Thursday, 5 October 2017

PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

           Berbagai peralatan yang diperlukan di Rumah Sakit seperti alat untuk menginfus dapat dilakukan dengan mempersiapkan kateter, stand infus, selang infus, kapas, sarung tangan, abbocath, toniquet (untuk mencari pembuluh darah), plester, kasa steril. Berbagai bahan yang digunakan utuk memasang urine catheter seperti urin bag, selang urin (foley kateter), sarung tangan steril, lubricating.
           Alat kesehatan adalah instrument, esin dan atau implant yang tidak mengandung obat digunakan untuk mencegah, mendagnosis, menyembuhkan, dan meringankan penyakit. Alat kesehatan terdiri dari alat medis dan non medis. Alat medis meliputi spuit injeksi, kantong infuse, needle, dll. Sedangkan alat non medis seperti timbangan dan tempat tidur pasien. alat kesehatan juga dapat digolongkan sebagai alat yang disposable atau non disposibel. Alkes disposibel sepert spuit, sarung tangan. Sedangkan yang non disposibel seperti infuse set.
           Penggunaan berbagai macam alkes pada umumnya ditujukan berdasarkan tujuan penggunaannya. Misalnya jarum operasi terdiri dari jarum runcing dan jarum tumpul. Jarum runcing ditujukan untuk bagian-bagian yang tebal da kuat seperti tendon. Sedangkan jarum yang tumpul digunakan untuk bagian-bagian yang halus seperti pembuluh darah. Bebagai benang operasi juga terdiri dari benang yang dapat diabsorpsi seperti plain dan chromic dan terdapat pula benang yang tidak dapat diabsorpsi. Benang berdasarkan strukturnya dibedakan menjadi benang monofilament dan multifilament. Benang multifilamen bersifat lebih kuat merekatkan luka namun dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
           Menurut FDA penggolongan alkes dapat digolongkan menjadi Alkes kelas 1 (alkes yang tidak berbahaya) seperti perban dan sarung tangan, alkes kelas 2 ( alkes yang memerlukan pegaturan atau kalibrasi alat) seperti ifus pump dan kursi roda, alkes kelas 3 (alkes yang perlu kalibrasi dan pengaturan yang lebih rinci) seperti alat pacu jantung / Pace meter. Berbagai alkes juga difungsikan sebagai alat diagnosis seperti stetoskop, glucotest, CT-scan dan rontgen.
           Prinsip penggunaan alkes adalah harus dilakukan sterilisasi untuk alkes yang digunakan beberapa kali. Apoteker juga harus memahami daerah atau titik kritis dari alkes untuk menjamin sterilisasi alkes dan keamanan petugas kesehatan. Sterilisasi alat yang tahan panas dapat menggunakan otoklaf, namun untuk alkes yang tidak tahan panas dapat mdisterilkan menggunakan etilen oksida, dapat juga digunakan cairan pensteril seperti formaldehid dan H2O2.

           Tahapan dlam melkukn sterilisasi antara lain mengklasifikasikan jenis alat dan metode sterilisasinya, melakukan pelabelan setelah sterilisasi dilakukan. Untuk menjamin sterilisasi alat dapat digunakan berbagai indicator misalnya indicator biologi dengan menggunakan mikroba atau indicator fisika dengan menggunakan suhu 121oC. setelah melakukan sterilisasi alkes juga harus disimpan pada tempat yang steril/sesuai.

