pregabalin pada peningkatan rata-rata mingguan buku harian berbasis skor nyeri harian (skala 0- 10-point) pada titik akhir. Non Rendah akan dinyatakan jika perbaikan rata-rata untuk duloxetine tidak lebih buruk daripada peningkatan rata-rata untuk pregabalin, dalam variabilitas statistik, dengan selisih -0.8 Unit, penelitian dilakukan dalam 12 minggu.

Hasil:
           Perubahan berarti dalam rating nyeri pada titik akhir adalah-2,6 Untuk duloxetine dan -2,1 untuk pregabalin. Batas kepercayaan 97,5% lebih rendah adalah -0,05 perbedaan berarti, membangun noninferiority. Adapun efek samping, mual, insomnia, hiperhidrosis, dan nafsu makan menurun lebih sering dengan duloxetine dibandingkan pregabalin; insomnia, lebih sering dengan duloxetine dibandingkan duloxetine ditambah gabapentin; edema perifer, lebih sering dengan pregabalin dibandingkan dengan duloxetine; dan mual, hiperhidrosis, nafsu makan berkurang, dan muntah, lebih sering dengan duloxetine ditambah gabapentin dibandingkan dengan pregabalin.

Kesimpulan:

Gabapentin dan pregabalin lebih efektif dalam mengatasi nyeri neuropati. Duloxetine adalah noninferior untuk pregabalin untuk pengobatan nyeri pada pasien dengan neuropati perifer diabetes yang memiliki respon nyeri memadai untuk gabapentin.

Pelayanan Farmasi

Pelayanan farmasi satu pintu adalah suatu sistem dimana dalam pelayanan kefarmasian itu sendiri menggunakan satu kebijakan, satu standar operasional dan satu system informasi. Pengelolaan perbekalan farmasi melaksanakan proses yang merupakan siklus kegiatan dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,pendistribusian, monitoring, pengendalian, pelaporan dan evaluasi yang dilaksanakan instalasi farmasi rumah sakit.
Tujuan  pelayanan Kefarmasian satu pintu :
1.  Optimalisasi cakupan pelayanan obat gawat darurat, resep rawat jalan umum, rawat jalan     , rawat inap umum/Askes, obat operasi dan pelayanan obat masyarakat miskin.
2. Meminimalisasi pemberian obat yg tidak tepat waktu, dan meminimalisasi medication error.
3. Pasien safety
4. Peningkatan pelayanan asuhan kefarmasian.
5. Optimalisasi pendapatan farmasi sehingga pendapatan RS meningkat & kesejahteraan  pegawai RS bertambah.
6. Sebagai salah satu sarana memperbaiki citra RS.

Dasar Hukum pelayanan Kefarmasian satu Pintu
- SK Menkes Nomor 085/Menkes/Per/I/1989 tentang Penulisan Obat Generik di Instansi
Pelayanan Kesehatan Milik Pemerintah, pasal 6 ayat 1-3
- SK Dirjen Pelayanan Medis Nomor 0428/ Yanmed/RSKS/SK/1989 tentang Petunjuk Pelaksanaan SK Menkes Nomor 085/Men-kes/Per/I/1989 tentang Penulisan Obat Generik di Instansi Pelayanan Kesehatan Milik Pemerintah, Pasal 8 ayat 2-C pasal 9 ayat 1-4
- Persyaratan akreditasi pelayanan farmasi RS 

Sistem Pelayanan satu Pintu
- Sistem dimana Instalasi Farmasi RS memiliki kewenangan penuh dalam pengelolaan         perbekalan farmasi.
- Berkewajiban mengelola obat secara berdaya guna dan berhasil guna.
- IFRS diharuskan membuat prosedur perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan pemantauan obat yang digunakan di rumah sakit.
- IFRS bertanggung jawab terhadap obat yang beredar di RS.
- Berkewajiban melaksanakan pengendalian pelayanan dan pemantauan penggunaan obat di rumah sakit.
- Apabila dalam pendanaan pengadaan obat melibatkan pihak ke tiga, maka tata kerja dan teknis layanan kefarmasian harus di bawah koordinasi IFRS.
- SATU KEBIJAKAN (Kriteria pemilihan obat, penerapan sistem formularium).
- SATU SOP (Prosedur Instruksi kerja, pelayanan).
- SATU PENGAWASAN OPERASIONAL (Laporan rutin, money, koordinasi)
- SATU SISTEM INFORMASI (SIM, Informasi Logistik, Informasi Obat).

Proses pelaksanaan sistem pelayanan kefarmasian satu pintu
a. Pemahaman tentang tanggungjawab kepada pihak internal IFRS bahwa Instalasi farmasi        bertanggung jawab atas semua obat yang beredar di rumah sakit.
b. Commitment Building : Memberikan yang terbaik untuk pelanggan, pelayanan bebas   kesalahan (Zerro Defect), pelayanan bebas copy resep (terlayani semua di rumah sakit).
c.Membangun kekuatan internal RS terhadap pesaing farmasi dari luar dan mewujudkan  keterikatan terhadap pelayanan farmasi RS dengan penyediaan dana gotong royong seluruh jajaran RS.
d. Pemberdayaan Panitia Farmasi dan Terapi
e.  Penerapan sistem formularium RS
f.  Penerapan satu SOP penulisan resep
g. Resep wajib dikirim ke IFRS untuk dilakukan skrining (dan validasi).
h. Penerapan SIM farmasi.