Evaluasi Serbuk Dimenhidrinat

 Evaluasi Serbuk Dimenhidrinat
1.    Uji sifat alir (campuran serbuk)
Untuk uji ini digunakan alat uji waktu alir (Flowmeter). Langkah-langkahnya sebagai betrikut:
a.   Granul ditimbang sebanyak 30 gram dan dimasukkan ke dalam corong uji yang ujungnya tertutup, lalu diratakan.
b.   Buka penutup corong hingga granul mengalir keluar, waktu yang diperlukan seluruh granul untuk mengalir dicatat.
c.   Laju alir dihitung dengan satuan gram per detik.
Hasil dikatakan baik untuk 30 gram granul jika dapat mengalir kurang dari 3 detik (10 gram/detik) (DepKes RI, 1995).
2.    Uji sudut istirahat
Langkah-langkah dalam pengujian ini yaitu:
a.   Ditimbang 30 gram granul dan dilewatkan melalui corong yang didasarnmya diletakkan kertas grafik.
b.   Setelah tumpukan granul membentuk kerucut stabil, ukur sudut istirahat granul.
Hasil dikatakan baik jika sudut istirahat granul kurang dari 30o – 40o (DepKes RI, 1995).
3.    Uji tapping
·         Indeks Komprebilitas
·         Rasio Hausner
·         Indeks Carr
Langkah-langkah dalam pengujian ini yaitu:
a.   Sejumlah serbuk dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml dicatat volumenya sebagai Vo dan ditimbang bobotnya sebagai Mo.
b.   Dilakukan pengetukan sebanyak 500 kali, lalu dicatat kembali volumenya sebagai V dan ditimbang bobotnya sebagai M.
c.   Indeks kompresibilitas dihitung sebagai berikut:
I =  x 100 %
d.   Hitung BJ mampat (M/V) dan BJ bulk (Mo/Vo).
e.   Tentukan Rasio Hausner dengan rumus:
Rasio Hausner =
f.    Tentukan Indeks Carr dengan rumus
Indeks Carr =  x 100 %
Hasil dikatakan baik jika indeks komprebilitas kurang dari 20 % (DepKes RI, 1995).
 Syarat Rasio Hauser dapat dilihat pada tabel berikut.
Rasio Hausner
Sifat aliran
< 1,25
Baik
1,25 – 1,5
Sedang
> 1,5
Buruk

 Syarat Indeks Carr dapat dilihgat pada tabel berikut.
Carr indeks (%)
Kategori sifat alir
5 – 12
Sangat baik
12 – 18
Baik
18 – 23
Cukup
23 – 35
Buruk
35 – 38
Sangat buruk
> 38
Sangat-sangat buruk (Aulton, 1988)

2.  Pemeriksaan Fisik Tablet Dimenhidrinat
1.    Keseragaman kandungan
Penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi, kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 229 nm dan kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7.
Larutan amonium bikarbonat: Larutkan 4 g amonium bikarbonat P dalam 250 ml air. Pengencer: Larutkan 4 g amonium bikarbonat P dalam 200 ml air, tambahkan 50 ml metanol P. Larutan baku internal: Buat larutan 2-hidroksibenzil alkohol 2,0 mg per ml dalam metanol P.
Larutan baku: Timbang saksama lebih kurang 50 mg Dimenhidrinat BPFI, tambahkan lebih kurang 5,0 ml Larutan amonium bikarbonat dan 20,0 ml Larutan baku internal. Pipet 1 ml larutan ini, ke dalam labu ukur 10-ml, encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Larutan uji: Masukkan 5 tablet ke dalam labu tentukur 250-ml, tambahkan 25,0 ml Larutan amonium bikarbonat, dan kocok perlahan sampai terdispersi, jika perlu sonikasi. Tambahkan 100,0 ml Larutan baku internal, kocok kuat selama 30 menit dan sentrifus. Pipet 1 ml beningan, ke dalam labu tentukur 10-ml, tambahkan Pengencer sampai tanda.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama dan hitung jumlah dalam mg, dimenhidrinat dalam tablet yang digunakan. (DepKes, 2014).
2.    Keseragaman bobot
a.   Ditimbang 20 tablet
b.   Dihitung bobot rata-rata tiap tablet
c.   jika ditimbang satu-persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari 10% dan tidak boleh walaupun 1 tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari 20%.
Hasil dikatakan baik jika CV kurang dari 5% (The United States Pharmacopeial Convention, 2009).
3.    Keseragaman ukuran
a.   Diambil 20 tablet
b.   Diukur diameter dan tebalnya masing-masing tablet menggunakan jangka sorong
c.   Dihitung rata-ratanya
Hasil  dikatakan baik jika garis tengah tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1/3 tebal tablet (DepKes,1995)
4.    Kekerasan
a.   Disiapkan 20 tablet
b.   Tablet dipasang pada hardness tester pada posisi horizontal dan alat dikalibrasi hingga posisi 0,00
c.   Alat dijalankan hingga tablet pecah, kemudian baca skala yang menunjukkan kekerasan pada tablet yang tertera pada alat.
Hasil dikatakan baik jika memiliki kekerasan 4-8 kg (The United States Pharmacopeial Convention, 2009)
5.    Kerapuhan
a.   Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, tablet dibebasdebukan menggunakan vacuum
b.   Tablet ditimbang menggunakan neraca analitik kemudian diperoleh bobot tablet mula-mula (M1)
c.   Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 25 putaran per menit selama 4 menit
d.   Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat dan dibebasdebukan kembali menggunakan vacuum dan timbang
e.   Bobot akhir dinyatakan sebagai bobot tablet setelah perlakuan (M2)
f.    Dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah  perlakuan menggunakan rumus

Kerapuhan Tablet =
Hasil dikatakan baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1% (The United States Pharmacopeial Convention, 2009)

DAFTAR PUSTAKA
1.    Aulton, M. E., 1988, Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design, Churchill Livingstone Inc, New York, Halaman : 600-615, 647-667.
2.    DepKes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
3.    DepKes,  2014Farmakope  Indonesia  Edisi  V,  Departemen  Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

4.    The United States Pharmacopeial Convention, 2009, USP 32-NF 27, The United States Pharmacopcial Convention.

soal soal antibiotik

1.      Antibiotik apa yang digunakan untuk kasus Pelvic Inflammatory Disease (PID)?
Jawab:
Buka Dipiro Pharmacotherapy à Ctrl F (“Find” untuk mencari) “Pelvic Inflammatory Disease
            Antibiotik (terapi utama) yang digunakan untuk Pelvic Inflammatory Disease adalah         Cefotetan atau cefoxitin dengan doxycycline

            Alternatif terapi antibiotik lain adalah:
            1. Clindamycin dengan gentamicin
            2. Ampicillin-sulbactam dengan doxycycline
3. Ciprofloxacin dengan doxycycline dan metronidazole

2.      Seorang pasien mengalami operasi total knee-replacement. Operasi berjalan dengan baik. Setelah operasi pasien ini merasa nyeri luar biasa di jempol kaki kiri. Jempolnya bengkak. Pasien ini di diagnosa gout. Dalam riwayat obatnya anda menemukan bahwa obat yang dimum adalah:
Amlodipine 5 mg daily
Bendroflumethiazid 2.5 mg daily
Parasetamol 1 g 4 kali sehari
Adakah obat yang dapat memperparah goutnya?
Jawab:
Buka Drug Information Handbook à Search “Bendroflumethiazid”
Obat yang memperparah keadaan gout pada pasien tersebut adalah Bendroflumethiazid

3.      Seorang wanita di diagnosa terkena Ulcertive Colitis. Doter meresepkan predsol enema. Pasien ini belum pernah menggunakan enema sebelumnya dan merasa khawatir tidak dapat menggunakannnya. Apakah ada bentuk lain dari sediaan tersebut? Apakah kekurangan dan kelebihan masing-masing bentuk sediaan dikaitkan dengan kasus diatas.