Penerapan Sisatu (sistem satu pintu) di Rumah sakit
- Sisatu penuh ( IF RS secara penuh menyediakan penuh untuk keseluruhan pasien di RS.
- Sisatu parsial (terdapat unit penyedia obat lain di RS dengan koordinasi Instalasi Farmasi).

Keuntungan pelayanan farmasi satu pintu:
a) Memudahkan monitoring obat.
b) Dapat mengetahui kebutuhan obat secara menyeluruh sehingga
     memudahkan perencanaan obat.
c) Menjamin mutu obat yang tersedia sesuai persyaratan kefarmasian.
d) Dapat dilaksanakannya pelayanan obat dengan sistem unit dose ke semua
    ruangan rawat.
e) Dapat dilaksanakan pelayanan informasi obat dan konseling bagi pasien
     rawat inap dan rawat jalan.
f) Dapat dilakukan monitoring efek samping obat oleh panitia farmasi dan

   terapi.

Piperin dari Buah Lada

Piperin dari Buah Lada

PENDAHULUAN
siapa yang suka ladaaaaaa.. 
Lada atau merica adalah rempah-rempah berwujud bijian yang dihasilkan tanaman Piper nigrum L. Lada sangat penting dalam komponen masakan dunia dan dikenal luas sebagai komoditi perdagangan penting di dunia. Piperin merupakan suatu senyawa yang sangat bermanfaat dalam kesehatan. Piperin banyak ditemukan pada simplisia yang termasuk dalam keluarga piperaceae ,yaitu pada piperis nigrii fructus, piperis albi fructus, piperis retrofracti fructus, dll. Tanaman yang termasuk dalam keluarga piperaceae sangat banyak ditemukan hampir seluruh dataran rendah di Indonesia, karena tanaman ini tidak tahan dengan genangan air. Piperis nigri sangatlah mudah ditemukan di seluruh daerah di Indonesia dengan harga yang relative rendah. Pada umumnya kandungan piperin dalam piperis nigri sebanyak 1,7- 7,4%.
     Lada mengandung minyak atsiri, pinena, kariofilena, lionena, filandrena alkaloid piperina, kavisina, piperitina, piperidina, zat pahit dan minyak lemak. Rasa pedas disebabkan oleh resin yang disebut kavisin. Kandungan piperine dapat merangsang cairan lambung dan air ludah. Selain itu lada bersifat pedas, menghangatkan dan melancarkan peredaran darah.
Oleh karena itu dalam pembahasan kali ini kami membahas piperin dari buah lada.
1.      A.   Klasifikasi ilmiah
Kerajaan          : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliophyta
Ordo                : Piperales
Famili              : Piperaceae
Genus             : Piper
Spesies           : P. nigrum
Nama binominal          : Piper nigrum L 
Piper P. nigrum (lada) menghasilkan lada hitam dan lada putih. Lada hitam yaitu buah lada yang belum masak dikeringkan bersama kulitnya hingga kulit keriput dan berwarna hitam. Lada putih yang berasal dari buah lada yang masak yang setelah diberssihkan dari kulitnya lalu dikeringkan, hingga berwarna putih

Gambar 1.  Buah lada putih dan hitam
B.   Ciri-ciri tanaman
Tumbuh tumbuhan berkayu sering kali memanjat dengan menggunakan akar pelekat, dengan batang dengan berkas pengangkutan penampang melintang tampak tersebar dan tersusun dalam beberapa lingkaran.
Daun daun tunggal yang tersebar dengan atau tanpa daun penumpu.
Bunga tersusun dalam bunga majemuk yang disebut dengan bunga lada. Masing masing kecil tanpa hiasan bunga, berkelamin tunggal. Biasanya muncul pada saat musim hujan.
Buahnya buah batu atau buah buni, berbentuk bulat berbiji keras dan berkulit lunak.


Gambar 2. Gambar tanaman lada
C.   Sifat
            Lada memiliki rasa pedas, berbau khas dan aromatik. Rasa pedas dari buah lada hitam, 90-95% disebabkan oleh adanya komponen trans-piperin yang ada dalam buah kering kadarnya 2-5% dan terdiri atas senyawa asam amida piperin dan asam piperinat. Rasa pedas piperin masih ada walaupun diencerkan 1:200000. Rasa pedas juga disebabkan oleh adanya kavisin yang merupakan isomer basa piperin. Kandungan lain yang menghasilkan bau aromatic adalah minyak atsiri dengaan kadar 1-2.5% yang mengandung piperonal, eugenol, safrol, metil eugenol, dan miristissin. Lada hitam juga mengandung monoterpen dan seskuiterpen.
D.   Khasiat dan Kegunaan
Penggunaan, lada digunakan sebagai stomakik, karminatif, dan bumbu masak.
Efek farmakologis lada diantara lain:
·         Kamfena merangsang timbulnya kejang.
·         Boron meluruhkan haid, merangsang keluarnya hormone androgen dan estrogen.
·         Mencegah pengeroposan tulang, menghambat prostaglandin, relaksasi otot, menghilangkan kelelahan
·         Merangsang semangat, calamine dan chavicine
·         Merangsang syaraf pusat calamine.
E. SENYAWA AKTIF PIPERIN
Struktur Piperin