4.      Dalam penatalaksanaan asma dikenal Stepwish Approach. Apakah step 5 dalam tatalaksana ini?
Jawab:

5.      Seorang wanita hendak menyusul suaminya yang bertugas di Meksiko. Dia mendengar di berita tentang merebaknya virus Zika dan khawatir dengan kondisi suaminya. Apa yang bisa anda rekomendasikan terkait hal ini?
Jawab:

6.      Anda adalah apoteker yang di Komite Farmasi dan Terapi di RS tempat anda praktik. Anda diminta mencari informasi tentang keuntungan dan kerugian Fixed-dose combination (golongan obat antihipertensi, antikolesterol, dan antiplatelet) dalam terapi penyakit kardiovaskular.
Jawab:

7.      Seorang turis Amerika sedang berkunjung ke Bali. Beliau mengkonsumsi Ecotrin untuk artritisnya dan lupa membawa persediaan. Beliau pergi ke apotek tempat praktik anda. Apa yang anda lakukan?
Jawab:
Buka Drug Information Handbook à pada kolom search ketik “Ecotrin”
Ecotrin merupakan nama dagang dari aspirin. Apabila turis Amerika tersebut datang ke apotek, maka akan diberi aspirin yang mungkin dengan merk dagang lain dengan di sertai dengan KIE.

8.      Seorang wanita darang ke apotek anda membawa resep berisi cefadroksil untuk faringitis yang dideritasnya. Ibu ini sedang hamil dan bertanya kepada anda, apakah obatnya aman.
Jawab:

9.      Apakah gejala dan tanda Idiopathic Trombocytopenia purpura?
Jawab:
Buka sciencedirect.com à lalu masukkan keyword “Symptom of Idiopathic Trombocytopenia purpuraà pilih “Acute Idiopathic Thrombocytopenic Purpura in an Ederly adult: a case study.à copy link tersebut à buka sci-hub.io à masukkan link tersebut untuk membuka jurnal.
Pada umumnya gejala yang timbul meliputi petechiae yang tidak jelas, purpura, ekimosis, pendarahan gingival, pendarahan retina, tanda-tanda pendarahan GIT, pendarahan bullae pada membrane mukosa, pendarahan yang spontan (apabila jumlah trombosit <20.000/mm3), dan pendrahan intracranial dengan kmungkinan gejala neurologis. Pasien mungkin tidak menunjukkan gejala dan hanya dapat di diagnosa dari data lab rutin.

10.  Apakah first line terapi pada kasus Atrial Fibrilation dengan mengguakan rate control strategi?
Jawab:
Buka sciencedirect.com à masukkan keyword “First Line Therapy in Cases of Atrial Fibrillation Using Rate Control Strategy” à pilih “Rate Control versus Rhythm Control in Atrial Fibrillation: Lessons Learned from Clinical Trials of Atrial Fibrillation” à copy link jurnal tersebut à lalu buka sci-hub.io à masukkan link tersebut untuk membuka jurnal.

Digoksin tidak selalu menjadi first line terapi untuk rate control, tetapi mungkin dapat di kombinasi dengan beta blocker dan atau calcium channel blocker (non-dihidropiridin).

CAIRAN ELEKTROLIT

CAIRAN ELEKTROLIT

   zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan non elektrolit.

1. CAIRAN NON ELEKTROLIT

    adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik. cairan nonelektrolit terdiri dari :
 - Protein
 - Urea
 - Glukosa
 - Oksigen
 - karbon dioksida
 - dan asam organik lainya.

 2.  CAIRAN ELEKTROLIT
     - Natrium
     - Kalium
     - kalsium
     - Magnesium
     - Klorida
     - Bicarbonat
     - Fosfat
     - Sulfat

JANTUNG

TAHAP JANTUNG 
    jantung bekerja selama kita hidup dan membutuhkan makanan yang berasal  dari darah dengan tahap kerja sebagai berikut :
 1. tahap kontriksi
 2. tahap dilatasi
 3. tahap  istirahat

PENGATURAN JANTUNG NORMAL

dua cara dasar pengaturan kerja jantung yaitu :
1. Autoregulasi intrinsic, yaitu pemompaan karena perubahan volume darah
2. Refleks, yaitu yang mengawasi kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung. dalam hal ini jantung dipengaruhi oleh saraf simpatik dan parasimpatik.

  •     PARASIMPATIS : - menurunkan frekuensi jantung                     
                                             - vasokontriksi otot jantung

  •     SIMPATIS            : - Memperkuat frekuensi jantung
                                             - Vasodilatasi otot jantung

FAKTOR - FAKTOR PENENTU KERJA JANTUNG'
 fungsi jantung dipengaruhi oleh faktor utama yang saling terkait dalam menentukan isi sekuncup (stroke Volume) dan curah jantung ( cardiac output), yaitu :

1. Beban awal (preload)
2. Kontraktilitas
3. beban akhir (aftreload)
4. Frekuensi jantung

PEREDARAN DARAH
secara garis besar dibagi dua :
a. peredaran besar (sirkulasi sistem) yaitu dari jantung- seluruh tubuh- jantung
b. peredaran darah kecil ( sirkulasi pulmonal ) yaitu jantung - paru- jantung

Darah kotor - atrium kanan - katup trikuspidal - ventrikel kanan- katup pulmonal- paru (CO2 dibuang dan O2 diambil) - atrium kiri - katup mitral - ventrikel kiri - katup aorta - seluruh tubuh.

jadi jantung kanan berisi darah kotor dan jantung kiri berisi darah bersih..

Wednesday, 4 October 2017

hepar

selamat siang,,
    selamat membaca,,

hmmm kali ini kita bahas tentang hepar atau hati yukss,, knp?
 soalnya hati itu hal yang paling sensitif hahahaha baper mulai lagi dahhh... oke cuss langsung kita bahas sedikit ya...

HEPAR (HATI)
     hepar merupakan organ yang paling besar di dalam tubuh kita lhoo.. warnanya coklat dan beratnya 1500kg. laluuu???? letaknya dimanaa???? DIHATIMU CIAAHHH .. bukan bukan.. hatiku udh ada yang punya.. ehhhh ko jadi kesitu.. maap maappp..
    oke.. letak hepar di bagian atas dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma. kebayang ga???
jadi hepar terletak di quadran kanan atas abdomen, dibawah diafragma dan terlindungi oleh tulang rusuk (Costae), sehingga dalam keadaan normal (heparyang sehat tidak teraba). hati menerima darah teroksigenasi dari arteri hepatica dan darah yang tidak teroksigenasi tetapi kaya akan nutrien vena porta hepatica.

pembagian hati
hati dibagi atas 2 lapisan utama yaitu :
a. permukaan atas  berbentuk  cembung, terletak di bawah diafragma
b. permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan fisura transfersus dan fisura longitudinal yang memisahkan belahan kanan dan kiri dibagian atas hati, selanjutnya hati dibagi 4 belahan yaitu Lobus kanan, lobus kiri, lobus kaudata, dan lobus quadratus.

pembuluh darah pada hati
hati mempunyai  2 jenis peredaran darah yaitu:
a. Arteri Hepatica
b. Vena Porta

fungsi hati
a. Sekresi
b. Metabolisme
c. Penyimpanan
d. Detoksifikasi
e. Membentuk dan menghancurkan sel-sel darah merah selama 6 bulan masa kehidupan fetus yang kemudian diambil alih oleh sumsum tulang belakang

Kasus BA / BE (2)

Resume BA / BE


Resume evaluasi bioekivalensi dari dua formulasi yang berbeda dari tablet ciprofloksasin pada sukarelawan sehat