Gambar 3. Struktur senyawa piperin

Sifat senyawa
Senyawa amida (piperin) berupa kristal berbentuk jarum, berwarna kuning, tidak berbau, tidak berasa, lama-kelamaan pedas. Larut dalam etanol, asam cuka, benzen, dan kloroform. Senyawa ini termasuk senyawa alkaloid golongan piridin. 
Khasiat dan kegunaan
Piperin mempunyai daya hambat enzim prostaglandin sintase sehingga bersifat antiflogistik. Piperin juga berkhasiat sebagai antioksidan, antidiare, insektisida. Sebagai antiiflamasi, parfum, Antinociceptive.

Cara ekstraksi
Ekstraksi
Metode ekstraksi dipilih berdasarkan faktor seperti sifat bahan mentah obat  dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati sempurna dari obat. Sifat bahan mentah obat merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode ekstraksi. Dapat digunakan alat soxhlet, yang merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan suatu zat dalam suatu padatan menggunakan suatu pelarut yang sesuai. Prinsip alat soxlet yaitu pemanasan, pendinginan uap, pembasahan simplisia dan pelarutan simplisia, dengan kata lain merupakan ekstraksi berkesinambungan menggunakan alat soxlet dengan pelarut sesuai yang selalu baru sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik.

Cara isolasi
Karakter dasar berbagai alkaloid digunakan untuk mengisolasinya. Alkaloid diambil ke dalam larutan asam berair (umumnya asam hidroklorida, sitrat, atau tartarat) dan komponen netral atau bersifat asam dari campuran asal dipisahkan dengan ekstraksi pelarut. Setelah larutan berair dibasakan, maka alkaloid diperoleh dengan ekstraksi ke dalam pelarut yang sesuai.


Gambar 4. Skema isolasi senyawa alkaloid

Pemurnian
Dapat digunakan dengan metode kristalisasi langsung (rekristalisasi) yang merupakan prosedur paling sederhana. Beberapa kombinasi pelarut yang sering digunakan untuk kristalisasi alkaloid meliputi metanol, etanol berair, metanol-kloroform, metanol-eter, metanol-aseton, dan etanol-aseton.
Rekristalisasi bertujuan untuk Isolasi dan identifikasi senyawa alkaloid piperin dari buah lada serta melakukan analisis kualitatif piperin dalam sampel hasil isolasi. Rekristalisasi merupakan suatu teknik pemisahan atau pemurnian suatu zat dari suatu pencemar dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dengan pelarut yang sesuai. Metode rekristalisasi menggunakan prinsip perbedaan kelarutan antara  pencemar dengan zat yang akan diambil.
Pertanyaan
:)
1.      untuk jalur metabolisme dapat dilihat 

ΓΌ  penggunaan lada :

sebagai stomakik yaitu menambah nafsu makan, karminatif yaitu memperlancar pengeluaran ‘angin’, bumbu masak yaitu sebagai rempah rempah penyedap rasa pada masakan

pada efek farmakologi calamine, merangsang semangat yang dimaksudkan merangsang nafsu makan
khasiat piperin sebagai :

antinociceptive = analgesik, antiinflamasi pada kasus arthritis rheumatoid
fungsi piperin sebagai insektisida terkait dengan rasa panas yang ditimbulkan, diunakan untuk membasmi ulat pada tanaman kol

adapun rangkaian kegiatannya ekstraksi dan isolasi dapat dilakukan dengan :

1. Ekstraksi serbuk buah lada hitam

Ditimbang 20 gram serbuk lada hitam -> Dimasukkan dalam alat penyari soxhlet yang dipasangi kertas saring -> Ditambahkan etanol 96% -> Ditambahkan batu didih -> Dilakukan penyarian selama 1-2 jam(kecepatan 6-8 sirkulasi /jam) -> Didinginkan dan Sari Dipisahkan dengan kertas saring -> Disisihkan sari jernih sebanyak 3ml dalam flakon -> Diuapkan dengan rotary evaporator sampai didapatkan ekstrak kental
2. Isolasi piperin
Di tambahkan 10ml KOH-Etanolik 10% pada ekstrak kental sambil diaduk -> Dipisahkan sari dari bagian yang tak larut melalui glass wool -> Didiamkan sari jernih satu malam dalam lemari pendingin sampai didapatkan kristal -> Dipisahkan kristal yang terbentuk -> Dicuci dengan etanol 96% dingin -> Dikeringkan dengan lemari pengering pada 40 C selama 30-45menit



PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT            Berbagai peralatan yang diperlukan di Rumah Sakit seperti alat untuk menginfus da...