            Studi bioekivalensi dari dua formulasi oral  500 mg tablet ciprofloksasin sebagai uji dan ciprobay sebagai acuan dilakukan pada 24 sukarelawan yang sehat.masing-masing sukarelawan diberi dosis tunggal ciprofloksasin.Pada artikel disebutkan bahwa ciprofloksasin adalah antibakteri yang relatif baru dan merupakan golongan fluoroquinolon yang aktif melawan bakteri aerobic gram positif dan gram negative.Mekanisme kerjanya dengan  menghibit DNA gyrase bakteri.Ciprofloksasin adalah alternatif yang baik untuk mengatasi infeksi saluran pernafasan bawah, ISK ,infeksi kulit,tulang,dan gastrointestinal.Ciprofloksasin memiliki oral absorbs dan nilai bioavailability yang baik, bioavailabilitinya 70% setelah administrasi obat, Cmaks = 0,8 dan 3,9 µ/ml, Vd = 2,1 – 5 L/hg dan t1/2 eliminasi 3-5 jam.
            Produk yang diuji adalah tablet siprofloksasin HCL 500 mg dari PT X sedangkan produk acuan yaitu tablet ciprobay® 500 mg dari bayer AG.Subyek uji yang digunakan 24 pria dewasa sehat dengan umur 22.8 (± 3,7) tahun, berat badan 63,8(± 9,5)kg , tinggi badan 169,9(±5,8) cm .Pengujian di lakukan secara acak dan double – blind two sequence crossover . Sukarelawan melakukan puasa dan tidak mengkonsusmsi alkohol 48 jam selama administrasi obat dan 24 jam selama pengambilan sampel serta tidak mengkosumsi cafein. Kemudian prosesnya adalah di buat 2 grup terdiri dari grup 1 ciprobay grup 2 ciprofloksasin .Setelah waktu washout grup 1 dan grup 2 diberi produk alternative. Sukarelawan Diambil darah vena 5 ml pada waktu ke 0 ,0,25 0,5 0,75 1,0 1,5 2 2,5 3 3,5 4,5 6,0 8,0 12,0 18,0 24,0 di beri Herparin. Kosentrasi ciprofloksasin di analisi dengan HPLC detector UV .Parameter yang di dapat yaitu AUCo ~∞ Cmax Tmax .
            Hasil yang di dapatkan adalah pada uji kedua produk berjalan dengan baik dan tidak adanya efek yang merugikan yang di alami sukarelawan. Kedua produk dapat di absorbsi dengan baik.Profil farmakokinetik ciprobay® dan ciprofloksacin sangat mirip. Konsentrasi puncak pada kedua formulasi dalam plasma terukur pada jam ke-1 dan menurun setelah 23 jam. Rata AUCo-∞ ciprofloksacin adalah 5,59 jam. µ/ml (SD 1,2 jam µ/ml) sedangkan ciprobay® 5,57 jam µ/ml (SD 1,70 jam µ/ml).Kemudian nilai Cmax dari ciprofloksasin adalah 1,39 µ/ml (SD 0,38 µ/ml) , ciprobay® 1,43 µ/ml (SD 0,46 µ/ml) . Analisi ANOVA AUCo-∞, Cmax menghasilkan P ≥ 0,05 dengan kesimpulan tidak ada perbedaan signifikan secara statistik .Nilai CV AUCo-∞,dan Cmax adalah 12,22% dan 18,04 % sehingga lebih kecil dari 20% .Dari 24 sukarelawan hasil bioavailabilitas ciprofloksacin di banding ciprobay®  100,36 % untuk AUC.Nilai Tmax ciprofloksasin dan ciprobay®  hampir sama yaitu 1,11 jam dan 1,08 jam. Uji statistic terhadap keduanya menunjukan P≥0,05 sementara nilai T ½ ciprobay®  dan ciprofloksacin berturut – turut adalah 3,45 jam dan 3,36 jam. Nilai rentang  normal T1/2  dalam literature yaitu 3-5 jam .Nilai konfiden, interval, AUCo-∞, ciprofloksasin dan ciprobay® adalah 0,95 dan 1,07 , sementara Cmax nya adalah 0,90 dan 1,07 . Kedua nilai tersebut terletak dalam rentang normal konvidence  interval yaitu 0,80 – 1,25.Jadi dua produk obat di katakana bioekivalen bila kecepatan dan jumlah zat aktif yang terabsorbsi sebanding.UJi bioekivalen di lakukan dengan mengukur nilai AUC dan Cmax yang dapat di terima 0,80 – 1,25.




PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT            Berbagai peralatan yang diperlukan di Rumah Sakit seperti alat untuk menginfus da...